Penyanderaan Abu Sayyaf
Pengakuan Farfan Saat Disandera Abu Sayyaf, Dipukul Pakai Senjata hingga Ditinggal Kabur 2 Rekannya
Laki-laki 27 tahun ini diculik kelompok bersenjata itu sejak September 2019 saat mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Muhamad Farhan, warga Baubau, Sulawesi Tenggara, bercerita pengalamannya selama menjadi sandera milisi Abu Sayyaf di Filipina selatan.
Laki-laki 27 tahun ini diculik kelompok bersenjata itu sejak September 2019 saat mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.
Farhan diculik bersama Maharudin Lunani dan Samiun. Maharudin adalah ayah Farhan.
Selama dalam kungkungan kelompok tersebut, Farhan dan dua sandera lainnya sering mendapatkan perlakuan kasar.
"Mereka kadang pukul dengan senjata, dan sering dimarahi kalau malas jalan,” kata Farhan di rumahnya, Kecamatan Kokalukuna, Baubau, Sulawesi Tenggara.
Setelah berbulan-bulan disandera, ketiga nelayan ini memberanikan diri untuk kabur.
Namun, hanya Maharudin Lunani dan Samiun yang berhasil lari dari penyanderaan.

Farhan terjatuh saat coba melarikan diri dan pingsan. Milisi Abu Sayyaf kemudian kembali menyanderanya.
Gagal melarikan diri dalam percobaan pertama, Farhan tidak patah semangat.
Farhan kembali lari saat militer Filipina menggempur lokasi pertahanan kelompok penyanderaannya pada Desember 2019.
Setelah lari dari kungkungan kelompok Abu Sayyaf, Farhan sempat terlunta-lunta selama dua hari.
"(Jalan) dua hari dua malam, ketemu warga di kampung dan minta tolong antar kan militer Filipina,” katanya.

Laki-laki ini baru kembali ke kampung halamannya dan berkumpul kembali dengan keluarga pada Jumat (24/1/2020).
Kedatangan farhan disambut sukacita oleh keluarganya. Banyak kerabat dan tetangga telah berkumpul di rumah orangtua Farhan dan membacakan doa syukuran.
Sebelumnya, Muhamad Farhan, Maharudin Lunani, dan Samiun diculik kelompok Abu Sayyaf saat mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia, pada September 2019.