News
Pemerintah Deteksi Kasus Difteri di Puskesmas, Belum Ada Kasus di Daerah ini
Kasus difteri sempat menghebohkan beberapa tahun lalu. Sejumlah daerah diterapkan kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus difteri sempat menghebohkan beberapa tahun lalu. Sejumlah daerah diterapkan kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).
Di Provinsi Sulut, belum satu kasus difteri ditemukan.
Steaven Dandel, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sulut mengatakan, meski tak ada kasus, dinkes tetap waspada.
• Ketua KPU Terima Penghargaan dari Yayasan Citra Prestasi Anak Bangsa, Rompas: Bisa Jadi Spirit Baru
"Kita tetap waspada meminta puskesman melakukan pengamatan setiap ada kasus menyerupai ciri-ciri difteri segera dilaprkan," kata dia kepada tribunmanado.co.id, Minggu (24/10/2019)
Langkah ini disebut pengetatan pengamatan.
Kasus difteri tidak lagi ditemukan tapi dari negara tetangga di perbatasan dengan Sulut dilaporkan ada kasus.
"Kita tetap waspadai jangan sampai masuk ke Sulut," ujarnya.
Sebenarnya imunisasi difteri itu sudah lama dilakukan, sejak tahun 1982 dan berlangsung hingga saat ini, menjadi imunisasi wajib
Untuk bayi itu sampai 4 lapis imunisasi, imunisasi dasar lengkap untuk
Imunisasi tambahan 12-18 bulan.
Lalu imuniaasi booster 3 untuk kelas 1 dan kelas 2.
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini dapat hidup di beberapa orang tanpa menunjukkan gejala.
Oleh karena itu, ia dinamakan tipe Typhoid Mary, yakni kondisi di mana seseorang tidak sadar sudah memiliki bibit bakteri tersebut.
Seperti flu, difteri menyebar lewat udara, terlebih saat ada orang yang sedang batuk atau bersin.
Jika pada anak-anak, mereka dapat terjangkit karena mainannya yang telah terkontaminasi.
Gejalanya meliputi sakit tenggorokan, demam rendah, dan kurang nafsu makan.
Tanda-tanda ini diikuti timbulnya lapisan keabu-abuan pada hidung atau tenggorokan, dan pembengkakan tenggorokan yang disebut bullneck.