Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Menteri Terancam Tangani Skandal Jiwasraya-Asabri

Setelah dugaan skandal pada dua perusahaan milik negara yang bergerak di bidang asuransi, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
YouTube Beri Satu
Screenshoot pernyataan Menteri BUMN Erick Tohir 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Setelah dugaan skandal pada dua perusahaan milik negara yang bergerak di bidang asuransi, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero), mencuat, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku sering mendapat ancaman. Sejak pekan lalu, mencuat dugaan korupsi bernilai total Rp 23,7 triliun pada dua perusahaan tersebut.

“(Ancaman sudah menjadi) makanan sehari-hari, apalagi ada (kasus) Jiwasraya dan Asabri,” ujar Erick dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (17/1).

Erick tidak memperinci bentuk ancaman yang dia terima setelah menjabat sebagai menteri. Dia hanya mengatakan, ancaman yang didapat tak menyurutkan langkahnya untuk memperbaiki BUMN.  “Tapi kita lillahi ta'ala saja. Kerja yang terbaik saja,” kata Erick.

Jokowi Perintah Pemindahan ASN Serentak

Mantan pemilik klub sepakbola Italia, Inter Milan itu pun mengaku lebih senang menjadi seorang pengusaha ketimbang menjadi menteri. “(Lebih enak jadi) pengusaha. (Jadi pengusaha) bisa lebih bebas,” ucap dia.

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero) tengah dilanda masalah yang bersumber dari penempatan portofolio investasi pada saham-saham gorengan. Nilai saham yang diinvestasikan oleh kedua perusahaan tersebut merosot yang membuat aset perusahaan mengalami penyusutan drastis. Masalah kerugian dalam laporan keuangan pun membuat perusahaan terancam gagal bayar polis kepada masing-masing nasabah.

Pada bagian lain, Erick Thohir berencana ingin menutup atau menggabungkan perusahaan-perusahaan plat merah yak tak menguntungkan. Sebab, saat ini Erick merasa perusahaan BUMN terlalu banyak. Tak hanya itu, ada beberapa perusahaan plat merah yang tak sesuai core businessnya.

“Kalau perusahan-perusahaan enggak jelas, lebih baik dimerger atau dilikuidasi,” ujar Erick. Saat ini, dia masih menunggu restu dari Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menata perusahaan-perusahaan BUMN.

“Kita sedang menunggu peraturan yang akan diputuskan Menteri Keuangan bersama Presiden bahwa kita sebagai yang mengelola aset boleh diberi hak memerger dan menutup,” kata Erick.

Erick menambahkan, saat ini jumlah perusahaan BUMN ada 142. Jumlah tersebut belum termasuk anak cucu usaha perusahaan BUMN. Mantan Ketua Inasgoc itu pun berseloroh, karena banyaknya perusahaan BUMN, dia sampai tak ingat nama-nama jajaran direksinya.

“Karena imposible siapapun menterinya memanage 100 perusahaan, kalau background entrepeneur paling kita juga inget direksi kita jumlahnya 8 sampai 12,” ucap dia.

Uang Prajurit Aman

Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menjamin nasabah, keamanan uang di PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri). Dugaan korupsi di tubuh perseroan tersebut, diakui, kebenarannya. Oleh sebab itu, pemerintah bertindak cepat untuk membenahinya.

ODSK Bantu Dana Rp 7 Miliar, Bangun Gereja GMIM

Sebagai mantan Perwira Kopassus, Luhut mengungkapkan keprihatinannya terhadap kasus Asabri yang rata-rata uang dikelola perusahaan itu adalah milik para anggota TNI. "Kalau uang prajurit aman, enggak ada masalah. Tapi, kita sangat sedih melihat ini. Kemarin saya tanya saya Pak Tiko (Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo), memang kelihatan ada permainan di situ. Itu mesti dibenahi dengan cepat. Dan saya lihat, mereka sudah punya konsep tindak langsung (untuk membenahi)," kata Luhut dalam agenda rutin Coffee Morning, di Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta, Jumat (17/1).

Dari kasus dugaan korupsi, Luhut pun mengusulkan untuk menempatkan para tenaga ahli untuk mengelola keuangan di Asabri. Tenaga ahli ini, bisa berasal dari TNI maupun non-TNI. "Memang nanti Asabri kita mesti taruh orang-orang profesional untuk pengelolanya. Tidak hanya orang ABRI atau TNI, tidak juga. Kita akan masukin orang-orang profesional juga, lagi ditimbang-timbang atau TNI profesional ada juga kan yang ngerti uang. Jadi jangan yang enggak ngerti, supaya jangan dibodoh-bodohin dengan permainan saham-saham ini. Saham itu kan digoreng-goreng," ujarnya.

Ada dugaan, kasus Asabri bersumber dari saham-saham yang dimiliki perusahaan asuransi itu dimainkan oknum-oknum "nakal" sehingga merugikan para investor dan juga para nasabah.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved