Lifestyle
Berkaca dari Pangeran William dan Harry, Mengapa Kakak Beradik Sering Tak Akur Saat Dewasa?
Anda tidak harus menjadi pendukung kerajaan yang untuk merasakan sedikit kesedihan karena melihat putra-putri mendiang Putri Diana
Kita dan kakak atau adik adalah manusia. Mereka berubah, berevolusi, tumbuh dan menginginkan hal-hal berbeda selama fase kehidupan mereka.
Lepas dari titel seorang pangeran, sebenarnya keluarga Cambridges dan Sussex memiliki cerita yang sederhana.
Versi “merakyatnya”, bayangkan dua saudara kandung yang mewarisi sebuah pertanian keluarga.
Si kakak mungkin bersemangat untuk menjalankan bisnis keluarga, dan saudara yang lain mungkin memendam mimpi sekolah hukum dan punya kehidupan di kota.
Pilihan keduanya sama-sama baik, hanya saja mereka mengambil pilihan berbeda.
Namun, ketika si petani dan pengacara tadi sudah di usia menikah, hal-hal akan menjadi semakin rumit karena para istri mereka memiliki pandangan yang sepenuhnya berbeda dan harapan pada kehidupan keluarga serta bisnis keluarga, sehingga ketegangan meningkat.
Kepala dingin
Dengan adanya perbedaan pandangan politik, keberhasilan karier, dan kemakmuran, maka kerenggangan hubungan pasti hadir.
Jika masing-masing berkepala dingin, hubungan keluarga tak akan terganggu.
Masing-masing dapat membuat batasan, menghormati pilihan individu dan memberikan ruang untuk kepentingan terbaik bagi masing-masing.
“Kadang-kadang, jika kita memiliki keluarga yang toksik, menetapkan batasan yang kuat agar tak terlalu terlibat justru bisa membuat hubungan keluarga lebih terjaga,” katanya.
Persaingan masa kecil
Dalam banyak kasus, persaingan masa kecil yang masih berlangsung memicu keretakan hubungan saudara, kata Jeanne Safer, seorang psikoanalis dengan spesialisasi masalah saudara kandung.
Mungkin orangtua senang membandingkan anak-anaknya dalam nilai di sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler.
Atau seperti dalam kasus Harry dan William, monarki konstitusional dan urutan suksesi memberikan suasana kompetisi bagi masa kecil mereka.