Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rocky Gerung Gagal Jadi Menteri Prabowo-Sandi, Netizen Bilang yang Gagal Bukan Surya Paloh

Tokoh ini dirindukan sebagian orang, tetapi juga dibenci kebanyakan orang, karena pernyataan-pernyataannya yang nyeleneh

Editor: Aswin_Lumintang
Youtube Kompas TV
Rocky Gerung, Pengamat Politik 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BOGOR -- Tokoh ini dirindukan sebagian orang, tetapi juga dibenci kebanyakan orang, karena pernyataan-pernyataannya yang nyeleneh dan sering sulit diterima publik.

Pengamat Politik Rocky Gerung disebut tukang nyinyir karena sering mengkritik pemerintah.

Prabowo Subianto (kiri) dan Rocky Gerung (kanan)
Prabowo Subianto (kiri) dan Rocky Gerung (kanan) (ISTIMEWA/INSTAGRAM/TRIBUNNEWS)

Tak hanya itu, Rocky Gerung juga disebut stres gara-gara gagal jadi menteri Prabowo Subianto.

Seperti diketahui, saat Pilpres 2019 nama Rocky Gerung sempat disebut-sebut akan jadi calon menteri jika pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menang.

Namun yang menang di Pilpres 2019 adalah Jokowi-Maruf Amin, dan akhirnya Prabowo Subianto kini jadi Menteri kabinet Jokowi.

Rocky Gerung pun hanya tertawa saat disebut stress gara-gara gagal jadi menteri.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Rocky Gerung Official Jumat (22/11/2019), ia tampak membacakan beberapa pertanyaan dari netizen.

Siswa SMA Diam-diam Cintai Guru Bersuami, Tak Direspons Lalu Tikam, Polisi: Baru Pelajar Kelas 2

Setelah Dengarkan Presentasi Tugas Shin Tae-yong, PSSI Bicarakan Luis Milla

Diduga Karena Putus Cinta, Gadis 20 Tahun Ditemukan Tidak Bernyawa, Polisi: Ditemukan Oleh Ayahnya

Satu di antara pertanyaan, di antaranya soal kemunculannya di ILC yang belakangan ini jarang terlihat.

Kemudian ada juga soal kapan dirinya akan terjun langsung ke dunia politik.

Pada awal video, ia membacakan pertanyaan pertama dari netizen yang mengatakan kalau Rocky Gerung tukang nyinyir.

"Oke ini ada pertanyaan yang sangat cerdas," kata Rocky Gerung membuka videonya.

Pertanyaan itu pun tampaknya lebih kepada sebuah kritikan terhadap sikap yang dilakukan Rocky Gerung selama ini.

"Yang galau itu bukan Surya Paloh..

yg jelas yg stres itu TG digadang-gadang jadi menteri Prabowo ga jadi.

Makanya mulutnya nyinyir melulu.

Mestinya si RG itu berenti mulutnya soalnya kacau balau, udh selesai pemilu.

Mentri disebut nyi blorong atau nyi roro kidul...

Si RG jurig jarian," kata Rocky Gerung membacakan komentar tersebut sambil tertawa.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di sela HUT ke-8 partai NasDem yang diselenggarakan di Arena Kongres JI Expo Kemayoran, Jakarta, Senin (11/11/2019) (Fotografer Istana Kepresidenan/Agus Suparto
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di sela HUT ke-8 partai NasDem yang diselenggarakan di Arena Kongres JI Expo Kemayoran, Jakarta, Senin (11/11/2019) (Fotografer Istana Kepresidenan/Agus Suparto ((Fotografer Istana Kepresidenan/Agus Suparto)

Tak menunggu lama, Rocky Gerung pun langsung menanggapi komentar tersebut.

Menurutnya ia tidak peduli dengan kabinet pemerintahan, baik Jokowi atau Prabowo Subianto yang menang.

Ia pun mengatakan kalau ia tak pernah tertarik masuk ke pemerintahan.

Bahkan ia menyebut kalau dirinya kini sudah punya kabinet sendiri.

Bibit, Bebet, Bobot 7 Staf Khusus Milenial Jokowi, Anak Chairul Tanjung, Mantan Ketum PMII

Ingin Wajah Glowing dan Awet Muda? Tak Perlu Skincare, Cukup Bawang Merah, Begini Caranya

Intip Hasil Jepretan Xiaomi Redmi Note 8 Pro yang Dibekali Kamera 64 Megapiksel, Simak Ulasannya!

"Karena dari awal saya hanya mau memberi kritik, tapi saya juga sudah jadi anggota kabinet, namanya kabinet manusia merdeka di bawah pimpinan teman saya Said Didu," ujarnya sambil tertawa.

Selain itu, Rocky Gerung juga mendapat pertanyaan soal kemunculannya yang jarang terlihat di ILC beberapa waktu terakhir ini.

"Om Rocky kenapa gak pernah nongol di ILC??

Om Rocky nya sibuk atau ada pencegahan agar om Rocky tidak hadir dalam diskusi di ILC!?," kata Rocky Gerung membacakan pertanyaan tersebut.

Rocky Gerung menyebut Jokowi sedang membuat dinasti politiknya sendiri. (Youtube/Rocky Gerung Official)

Kemudian Rocky Gerung pun tampak tertawa usai membaca pertanyaan tersebut.

Menurutnya, itu bukan pertama kalinya Rocky Gerung mendapat pertanyaan serupa.

"Ya banyak orang yang bertanya itu, dan jangan tanya ke saya itu, karena saya hanya diundang, silahkan tanya pada Pak Karni Ilyas," katanya sambil tersenyum.

Kemudian pada pertanyaan ketiga, ada netizen yang menunggu Rocky Gerung terjun ke dunia politik.

"Ini ada pertanyaan menarik, nunggu Rocky turun langsung ke dunia politik, dari Zulian Wahyudi," katanya membacakan pertanyaan.

Kemudian Rocky Gerung memberikan jawaban di mana dirinya belum tertarik untuk itu.

"Dunia politik itu ada yang di darat, ada yang di angkasa, saya memilih di angkasa untuk menilai politik, jadi tidak perlu turun langsung, karena menilai dari angkasa semacam helikopter view, juga bisa menemukan di mana sebetulnya kekacauan politik terjadi," jelas Rocky Gerung.

Ia pun mengatakan kalau dirinya lebih memilih melihat politik dari mata elang.

"Nah orang yang ada di atas itu semacam elang, elang itu karena dia di atas dia bisa melihat membedakan mana gerak ular mana gerak kodok di semak-semak, jadi dengan mata elang saya memilih untuk menilai politik dari angkasa, Satu waktu kita ketemu di darat ya, terimakasih," tuturnya.

Rocky Gerung Kabur ke Himalaya

Pengamat Politik Rocky Gerung mengatakan dirinya akan pergi ke Pegunungan Himalaya Rabu (6/11/2019).

Dalam perjalanannya itu, Rocky Gerung mengatakan dirinya ingin melarikan diri sesaat.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Yutube Rocky Gerung Official, ia akan berangkat pagi tadi.

"Oh iya tanggal 6, besok, subuh," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung Official
Rocky Gerung Official (YouTube Channel Rocky Gerung Official)

Ia pun mengatakan kalau ini adalah perjalanannya keempat menginjakkan kaki di Himalaya.

"Ini keempat dan selalu ada kerinduan eksistensial untuk tiba kembali di kawasan Himalaya. Himalaya itu di Nepal dan Nepal itu 80 persen adalah gunung, jadi balik ke Nepal itu seperti pergi ke pintu langit," jelasnya.

Kemudian Rocky Gerung juga menjelaskan alasannya kenapa memilih musim dingin untuk perjalanannya kali ini.

"Ini musim yang udaranya paling cerah langitnya, kendati suhunya turun, suhu sekarang kalau siang kira-kira 12 derajat celcius, kalau malam bisa sampai -16 derajat celcius. Dan sensasinya memang di situ, pada dingin gunung dan pada keindahan puncak-puncak Himalaya," ungkap Rocky Gerung.

Tak hanya itu, Rocky Gerung juga menjelaskan kalau Himalaya itu pegunungan, kira-kira ada 300 gunung yang tingginya 5.000 - 6.000 meter.

"Gunung di Himalaya itu bukan gunung berapi karena dia adalah gunung yang terbentuk karena tumbukan antara Benua Asia dan anak Benua India, jadi di naik sehingga runcing-runcing,"  jelasnya.

Lalu Rocky Gerung pun mengatakan kalau ia akan naik ke basecamp Mount Everest.

"Di namanya itu Everest Base Camp, itu ketinggiannya 5.000 sekian dan mendekati 6.000, itu masih jauh baru 2/3 dari Mount Everest. Kalau ke Mount Everest pasti sangat mahal dan persiapannya musti mateng, karena Pemerintah Nepal itu kasih kuota supaya nggak terlalu banyak orang yang berdesakan," tutur Rocky Gerung.

Hal itu kata dia, dikarenakan tahun lalu ada sekitar 20 orang yang meninggal dunia akibat berdesakan saat turun dari Mount Everest.

"Di Mount Everest itu kalau 2 menit berhenti bisa tiba-tiba mati kedinginan, jadi musti bergerak terus," tambah Rocky Gerung.

Kemudian Rocky Gerung juga menjelaskan apa yang ia sukai dari Pegunungan Himalaya.

"Sensasi bahwa kita sebetulnya menguji kesabaran, menguji ketepatan, prediksi cuaca, jadi seluruh sensor rasio dan psikologi kita diuji. Karena bisa tiba-tiba salah melangkah ternyata jurang, dan jalannya sangat berbahaya," jelasnya lagi.

Kemudian Rocky Gerung tampak tertawa saat ditanya akan melarikan diri dari hiruk pikuk di Tanah Air.

"Iya mau melarikan diri dari kebisingan politik dungu republik, tapi saya pasti balik lah. Jalan-jalan itu kira-kira 2 minggu, 10 hari naik, 5 hari turun, jalan kaki loh," katanya sambil tertawa.

Lalu ia juga menjelaskan hubungan antara politik dengan naik gunung.

"Sama-sama butuh kepekaan, buat membaca politik kita nggak sekedar membaca berita, tapi membaca pernyataan politisi atau pejabat negara kita musti baca sebaliknya. Begitu juga naik gunung, kita musti siap menghadapi event yang paling radikal, karena bisa saja cuaca tiba-tiba hilang, suhu turun drastis, dan hanya dengan ketenangan kita bisa melanjutkan perjalanan, demikian juga dalam analisis politik," beber Rocky Gerung.

Ia juga mengatakan, berita politik itu disembunyikan di dalam retorika, begitu juga naik gunung itu, jalan setapak itu kadang-kadang tersembunyi di balik awan.

"Jadi musti peka supaya kaki bisa diletakkan tepat di jejak yang aman," katanya.

Kemudian Rocky Gerung juga mengatakan kalau situasi politik Indonesia jika dikaitkan dengan gunung seperti turbulensi.

"Itu sama sepeti kalau kita dari Kathmandu ke EBC (Everest Base Camp) itu, dari Kathmandu kita naik twin otter yang cuma 8-9 orang ke Bandara Lukla yang merupakan bandara paling berbahaya di dunia, karena cuma boleh satu kesempatan mendarat, depannya dinding, belakangnya jurang, jadi kalau gagal mendarat yaudah selesai," jelasnya.

Nah menurut Rocky Gerung, hal itu mirip dengan politik di Indonesia.

"Orang cemas dengan keadaan karena cuaca politik memburuk, ekonomi memburuk, intrik di dalam kabinet juga memburuk, kemampuan daya beli masyarakat menurun, dan semua variable itu sama dengan variable cuaca kalau lagi turbulen di Himalaya, gak bisa kita prediksi," tutur Rocky Gerung.

Yang membedakan, kata Rocky Gerung, jika disaster alam itu tidak ada konsekuensi secara sosial karena itu hukum alam, tapi kalau disasternya di bidang ekonomi, konsekuensinya ke mana-mana.

"Karena itu menyangkut hak rakyat untuk hidup layak, warga negara untuk menikmati keakraban dengan tetangga. Dan itu yang nggak ada, kita hanya bisa katakan itu pasti kesalahan kebijakan," tandasnya.

Menurutnya, saat berada di Himalaya, ia tak pernah memikirkan politik di Indonesia.

"Hanya sekelebat aja tuh, dan fokus pasti hilang," katanya. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved