Amerika vs Iran
AS dan Iran Memanas, Begini Perbandingan Kekuatan Militer Keduanya, Dalam Jumlah Ini Iran Unggul
Iran baru saja melancarkan serangan balas dendamnya ke Pangkalan Udara yang menampung pasukan AS di Irak pada Rabu (8/1/2020) dini hari.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pasca tewasnya pimpinan militer Iran, Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Iran semakin panas.
Hal itu dipicu oleh serangan Amerika Serikat yang mengakibatkan Pimpinan Militer Iran, Qasem Solaemani tewas, Jumat (3/1/2020).
Tak terima, Iran baru saja melancarkan serangan balas dendamnya ke Pangkalan Udara yang menampung pasukan AS di Irak pada Rabu (8/1/2020) dini hari.
Lalu bagaimana perbandingan kekuatan militer antara Amerika Serikat dengan Iran?
• Ini Kata Duta Besar China Untuk Indonesia Terkait Natuna, Sebut Bisa Selesaikan Masalah
Dikutip dari Metro.co.uk, situs rangking militer, yakni Global Fire Power menyebut AS adalah negara dengan kekuatan militer terkuat.
Dari jumlah personel aktif, AS masih jauh lebih unggul.
AS memiliki 1.281.900 personel aktif sedangkan Iran hanya memiliki 523.000 personel aktif.
Iran hanya memiliki 47.324.105 tenaga kerja pria yang tersedia.
Kemudian, kekuatan angkatan darat AS memiliki 48.422 aset yang terdiri dari tank, kendaraan dan artileri.
Sedangkan, angkatan darat Iran hanya memiliki 8,577 aset.
Angkatan Udara AS masih lebih unggul dari Iran lantaran mereka memiiliki 10.170 aset, termasuk pesawat dan helikopter di dalamnya.
Sementara Iran hanya memiliki 512 aset.
• 5 Fakta Rizky Febian Lapor Soal Jenazah Lina, Teddy Bereaksi hingga Sule Buka Suara
Berbeda dengan angkatan darat dan angkatan udara, kelengkapan angkatan laut AS tidak terlalu jauh dari Iran.
Angkatan Laut AS memiliki 415 aset yang terdiri dari kapal, kapal selam, maupun ranjau perang.
Sedangkan Iran memiliki 398 aset.
Lalu, anggaran pertahanan AS masih jauh lebih banyak dari Iran.
Anggaran pertahanan AS sekitar 716 miliar dolar atau sekitar Rp 9,95 kuadriliun.
Sementara Iran hanya 6,3 miliar dolar atau sekitar Rp 87 triliun.
Meski demikian, Iran memiliki keunggulan dalam jumlah kepemilikan misil (rudal).
Iran sudah memiliki 12 misil sedangkan AS hanya mempunyai 7 misil.
Sebagian besar rudal yang dimiliki Iran berjarak pendek dan menengah.
Sementara itu, mereka juga masih mengembangkan pembuatan rudal lainnya.
Menurut laporan Departemen Pertahanan AS, rudal Iran adalah rudal terbesar di Timur Tengah.
Walau AS hanya memiliki tujuh rudal, namun rudal negara tersebut lebih canggih, termasuk jenis Trident D-5 dan rudal balistik antarbenua.

• Berikut Trik Mudah Ganti Tema WhatsApp di Android, Cuma dengan 5 Langkah Ini!

Pengaruh Hubungan AS - Iran yang Memanas pada Ekonomi Indonesia
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengatakan hubungan AS-Iran yang memanas berdampak buruk bagi Ekonomi Indonesia.
Bhima mengatakan, beban subsidi BBM dan tarif listrik bakal bengkak di awal tahun.
Perkiraan harga minyak mentah acuan Indonesia (ICP) di APBN 2020 lebih kecil dibanding harga acuan global yang mulai menanjak naik.
Sedangkan, Indonesia memperkirakan minyak mentah dalam APBN 2020 sebesar 63 dollar AS per barrel.
Namun, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamina dan Dex bisa mengalami penyesuaian.
"Sementara harga acuan Brent hari ini telah mencapai 70,1 dollar AS per barrel. Di sisi lain, harga BBM non subsidi jenis Pertamax dan Dex berisiko mengalami penyesuaian setelah sebelumnya turun di awal Januari," ungkap Bhima.
Bhima mengatakan, harga minyak naik bisa berujung pada inflasi yang lebih besar pada 2019.
"Ini ujungnya adalah inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun 2019."
"Jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot di bawah 4.8 persen," ungkap Bhima.
Tak berhenti di sana, tingkat investasi ke negara berkembang akan menurun.
Investor disebut akan lebih memilih membeli dollar AS atau harga emas.
Apalagi, harga emas dunia naik 3,5 persen.
• Presiden AS Mundur dari Konfrontasi Militer dengan Pihak Iran, Donald Trump: Baik Untuk Semua
"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang," ucap Bhima.
"Harga bbm dan listrik berisiko naik, daya beli merosot, rupiah melemah, investor menyimpan di aset aman, dan kinerja ekspor maupun investasi makin berat," lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan bahwa defisit migas bisa makin melebar.
Pasalnya, beberapa hari setelah serangan AS pada Qasem Solaemani, harga minyak terus merangkak naik.
"Ketegangan ini juga bisa berdampak ke perekonomian melalui jalur perdagangan misalnya dengan kenaikan harga minyak," ujar Piter pada Selasa (7/1/2020).
Akibatnya, Piter berharap agar hubungan AS-Iran kembali dingin.
"Tentunya kita berharap kedua pihak bisa menahan diri dan menyelesaikan perbedaan dengan jalan damai," lanjutnya.
Hubungan AS-Iran membuat munculnya kekhawatiran terjadinya perang.
Kekhawatiran itu bisa menahan aliran modal asing masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sehingga, hal itu dapat memberikan efek buruk bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com
Subscribe Youtube Tribun Manado Official