Bencana Alam, Berikut Doa Minta Dilindungi Tuhan dari Bencana Banjir dan Longsor
Sebagai umat Islam, sangat dianjurkan untuk selalu berdoa kepada Allah SWT, termasuk berdoa agar diselamatkan dari bencana.
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Maha Kuasa, doa adalah salah cara ampuh agar meminta perlindungan diri dari marabahaya.
Sebagai umat Islam, sangat dianjurkan untuk selalu berdoa kepada Allah SWT, termasuk berdoa agar diselamatkan dari bencana yang datang tiba-tiba, semisal bencana longsor, banjir, gempa, dan kebakaran.
Ada doa yang bisa dilafalkan ketika menjumpai bencana gempa, banjir, kebakaran, dan musibah lainnya.
Dikutip dari laman muslim.or.id, doa saat menghadapi bencana banjir dan longsor itu di antaranya;
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ, وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ, وَفَجْأَةِ نِقْمَتِكَ, وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, dari beralihnya keselamatan (yang merupakan anugerah)-Mu; dari datangnya siksa-Mu (bencana) secara mendadak, dan dari semua kemurkaan-Mu. (HR. Muslim)
• Sosok Qassim Soleimani, Pimpinan Elite Iran yang Tewas oleh Serangan AS, Jenderal Ahli Strategi
Maksud dari kata-kata (فَجْأَةِ نِقْمَتِكَ) “siksa yang tiba-tiba” adalah bencana dan musibah yang tiba-tiba, hal ini lebih parah daripada bencana yang tidak datang tiba-tiba. Syaikh Abdul Mushin Az-Zamili menjelaskan,
ﻓﺠﺄﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﺃﻭ ﻓﺠﺎﺀﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﻣﻦ ﺑﻼﺀ ﺃﻭ ﻣﺼﻴﺒﺔ ﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ ﻓﺠﺄﺓ ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺳﺒﻘﻪ ﺷﻲﺀ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﺠﺄﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﺧﻒ
“Siksa yang tiba-tiba yaitu berupa bencana atau musibah yang datang secara mendadak.Tentunya berbeda dengan musibah yang didahului oleh sesuatu (sebagai awalnya semisal penyakit) dan tidak mendadak, hal ini lebih ringan perkaranya.”. (Syarh Bulughul Maram)
Bencana yang datang tiba-tiba seperti longsor dan banjir tentu akan menghapuskan kenikmatan yang dianugrahkan Allah SWT.
Bencana itu bisa jadi adalah kemarahan Allah SWT.
Maka, selain berdoa memohon perlindungan atas datangnya musibah yang tiba-tiba, umat Islam seyogyanya juga bermuhasabah mengapa bisa terjadi bencana.
Sebab, bisa jadi bencana yang datang seperti longsor dan banjir adalah disebabkan oleh ulah manusia.
Misalnya, perusakan hutan atau daerah resapan air. Maka, jika hutan rusak, banjir pun mudah terjadi.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalahdisebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura: 30).
Semoga Allah SWT selalu melindungi hamba-hambanya yang shaleh. Amiin
Bencana di Jakarta, Ini Banjir Paling Mematikan di Dunia, Timbulkan Penyakit, Jutaan Orang Tewas
Ibukota DKI Jakarta dilanda bencana banjir di awal tahun 2020, sebagian warga Jakarta menjadi korban, menimbulkan kesedihan dan tampak memprihatikan.
Bencana banjir besar yang melanda Jakarta langsung menjadi trending topik dalam berbagai flatform pemberitaan dan sosial media.
Banjir telah menimbulkan malapetaka yang tercatat dalam sejarah manusia.
Daerah yang rawan banjir telah menyaksikan hilangnya nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan kerusakan infrastruktur berulang kali.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kita akan melihat banjir yang lebih sering dan lebih menghancurkan di masa depan karena pemanasan global.
Hujan deras, kegagalan bendungan, gelombang badai, dan terkadang perubahan buatan manusia menyebabkan banjir besar yang merenggut ribuan nyawa.
Patut diperhatikan bahwa kematian yang timbul tidak semuanya akibat dari dampak langsung banjir semisal tenggelam.
Namun bisa karena dampak turunannya semisal kelaparan, dan penyakit setelah banjir.
Berikut ini 10 bencana banjir paling mematikan yang pernah tercatat dalam sejarah :
1. Banjir Laut Utara, Belanda (1212)
Belanda pernah mengalami banjir terbesar yang mengerikan.
Negara ini dibentuk oleh muara sungai Rhine, Scheldt, dan sungai Meuse. Banjir Laut Utara dimulai pada Juni 1212 dan berakhir lebih dari enam bulan kemudian.
Diperkirakan telah menewaskan sekitar 60.000 jiwa. Ratusan ribu orang harus meninggalkan rumah mereka.
• Sosok Qassim Soleimani, Pimpinan Elite Iran yang Tewas oleh Serangan AS, Jenderal Ahli Strategi
Ini juga menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada permukiman dan infrastruktur.
Belanda membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk pulih dari banjir di Laut Utara.
2. Banjir St. Lucia, Belanda (1287)
Banjir St. Lucia pada 12 Desember 1287 menewaskan antara 50.000 dan 80.000 orang di Belanda dan Jerman Utara.
Sebelum banjir besar, hampir tidak ada air di danau Belanda mana pun.
Banjir itu dipicu oleh kombinasi antara gelombang air pasang, angin topan, dan tekanan rendah.
Itu menghancurkan beberapa desa dan kota-kota kecil.
Banjir St. Lucia telah mengubah sejarah Belanda.
Bencana ini menghancurkan semua desa antara laut dan desa Amsterdam.
Pada saat banjir surut, desa pedalaman Amsterdam telah menjadi kota pesisir.
Itu menyebabkan perkembangan Amsterdam menjadi kota besar seperti yang kita kenal sekarang.
3. Jiangsu-Anhui banjir / banjir sungai Yangtze, Cina (1911)
Yangtze adalah sungai terpanjang ketiga di dunia dan yang terpanjang mengalir sepenuhnya di suatu negara.
Sungai sepanjang 3.917 mil adalah sumber utama transportasi dan irigasi di Tiongkok.
Banjir Jiangsu-Anhui pada tahun 1911 terjadi ketika sungai Yangtze dan Huai mulai banjir pada saat yang sama.
Musibah ini merenggut hingga 100.000 jiwa, menyebabkan sekitar 375.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan menyebabkan kerugian properti yang parah.
4. Banjir Delta Sungai Merah, Vietnam Utara (1971)
Banjir di Delta Sungai Merah Vietnam, terjadi pada tahun 1971.
Bencana ini tidak mendapatkan perhatian internasional sebanyak seperti yang diberikan ketika terjadi Perang Vietnam.
• Banjir Genangi Lapangan Sparta Tikala, Kepala BPBD: Pasti karena Sampah
Padahal bencana ini telah menewaskan lebih dari 100.000 jiwa, sebagian besar di kota Hanoi.
Vietnam butuh beberapa tahun untuk pulih dari bencana, terutama karena pemerintah dan orang-orang di negara yang dilanda perang sudah menghadapi kesulitan besar.
5. Banjir St. Felix, Belanda (1530)
Banjir St. Felix, Belanda terjadi pada tahun 1530.
Banjir ini telah memusnahkan lebih dari selusin desa dan beberapa kota.
Diperkirakan 120.000 orang tewas dan menghancurkan permukiman bernilai lebih dari 100 juta euro.
Karena banjir ini, 5 November 1530 dikenal sebagai Sabtu Kelabu dalam sejarah Belanda.
Banjir St Felix sejauh ini adalah banjir paling mematikan dalam sejarah Eropa.
6. Banjir Sungai Yangtze, Tiongkok (1935)
Banjir sungai Yangtze 1935 menewaskan lebih dari 145.000 orang dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Banjir itu juga mengakibatkan kelaparan besar dan penyakit mematikan seperti tuberkulosis, malaria, dan dermatitis di seluruh lembah sungai.
Sungai Yangtze mengalami banjir musiman cukup sering tetapi sebagian besar tidak mematikan.
Namun banjir yang terjadi pada tahun 1935 sungguh mengejutkan karena menghancurkan semua yang telah mereka bangun kembali sejak banjir 1931.
7. Kerusakan topan Nina / Banqiao, Cina (1975)
Bendungan Banqiao di Sungai Ru jebol gagal pada 8 Agustus 1975 karena Topan Nina.
Banjir awal langsung menewaskan lebih dari 86.000 orang. 145.000 orang lainnya terbunuh karena kelaparan dan penyakit.
Topan Nina membawa curah hujan lebih dari setahun hanya dalam 24 jam, yang tidak dapat diprediksi oleh para peramal cuaca.
Runtuhnya bendungan Banqiao menyebabkan kegagalan banyak bendungan kecil lainnya di dekatnya.
8. Banjir Sungai Kuning, Tiongkok (1938)
Banjir Sungai Kuning pada tahun 1938 menewaskan sekitar 800.000 orang di Cina.
Banjir itu secara artifisial diciptakan oleh Pemerintah Nasionalis Tiongkok selama perang Tiongkok-Jepang kedua.
Pasukan Jepang terus bergerak dan pemerintah Cina perlu menghentikan mereka. Jadi, mereka menghancurkan tanggul di Sungai Kuning, membiarkan air mengalir dengan bebas melalui berbagai provinsi.
Namun pasukan Jepang jauh dari jangkauan banjir.
Artinya hampir semua korban banjir adalah warga negara Cina.
Pemerintah Cina telah membantah keterlibatannya dalam banjir sampai Jepang menerima kekalahan pada tahun 1945.
9. Banjir Sungai Kuning, Tiongkok (1887)
Sementara banjir 1938 dengan sengaja dipicu oleh pemerintah Cina, Sungai Kuning telah menyaksikan banjir dengan proporsi yang bahkan lebih besar pada 28 September 1887.
Diperkirakan telah menewaskan antara 900.000 dan 2 juta orang.
Sekitar 2 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Lahan pertanian dan beberapa kota kecil hancur total. Tidak heran Sungai Kuning dijuluki "Kesedihan Tiongkok."
10. Banjir China, Tiongkok (1931)
Sejauh ini banjir di China pada tahun 1931, dikenal sebagai bencana banjir paling mematikan dalam sejarah manusia.
Kekeringan selama 2 tahun diikuti oleh badai salju lebat, bahkan hujan lebat dan aktivitas topan yang tinggi.
Pada Juli 1931, tiga sungai terbesar di Cina (Yangtze, Sungai Kuning, dan Huai) mengalir di atas batas maksimumnya.
Diperkirakan telah membunuh 1 juta hingga 4 juta orang, sebagian besar karena kelaparan dan penyakit.
Banjir menghancurkan tanaman dan air yang tercemar membawa penyakit menular seperti disentri dan tipus.
Setelah banjir 1931, pemerintah Cina menyadari pentingnya sistem manajemen bencana yang efektif.
Negara ini kemudian menetapkan Sistem Manajemen Bencana yang Efisien untuk menangani setiap bencana alam semacam itu.
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Doa Memohon Dilindungi dari Bencana Longsor, Banjir, dan Bencana yang Datang Tiba-tiba