Hari Raya Imlek
Dari Zaman Jepang sampai Gus Dur, Ini Sejarah Imlek di Indonesia!
Imlek selalu dirayakan dengan semarak oleh mayoritas masyarakat Tionghoa di Indonesia.
membuat Imlek terlarang dirayakan di depan publik.
Pertunjukan barongsai, liang liong harus sembunyi; lagu Mandarin tidak boleh diputar di radio.
Selama 32 tahun Orba berkuasa, tidak pernah ada imlek yang meriah seperti tahun-tahun terakhir ini.
Tomy mengatakan, ada 21 peraturan perundangan yang diterapkan Soeharto, beraroma rasis terhadap Tionghoa.
Hal itu bisa terlihat dari ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa pengantar China (1966), kehidupan
masyarakat Tionghoa diawasi dengan keluarnya Inpres No 14/1967 tentang larangan agama,
kepercayaan, dan adat istiadat China, proses naturalisasi (1969).
"Ethnic cleansing atas Tionghoa tidak hanya dalam pengertian fisik, tetapi juga pemusnahan segala
hal yang berbau Tionghoa, termasuk kebudayaan dan tradisi agamanya," tulis Tomy.
Imlek sepi
Dampaknya, tahun baru imlek di masa orde baru sepi. Harian Kompas 1 Februari 1973 ketika itu menulis,
sebagian besar masyarakat keturunan yang berumur di bawah 40 tahun sudah tidak lagi merayakan imlek.
Generasi yang lebih muda bahkan tidak mengetahui kapan Tahun Baru China atau Imlek jika tidak
diberitahu oleh generasi yang lebih tua.
Reformasi
Kemudian pada 17 Januari 2000, Gus Dur mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2000.
Isi dari inpres tersebut mencabut Inpres No 14/1967 yang dibuat Soeharto tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat China.