Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Begini Alasan DPR Akan Bubarkan BNN dan BNPT

Anggota Komisi III DPR fraksi partai Golkar Supriansa menyoroti beberapa aksi teror yang terjadi di Indonesia

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun Kaltim - Tribunnews.com
Anggota DPR RI 

Mendukung pernyataan Budiono, Suhardi menyatakan pihaknya telah menerjunkan tim untuk memonitor gerakan yang ada di Banten. "Kegiatan kami banyak sekali juga yang turun melihat fisik. Untuk potensi yang kami katakan itu kami juga turun ke lapangan," ujarnya.

Suhardi mengatakan insiden yang menimpa Wiranto menjadi pembelajaran ke depan. Ia ingin adanya evaluasi menyeluruh dan koordinasi yang lebih baik lagi.

"Sekarang kaitannya dengan masalah yang Banten itu ditindaklanjuti sebagai pelajaran juga ke depan. SOP (Standar Operasional Prosedur) pejabat yang harus kita benahi juga pak. Ada seorang pejabat di situ yang akan melaksanakan kunjungan juga harus menjadi perhatian," katanya.

Mantan Kabareskrim Mabes Polri tersebut juga menjelaskan bahwa pihaknya mewaspadai cara-cara baru aksi teror setelah insiden bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Suhardi menyatakan saat ini para teroris mulai bergerak hati-hati.

"Jadi sekarang ini kita masih bekerja sama terus sama Densus 88. Kan sudah 70 lebih kan diambil. Jadi sekarang dari satu sel itu mereka sekarang tentunya agak hati-hati bergerak. Mereka bergerak kelompok-kelompok dan dia tidak bunyi, dan kalau bunyi pasti akan segera diambil," kata Suhardi.

"Ini jadi modus-modus baru yang harus kita waspadai, sel-sel itu semuanya kita monitor. Tapi kan ada juga modus-modus yang berubah karena kewaspadaan mereka juga," imbuhnya.

Ia mengatakan saat ini telah dibangun koordinasi antarkementerian dan lembaga dalam menanggulangi terorisme di Indonesia. Suhardi berharap kementerian dan lembaga turut aktif dalam penanganan terorisme.

"Saya bersyukur kemarin Pak Mendagri dan saya juga sudah dipanggil oleh Bapak Wapres untuk lebih mengaktifkan semua lintas kementrian. Nanti kita akan bertindak sebagai koordinator lagi. Ini harapan kita sebetulnya BNPT, semua kementerian itu aktif," katanya.

Lebih lanjut, Suhardi mencontohkan program-program penanggulangan terorisme yang sudah dilakukan yakni program deradikalisasi dengan mengundang mantan teroris."Ketika kita bikin peace ambasador namanya, duta damai. Kok terpikirkan? Banyak menteri-menteri telepon dari luar negeri, telepon kenapa kok bisa terpikirkan? Loh yang sasaran brain washing sekarang siapa? Usia muda. Kadang dia masih itu, nah itu yang kita mainkan," katanya.

Bubarkan BNN

Selain rapat dengan BNPT Komisi III DPR juga menggelar rapat dengar pendapat dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).Dalam rapat tersebut, sejumlah anggota Komisi III DPR mencecar BNN lantaran tidak ada kemajuan dalam memberantas narkoba di Indonesia.

Anggota Komisi III fraksi PDIP Masinton Pasaribu menilai BNN belum maksimal dalam mencegah narkotika masuk ke Indonesia. Padahal, kata Masinton, BNN seharusnya sudah membaca jalur narkotika masuk ke Indonesia.

"Jalur masuknya semua kata Bapak udah bisa dideteksi. Mana deteksinya? Masuk semua barangnya Pak terus kita setiap saat kita dicemaskan dengan narkotika tadi. Negara keluar triliunan ngapain kita di sini," kata Masinton.

Masinton mengatakan seharusnya alat-alat canggih yang dibeli dengan biaya triliunan dan sumber daya yang digaji negara, harus bisa digunakan dalam perang menghadapi narkoba. Lantas Masinton mempertanyakan kinerja BNN. Menurutnya, jika kinerja BNN masih belum ada progres, ia meminta BNN dibubarkan.

"Kalau memang ini jadi rutinitas saya minta BNN dievaluasi, bubarkan. Kita akan melakukan revisi terhadap Undang-undang narkotika. Dilebur saja engga perlu lagi. Engga ada progres," katanya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved