Viral Medsos
Viral Pasangan Undang Gelandangan Saat Menikah, Bahkan Berbulan Madu di Tempat yang Tak Biasa
Kisah viral hari ini. Pasangan asal Singapura ini mengundang para gelandangan di pernikahan mereka.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pernikahan tentu jadi momen spesial sekali seumur hidup.
Berhati Mulia, Pasangan Ini Undang Gelandangan Saat Menikah, Lalu Bulan Madu di Tempat Tak Biasa.
Kisah viral hari ini. Pasangan asal Singapura ini mengundang para gelandangan di pernikahan mereka.
Tak hanya itu saja, keduanya juga memutuskan bulan madu di tempat kumuh.
Kita pasti menginginkan pernikahan impian dengan dekorasi yang mewah dan di tempat yang megah.
• Info BMKG: Prakiraan Cuaca di 33 Kota Besok, Selasa 19 November 2019: Daerah Ini Alami Hujan Petir
• Disengat Lebah, Pria Paruh Baya Ini Jatuh dari Pohon Kelapa dan Meninggal Dunia
Namun, hal yang mengejutkan justru dilakukan oleh pasangan suami istri ini saat pernikahan mereka.
Bukan soal kemewahannya, pernikahan mereka malah jadi ajang untuk bersedekah.
Pasangan asal Singapura diketahui mengundang sejumlah gelandangan untuk hadir di pernikahan mereka.
Mereka seolah-olah ingin membagikan kebahagiaan kepada para gelandangan tersebut.
Melansir dari World of Buzz dan YMI, Peng Cheng Yu dan Abraham Yeo mengundang para gelandangan dari pelayanan gereja Tunawisma Singapura, yang didirikan oleh Abraham sendiri.

Konsep pernikahan pasangan itu juga terbilang cukup menarik.
Mereka tidak menikah dengan konsep yang mewah, melainkan sederhana.
Makanan mereka bahkan ditata seperti prasmanan agar para gelandangan tersebut bisa menikmati makanan dengan leluasa.
Saat pertama kali memberikan undangan, teman-teman mereka itu menolak untuk hadir.
Pasalnya, mereka merasa tak memiliki pakaian yang pantas untuk menghadiri sebuah pernikahan.
• Sosok SN, Pelaku Pelemparan Sperma yang Meresahkan Kaum Wanita di Tasikmalaya
"Mereka merasa malu dan bagi kita yang tidak pernah kekurangan pakaian, kita tidak akan pernah mengerti perasaan itu." ucap pasangan tersebut.
Pasangan itu berniat memberikan pakaian layak pakai untuk mereka.
Namun, ternyata biaya pernikahan mereka sendiri sudah membludak.
Beruntungnya, salah seorang teman keduanya memberikan baju-baju untuk mereka secara sukarela.
Ia bahkan mengajak mereka untuk berbelanja bersama.
Meski sederhana, pernikahan itu justru terasa istimewa karena semuanya tampak bergembira tanpa memandang status.

Sang mempelai wanita bahkan mengenakan gaun pengantin yang dibeli di sebuah situs dan bukan dari butik.
Abraham menceritakan bahwa ilham untuk membentuk pelayanan gereja berasal dari perjalanannya saat ke Jepang.
Ketika ia berkunjung ke Jepang, ia melihat para gelandangan di sana berjuang untuk memberi makan diri mereka sendiri.
Ia sendiri memiliki anggaran keuangan yang ketat, tetapi ia ingin membantu mereka.
Setelah pernikahan, mereka pun menikmati bulan madu.
Diketahui, mereka memilih untuk pergi ke Jepang dan fokus mengunjungi daerah kumuh dan gang-gang tersembunyi.
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com