Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jokowi Gagal Mendarat di Tengah Hujan Deras

Helikopter yang membawa Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal mendarat di lokasi banjir bandang dan longsor, Desa Pasir Madang

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Instagram/jokowi
Presiden Jokowi dalam satu rapat kabinet terbatas di Kampar, Riau 3 Mei 2019. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Helikopter yang membawa Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal mendarat di lokasi banjir bandang dan longsor, Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Minggu (5/1). Pasalnya pada saat itu wilayah tersebut tengah dilanda hujan deras dan berkabut sehingga bisa membahayakan keselamatan Presiden dan pendampingnya.

Anies Baswedan Pesimis dengan Cara Penanganan Banjir Ini, Gubernur Langsung Beralasan

"Tadinya, pagi ini saya hendak mengunjungi daerah terisolir oleh bendana itu dengan helikopter. Apa daya, helikopter tak bisa mendarat karena cuaca yang tiba-tiba berubah sangat ekstrem dan berkabut tebal yang mengurangi jarak pandang pilot," ujar Presiden Jokowi dalam akun Instagramnya, Minggu (5/1).

Namun dua helikopter lain yang membawa bantuan logistik untuk para pengungsi dapat mendarat lebih dulu di helipad di Desa Pasir Madang. "Semoga jalur darat menuju desa Kiarasari, Kiara Pandak, Urug, Cisarua, Cileuksa, dan Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, bisa segera dibuka," tambah Jokowi.

Selain Panglima TNI, dalam helikopter yang gagal mendata di Sukajaya, Presiden didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Helikopter itu take off dari Lanud Atang Sanjaya, Bogor.

"Setengah jam kemudian balik ke Ats (Atang Sanjaya) setelah take off sekira pukul 08.30 WIB. Tapi tidak tahu lanjut ke mana setelah dari sini," ujar Komandan Skadron Udara 6, Wing 4, Lanud Atang Sendjaja, Letkol Pnb Risdiyanto, Minggu.

Ia menyebutkan, pada Minggu pagi ada tiga helikopter yang diberangkatkan dari Lanud Atang Sanjaya. Satu rombongan Presiden, dua lainnya ditumpangi Bupati Bogor, Ade Yasin, dan digunakan untuk mengangkut logistik.

Menurutnya, cukup berisiko jika helikopter rombongan Presiden dipaksakan menembus cuaca ekstrem. "Di sana memang cuacanya parah. Waktu Jumat saya juga kesulitan mendarat untuk antar logistik. Tapi dipaksakan akhirnya bisa masuk," kata Risdiyanto.

Mengapa Natuna Gabung Indonesia Walau Diapit Malaysia? Ini Penjelasannya

Menurutnya, hingga Jumat sore akses menuju kantor Kecamatan Sukajaya, hanya bisa dilalui dengan jalan kaki, mulai dari posko bencana Desa Sukamulih. Kondisi tersebut membuat pasokan logistik untuk pengungsi di wilayah Desa Pasir Madang hingga Cileuksa tersendat dan hingga kini pengiriman utama logistik masih mengandalkan jalur udara.

Siagakan heli

Staf Khusus dan Juru Bicara Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia, juga menjelaskan Jokowi gagal mendarat di Sukajaya dan kembali ke Istana Bogor. "Saat (helikopter) Presiden mau turun, tiba-tiba hujan gede (besar) sekali dan berkabut. Berhenti sebentar lalu hujan lagi, begitu terus," ujar Angkie.

Meski Presiden tidak ke lokasi terdampak banjir di Sukajaya, pemberian bantuan logistik diwakilkan kepada Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono. "Demi keselamatan Presiden. Jadi Bapak langsung kembali ke Bogor," katanya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiagakan satu unit helikopter di Kecamatan Sukajaya karena sebagian wilayahnya terisolir lantaran sejumlah akses jalan darat terputus.

"Helikopter akan diperbantukan untuk melakukan upaya pendorongan logistik, dan juga mungkin evakuasi warga yang sakit dan terisolir," ujar Kepala BNPB, Doni Monardo, saat meninjau Desa Pasir Madang, Sabtu sore.

Ribuan Warga Iran Sambut Jenazah Jenderal Qassem Soleimani

Menurutnya, tidak semua akses darat terputus di Kecamatan Sukajaya. Namun jika ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun empat akan membutuhkan waktu cukup lama.

"Saya dengar dari Pak Danrem dan Pak Wakil Bupati Bogor butuh waktu cukup lama untuk menuju kemari menggunakan jalan darat," kata Doni.
Doni meminta untuk sementara masyarakat tidak tinggal di rumah yang di bawah ketinggian. Karena hal itu dianggapnya berisiko tinggi terkena longsor maupun banjir susulan.

"Tadi sudah disampaikan Pak Wakil Bupati, tidak boleh lagi ada yang berada di rumah, itu satu langkah yang sangat tepat, untuk menghindari jatuhnya korban berikutnya. Kenapa demikian? Karena kelihatannya rumah-rumah yang ada di kemiringan lebih dari 30 derajat itu sangat berisiko untuk longsor, atau bahkan tertimbun longsoran," katanya. (tribunnetwork/sen)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved