Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

675 Warga Natuna Eksodus Takut Terinfeksi: Khawatir Tertular Virus Corona

Ratusan penduduk Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, memilik meninggalkan tempat tinggalnya. Jumlahnya 675 orang, eksodus mencari tempat

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUN/PUSPEN TNI/LETNAN KUNCORO
Petugas mengenakan masker dan hazmat suit sebelum melakukan evakuasi WNI yang tiba dari Wuhan di lokasi observasi Hangar Lanud Raden Sajad, Natuna, Kepri, Minggu (2/2/2020). WNI yang sebelumnya transit terlebih dahulu di Batam tersebut dievakuasi dari Wuhan, China, akibat merebaknya wabah Virus Corona. TRIBUNNEWS/PUSPEN TNI/LETNAN KUNCORO 

TRIBUNMANADO.CO.ID, NATUNA – Ratusan penduduk Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, memilik meninggalkan tempat tinggalnya. Jumlahnya 675 orang, eksodus mencari tempat dirasa aman dari bahaya terjangkitnya penyakit mematikan yang sedang marak, virus Corona. Mereka mengungsi ke rumah saudara atau mencari tempat tinggal sementara ke pulau-pulau terdekat.

Viral Video Kelahiran Bayi dari Ibu Penderita Virus Corona, Dipaksa Keluar dari Plasenta Sang Ibu

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Natuna, Iskandar DJ membenarkan ada warga yang keluar dari Natuna. "Tadi malam tercatat 675 warga meninggalkan Natuna menggunakan KM Bukit Raya menuju Pulau Midai, Pulau Serasan dan Pontianak," ucap Iskandar DJ saat dikonfirmasi, Senin (3/2).

"Memang jumlahnya semalam yang meninggalkan Natuna ada 675 orang, padahal biasanya hanya sekitar 400 orang," kata Iskandar DJ.
Warga meninggalkan pulau Natuna, setelah 238 orang dievakuasi pemerintah dari Wuhan, untuk menjalani masa observasi dan isolasi selama 14 hari di Natuna, terhitung sejak Minggu (2/2).

Jumlah korban virus corona hingga Senin (3/2), telah mencapai 361 orang meninggal dunia dan 17.238 dilaporkan terinfeksi. Mengutip The Guardian, sebuah outlet berita China, Tencent, melaporkan perkembangan data terbaru ini.

Jumlah korban meninggal dunia mengalami peningkatan sebanyak 56 kasus, setelah di hari sebelumnya, Minggu (2/2), tercatat korban meninggal sebanyak 304 orang di China, dan 1 orang wargan negara China, yang meninggal saat kunjungan ke Filipina. Ia menjadi korban pertama meninggal yang berasal dari luar China.

"Apakah eksodusnya warga yang keluar Natuna karena mereka mengungsi takut terjangkir virus corona?" tanya wartawan. Iskandar DJ membantah. Menurutnya, warga pergi karena ada kegiatan Musrenbang di kecamatan setempat hingga karena pesta panen musim cengkeh.

Warga Natuna, Evie Zarma mengatakan beberapa warga setempat memilih mengungsi ke rumah sanak saudara mereka di pulau-pulau terdekat di Kepri, Minggu (2/2). Mereka meninggalkan huniannya, menumpang kapal laut.

Seorang Pria Marah-marah Karena Telur Setengah Matang hingga Siram Bubur Panas ke Wajah Penjual

"Ramai warga yang mengungsi. Mereka sepertinya aji mumpung. Anak-anak kan diliburkan dua minggu, jadi mereka ada yang mengungsi ke rumah saudara. Ada juga yang memilih pulang kampung ke pulau dekat sini," ungkap Evie Zarma saat ditemui wartawan Tribun Network, Theresia Felisiani di rumah makan padang, tempat usahanya, di Pulau Natuna, Senin.

Berdasarkan data 2018, jumlah penduduk Kabupaten Natuna adalah 76.968 jiwa. Kabupaten Natuna terletak Provinsi Kepulauan Riau. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata, dan dengan Laut China Selatan.

Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di bagian barat berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil minyak, gas dan perikanan.

Bak Kota Mati

Hanggar Lanud Raden Sadjad Natuna dipilih menjadi tempat observasi 237 WNI, 1 WNA memperistri WNI, yang dievakuasi dari Wuhan, China selama 14 hari. Alasan dipilihnya hanggar ini karena dinilai jauh dari permukiman warga.

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menyatakan jarak haanggar ke tempat penduduk kurang lebih 5-6km. Nyatanya ada sebuah permukiman, kota terapung yang letaknya hanya sekitar 1 KM dari Hanggar. Kampung tersebut bernama Kampung Tua Penagi.

Wartawan Tribunnews.com mencoba mengunjungi Kampung Tua Penagih, Senin. Dari jalan raya, atap Hanggar berwarna putih jelas terlihat meskipun aktivitas observasi tidak terpantau karena tertutup hutan bakau.

Masuk ke area Kampung Tua Penagi, kita disambut dengan gapura berwarna putih bertuliskan: Kota Tua Penagi
Di atas gapura terpampang tulisan Gong XI Fa Chai berlatar belakang merah serta sembilan buah lampion merah yang digantung sebagai penghias.

Pantauan Tribunnews.com, Senin (3/2) suasana tampak sepi, sunyi bak kota mati. Pintu serta jendela rumah tertutup rapat. Kampung Tua Penagi di Pulau Bunguran Besar, Kota Ranai, Kabupaten Natuna kini menjadi sorotan. Kampung dengan ciri ratusan rumah panggung di atas air tersebut kini ditinggalkan penduduknya.

Ketua RT 01 RW 04, Batu Hitam, Kampung Tua Penagi, Yohanes Supriyanto mengatakan 81 warganya yang mengungsi.

Golkar Segera Plenokan Bakal Calon Bupati dan Wabup Pilkada Minsel 2020

Warga dilanda ketakutan serta kecemasan. Permukiman mereka berjarak satu kilometer dari hanggar yang menjadi tempat observasi WNI dari Wuhan, China.

"Ada 81 warga saya yang mengungsi. Yang di sini tinggal 292 warga. Saya terus melaporkan kondisi disini hingga berapa warga yang mengungsi," ungkap Yohanes saat ditemui di kediamannya.

Yohanes mengatakan rata-rata warga yang mengungsi adalah mereka yang memiliki anak usia balita karena dinilai rentan terpapar penyakit. Yohanes juga mengungkapkan matinya perekonomian warga karena aktifitas melaut, pelabuhan serta jual beli berhenti total.

Padahal biasanya Kampung Penagi ramai dengan hilir mudik para pekerja pelabuhan dan nelayan. Warung kelontong hingga warung makan menjadi langganan pekerja yang hendak mengisi perut.

"Bisa dilihat sendiri perekonomian disini. Toko banyak yang tutup, warung-warung makan tutup. Warung saya juga tutup. Siapa yang mau beli, orang takut semua," tutur Yohanes.

Pantauan Tribunnews.com, warga tampak membiarkan perahu-perahu mereka terparkir di tepi kampung. Sesekali perahu ini bergerak karena tiupan angin laut. Beberapa kendaraan seperti mobil bak terbuka dibiarkan berada di pinggir jalan.

Sepeda motor warga juga disimpan seadanya di depan rumah mereka. Dengan alasan keamanan agar tidak tertular virus Corona, warga memilih meninggalkan rumah mereka.

Boleh Pulang

Observasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dilakukan di Natuna akan berlangsung selama 14 hari mulai 2 Februari 2020 kemarin. Observasi ini dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan para WNI yang baru pulang dari wilayah- yang riskan novel coronavirus.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono menyebutkan jika selama 14 hari ini 238 WNI tidak ada yang sakit maka WNI diperbolehkan pulang.

Waktu 14 hari pun sudah dirasa cukup karena sesuai dengan ketentuan World Healtb Organization (WHO) dan ditambah dua kali pemeriksaan saat berangkat ke Indonesia dan tiba di Indonesia.

Kemudian setiap hari, sebanyak dua kali sehari WNI yang ada di Natuna juga dicek kondisi suhu tubuhnya. "Skenarionya itu (langsung pulang), kalau secara komunal 14 hari tidak ada satupun mengalami gangguan pernafasan dan atau hasil pemeriksaan negatif," ucap Anung di kantor Kementerian Kesehatan, di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (3/2).

Sementara itu waktu evakuasi juga mungkin saja diperpanjang jika dalam prosea observasi terdapat WNI yang menujukkan gejala akibat novel coronavirus seperti yang mewabah di Wuhan, China.

"Skenarionya kita bisa memperpanjang atau evakuasi ke tempat layanan yang lebih spesfisik, sudah ada medical evacuation yang kami siapkan," tutur Anung. (Tribun Network/thf/fia)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved