Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kemenkes Pastikan 38 Dugaan Virus Corona di Indonesia Hasilnya Negatif, Namun Diminta Waspada

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono memastikan di Indonesia belum ditemui kasus novel corona virus

Editor: Rhendi Umar
Hermawan Handaka/Tribun Jateng
Tim medis mengevakuasi pasien menuju Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah Virus Corona (nCoV) di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). Berbagai simulasi penanganan yang dilakukan oleh RSUP Kariadi bersama Dinas Kesehatan Pemprov Jateng dan sejumlah rumah sakit di Kota Semarang tersebut sebagai antisipasi kesiapsiagaan perangkat medis dalam penanganan wabah Virus Corona tersebut. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono memastikan di Indonesia belum ditemui kasus novel corona virus.

Dari 38 spesimen dugaan novel corona virus yag diperiksa Balitbangkes semua hasilnya negatif.

“Dari 38 spesimen yang diterima 26 rumah sakit di seluruh Indonesia hasilnya semuanya negatif,” ucap Anung melalui sambungan telepon saat konferensi pers di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2020).

Walaupun di Indonesia belum ada kasus, namun melihat peningkatan kasus secara global maka Kementerian Kesehatan tetap mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan.

Harvey Moeis Larang Dua Anaknya yang Masih Balita Bekerja: Lagian Orangtua Masih Bisa Menghidupi

“Kita melihat peningkatan yang eksponensial inilah yang harus kita waspdai untuk tidak mengendorkan penurunan kewaspadaan kita,” tutur Anung.

Sementara itu sampai saat ini cara untuk mengantisipsi virus yang paling ampuh adalah meningkatkan imunitas tubuh dengan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat.

Indonesia Kini Miliki Pendeteksi Virus Corona, Ditemukan Universitas & Balitbang, Akurasi 99 Persen

Alat pendeteksi Virus Corona ditemukan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerjasama dengan Kobe University.

Unair mengklaim alat tersebut bisa mendeteksi Virus Corona dengan tingkat akurasi 99 persen.

Rektor Unair Muhamad Nasih menyebut alat itu bisa mendeteksi Virus Corona hanya dalam beberapa jam saja.

"Tidak butuh waktu lama dalam mengidentifikasi Virus Corona dengan alat tersebut, hanya butuh beberapa jam saja dengan mendeteksi sampel dahak pasien," kata Muhamad Nasih saat dikonfirmasi, Selasa (4/2/2020).

Menurut Nasih, di Indonesia hanya ada dua lembaga yang mempunyai alat tersebut.

 Sudah 426 Orang Meninggal Dunia Karena Virus Corona, 20.624 Orang Terinfeksi

Selain Unair, juga Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Kesehatan.

"Ini kabar baik, masyarakat bisa memanfaatkan untuk deteksi seseorang yang suspect atau terkonfirmasi Virus Corona," kata Nasih.

Tidak hanya menyediakan alat, Unair juga menyediakan tim ahli dari RSU dr Soetomo, Rumah Sakit Universitas Airlangga dan Lembaga Penyakit Tropis Unair untuk melakukan identifikasi hingga proses penyembuhan.

Virus yang juga disebut dengan 2019-nCov kini telah menyebar di 25 negara, dari Malaysia hingga Filipina.

Di China, virus tersebut menewaskan hingga ratusan orang.

Pasien alami gejala virus corona di RS Moewardi Solo.
Pasien alami gejala virus corona di RS Moewardi Solo. (FOTO: Liputan6.com/Fajar Abrori)

Menurut Nasih, dunia internasional sempat meragukan warga Indonesia yang belum terkonfirmasi Virus Corona.

"Hal itu justru menjadi pertanyaan, apakah benar Indonesia belum ada yang terkonfirmasi, atau Indonesia belum mampu mendeteksinya. Semoga alat yang kami sediakan bisa menjawab keraguan tersebut," ujar Nasih.

Belum ada pasien yang terjangkit virus

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa hingga saat ini, belum ada kasus penularan Virus Corona di Indonesia.

Kesimpulan tersebut berdasarkan observasi terhadap laporan dugaan kasus penularan yang disampaikan beberapa rumah sakit.

"Di Indonesia, hingga kini belum ditemukan kasus (penularan) Virus Corona," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin kemarin.

Menurut Kemenkes, sudah ada 34 spesimen (sampel) observasi yang dikirim dari 22 rumah sakit.

 DAFTAR Harga HP Xiaomi Terkini Februari 2020, Dari Rp 600 Ribu

Hasilnya, ke-34 spesimen itu dinyatakan negatif dari penularan Virus Corona.

Sementara itu, jumlah korban meninggal akibat wabah Virus Corona di China dilaporkan mencapai jumlah baru, yakni 425 orang.

Kabar itu disampaikan setelah otoritas di Hubei, Provinsi di sentral China yang menjadi lokasi penyebaran virus, melaporkan adanya 64 kematian baru.

Selain itu, pemerintah setempat juga menyampaikan bahwa terdapat 3.235 kasus infeksi baru Virus Corona, hingga membuat angkanya menyentuh level 20.400.

Skema Pemulangan WNI setelah Dikarantina di Natuna

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah telah meminta setiap WNI yang sedang menjalani karantina di Natuna untuk menginformasikan terkait alamat dan asal daerahnya.

Proses karantina dilakukan setelah 237 WNI dan 1 WNA dievakuasi dari Wuhan, China.

Informasi tersebut nantinya digunakan untuk mengembalikan WNI ke masing-masing daerah seusai menjalani observasi selama 14 hari di Natuna.

Terawan mengatakan, sebelum dipulangkan, pemerintah akan melakukan sosialiasi lebih dulu agar warga yang menjalani karantina tidak distigma negatif.

"Harus komunikasi, alamat di mana, daerah di mana, mulai disosialisasikan ke wilayah masing-masing. Tempat anak-anaknya di mana," ujar Terawan di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

 Cerita Awal Penyebaran Virus Corona, Awalnya 7 Pasien, Kini Sudah 426 Orang Yang Meninggal Dunia

Terawan menjelaskan skema itu dilakukan supaya ketika mereka pulang tidak dianggap aneh oleh warga daerahnya masing-masing.

Karena itu, perihal alamat identitas penghuni karantina perlu disosialisasikan sejak saat ini.

"Jangan sampai anak-anak pulang ke kampungnya nanti dilihat jadi barang aneh, tidak boleh gitu. Jadi sekarang sosialisasi sudah mulai dilakukan," kata dia.

Di sisi lain, kata Terawan, WNI yang pulang seorang diri dan tak ikut rombongan evakuasi diminta untuk melapor ke pemerintah.

Hal itu dilakukan supaya tidak dikucilkan oleh masyarakat.

"Makanya dia melapor ke kita supaya kita bisa bantu. Kalau enggak melapor ya lalu gimana? Ya saya kan enggak bisa tahu 200 juta (orang) lebih mau masuk keluar kan saya enggak tahu. Makanya harus melapor sehingga kita akan bantu," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, terdapat 238 orang yang tengah menjalani karantina setelah dievakuasi dari Kota Wuhan, China.

Masyarakat Natuna menolak daerahnya dijadikan lokasi karantina.

Bahkan, mereka menggelar unjuk rasa yang nyaris berujung anarkistis, saat beberapa warga membakar ban mobil dan di tengah jalan menuju bandara.

Terdapat enam poin tuntutan yang disampaikan demonstran.

Pertama, meminta pemerintah daerah dapat menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat, untuk menyampaikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat Natuna.

Kedua, masyarakat Natuna meminta agar WNI dari Wuhan untuk dipindahkan karantinya di KRI milik TNI.

Kemudian, KRI tersebut ditempatkan di lepas pantai.

 Kisah Perjuangan Adik Kandung Rano Karno, 13 Tahun Melawan Diabetes yang Dideritanya

Ketiga, masyarakat Natuna meminta agar pemerintah daerah dan pusat memberikan kompensasi berupa jeminan kesehatan seperti posko layanan darurat dan cepat.

Keempat, meminta pemerintah untuk mendatangkan dokter psikiater bagi masyarakat Natuna dan meminta Menteri Kesehatan berkantor di Natuna selama proses karantina dan observasi ini dilakukan di Natuna selama 14 hari.

Kelima, masyarakat natuna berharap segala bentuk kebijakan pemerintah pusat yang akan dilakukan di Natuna harus terlebih dahulu disosialisasikan ke masyarakat Natuna.

Keenam, masyarakat Natuna menilai, apabila pemerintah daerah tidak berhasil menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat, maka masyarakat Natuna akan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah daerah.

Sementara itu, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal mengatakan, jarak lokasi karantina warga yang baru pulang dari Wuhan dengan permukiman masyarakat hanya 2 kilometer.

Meski begitu, Hamid Rizal menilai jarak tersebut masih aman untuk warga Natuna.

"Lebih kurang (jaraknya) 2 kilometer-lah. Jadi saya kira masih amanlah, " ujar Abdul di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (4/2/2020). (Kompas.com/Achmad Faizal/Achmad Nasrudin Yahya)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 38 Dugaan Kasus Coronavirus di Indonesia Hasilnya Negatif, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved