Bom Bunuh Diri di Polresta Medan Lukai 5 Polisi, Ini Jaringan Teroris di Medan
Bom bunuh diri meledak di Mapolresta Medan. Pelaku tewas, sejumlah polisi dan warga sipil terluka. Polisi masih menyelidi jaringan pelaku.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bom bunuh diri meledak di Mapolresta Medan, Rabu (13/11/2019) pagi. Terduga pelaku tewas, lima anggota polisi dan dua warga sipil dllaporkan terluka.
Dari tayangan Kompas TV, asap putih nampak membubung tinggi di Polrestabes Medan. Sejumlah warga dan polisi berseragam nampak berhamburan keluar menuju ke halaman parkir.
Berdasarkan informasi yang diterima Tribunmedan.com, pelaku bom bunuh diri masuk ke Polresta Medan dengan mengenakan jaket ojek online.
Si pelaku masuk melalui pintu depan dengan berjalan kaki dan langsung menuju ke kantin di dekat Bagian Operasional. Begitu tiba di sana, pelaku meledakkan diri.
Selain menewaskan pelaku, bom bunuh diri juga melukai sedikitnya enam orang, terdiri dari 5 polisi, satu warga sipil.
• Bom Meledak di Polrestabes Medan, Kapolda Sulut Instruksikan Seluruh Kapolres Harus Lakukan Hal Ini
Mereka antara lain:
==Kasi Propam Kompol Abdul Mutholib mengalami luka di bagian tangan,
==pegawai harian lepas (PHL) bernama J Purba terluka di bagian wajah,
==seorang anggota Propam, dan
==seorang personel piket Bag Operasional.
Pelaku bom bunuh diri dinyatakan meninggal dunia dengan tubuh hancur.
Hingga berita ini diturunkan, petugas masih melakukan penyelidikan. Olah TKP dilakukan tim gabungan dari Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Inafis, dan Gegana.
Sementara, penjagaan di sekitar Polresta Medan kini diperketat.
• Polisi Halau Pelaku Yang Datang Jalan Kaki Pakai Jaket Ojek Online, Melawan Masuk, Lalu Bom Meledak
Berita Teroris Terkait Medan
Berikut adalah berita-berita terkait teroris jaringan Medan. Di Palu, September 2019 lalu,
Tim Densus 88 Antiteror menangkap 3 terduga teroris yang akan bergabung dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. Mereka adalah ZA alias Enal, ARK alias Angga, dan AD alias Putra alias Siregar.
Ketiga terduga teroris itu diketahui sebagai anggota jaringan JAD dari Medan, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kota Kendari. Hal itu diungkapkan Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (6/9/2019).
Ketiga terduga teroris itu sedang menyiapkan rencana penyerangan, karena dalam setiap pergerakan mereka membawa parang atau golok. Mereka diketahui ikut pelatihan paramiliter atau idad. Selain itu juga renang, bela diri, dan menembak.
Menyusul kejadian di Palu, RSL, buronan teroris, ditangkap polisi saat bergabung dalam demo mahasiswa yang berakhir ricuh di gedung DPRD Sumatera Utara (Sumut), Selasa (24/9/2019),
Jubir Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja menyatakan RSL adalah buron yang pernah merencanakan penyerangan rumah ibadah pada 2017 di Sumut.
"Data yang kami terima menyatakan bahwa pada 2017 dia menyerang satu rumah ibadah di Sumut," kata Tatan di Medan, Rabu (25/9/2019).
RSL adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sumut yang pernah dicekal oleh pihak imigrasi karena akan ke Suriah pada 2012.
Menurut Tatan, RSL pernah beberapa kali mengikuti pelatihan dengan beberapa peralatan seperti air softgun bersama teman-temannya. Pada 2014, RSL dibaiat oleh Abu Bakar Al-Baghdadi.
Masih terkait Medan, pada Kamis (10/10/2019), Syahrial Alamsyah alias Abu Rara alias Alam (51), tersangka teroris asal Medan, ditangkap saat menyerang Menkopolhukam Wiranto.
Penyerangan dilakukan Alam dan istrinya, FD, saat Wiranto keluar dari kendaraan setiba di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, usai menghadiri acara di Universitas Mathla'ul Anwar.
Alam adalah warga Jalan Alfakah VI, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, yang sudah pindah ke daerah lain sejak 2016-2017.
Alam diduga terpapar radikalisme sepulangnya dari Malaysia dan merantau ke Jawa. Alex (39), teman, Alam kaget saat membaca berita bahwa temannya yang dikenal pintar dan lulus sebagai sarjana hukum bisa menyerang orang.
Menurut Alex, Alam pernah bersentuhan dengan narkotika jenis kurtak saat frustrasi berpisah dengan istri pertamanya.
Menurut Alex, sekitar 1999, Alam berangkat ke Malaysia. Namun, sepulang dari negeri jiran, Alam berubah, pakai peci, rajin ke musala, mengisi pengajian dan ceramah agama, meski kurang disukai warga.
Sehari kemudian, Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, menyebut Alam yang sudah dua tahun tak tinggal di Medan terpapar radikalisme saat merantau ke Jawa.
Menurut Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, pelaku teror membangun jaringan lewat media sosial.
Karenanya, ia mengimbau kepada warga yang punya info atau melihat gelagat mencurigakan terkait teroris segera melapor ke Koramil, Polsek atau Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas.