BPJS Kesehatan Jamin Gangguan Mental
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberi perlindungan bagi penderita gangguan kesehatan mental. Peserta BPJS Kesehatan bisa mendapatkan pengobatan atas gangguan kesehatan mental secara gratis.
Kepala Humas BPJS Kesehatan M. Iqbal Anas Ma'ruf mengatakan program JKN KIS mencakup pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat termasuk gangguan kesehatan mental.
“Penyakit kejiwaan yang secara medis sudah ditegakkan masuk JKN KIS. Pelayanan kesehatan tetap sesuai prosedur pelayanan kesehatan berjenjang,” ujar Iqbal melalui pesan singkat kepada Tribun Network, Senin (7/10).
Baca: Aktivitas Pendidikan di Wamena Pulih: Kapolda Papua Klaim Kondisi Wamena Aman
Peserta BPJS Kesehatan bisa mendapatkan pengobatan dan terapi gangguan kesehatan mental secara gratis. Prosedurnya, yakni peserta harus mendatangi fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat pertama yakni Puskesmas atau klinik setempat.
Jika tak bisa diatasi di Faskes pertama, maka dokter akan memberikan rujukan ke rumah sakit umum maupun rumah sakit jiwa yang memiliki kompetensi kejiwaan yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Peserta juga bisa langsung mendatangi rumah sakit bila dalam kondisi darurat yang membuat pasien bisa cacat permanen.
“Manfaat medis yang diterima oleh peserta terkait gangguan kesehatan mental sama. Hal yang membedakan hanya manfaat nonmedis seperti kamar dan sebagainya, sesuai kelas ruang perawatan," imbuh Iqbal.
"Namun untuk orang dengan gangguan jiwa atau mental juga ditanggung oleh JKN KIS, tapi saat dirawat di rumah sakit jiwa tidak ada perbedaan kelas,” sambungnya.
Program JKN KIS untuk gangguan kesehatan mental sudah digunakan di seluruh Indonesia. JKN KIS juga sudah bekerja sama dengan seluruh rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang diberikan oleh JKN KIS bagi penderita gangguan kesehatan jiwa.
"Makanya menjadi peserta JKN KIS, dengan bergotong royong membayar iuran. Semua warga termasuk penderita gangguan jiwa terjamin kesehatannya. Pada 2018 lalu biaya terkait jiwa senilai Rp1,2 triliun. Untuk tahun ini, nilainya akan berbanding lurus dengan penambahan peserta,” tutur Iqbal.
Baca: Dapat Kartu Kuning Lawan Sevilla, Gerard Pique Bisa Main kala Laga El Clasico
Orangtua Kunci Kesehatan Mental Anak
Orangtua memiliki peran penting dalam kesehatan mental anak. Oleh karena itu, orangtua harus membangun hubungan yang positif dengan anak sejak dini.
Hal ini disampaikan oleh psikolog Rayi Tanjungsari kepada Tribun Network, Senin (7/10). Rayi mengatakan anak harus merasa orangtua adalah tempat yang aman baginya untuk menceritakan pengalaman secara terbuka. Selain itu, orangtua juga harus membuat batasan-batasan mengenai perilaku mana yang tidak wajar dan dapat menyakiti orang lain serta perilaku yang dapat membahayakan orang lain.
"Agar anak dapat memahami perlakuan yang dia dapat dari orang lain dan paham tidak melakukannya kepada orang lain," kata Rayi.
Menurut Rayi pemahaman setiap individu adalah unik dan spesial perlu ditanamkan pada anak. Anak juga harus terbiasa melihat sisi positif dari suatu individu. Hal ini diperlukan agar anak dapat menerima diri apa adanya dan memahami perbedaan dirinya dari orang lain.
Rayi juga menganjurkan orangtua untuk sejak dini melatih anak untuk memiliki postur tubuh yang menunjukkan kepercayaan diri. Misalnya membiasakan anak berjalan menatap ke depan, menatap mata lawan bicara dan berjalan tegak.
Baca: Presiden Jokowi Pada Besok Hari Dijadwalkan Bertolak ke Singapura
"Hal ini untuk menunjukkan sikap percaya diri agar anak terhindar dari potensi menjadi korban bullying (perundungan)," ujarnya.
Psikolog Ahastari Nataliza mengatakan ada banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Masalah kesehatan mental juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri individu dan lingkungan. Manajemen stres yang kurang dan kurangnya perawatan diri bisa menyebabkan masalah kesehatan mental.
"Bisa juga karena media sosial, lingkungan, tekanan teman sebaya, situasi tak terduga seperti pemecatan, bencana alam atau sakit parah," ujar Nataliza kepada Tribun Network, Senin (7/10).
Untuk mengatasi masalah kesehatan mental, kata Nataliza, masyarakat harus bisa menangani stres melalui manajemen stres atau perawatan diri. Masyarakat juga harus menghapus stigma konsultasi ke psikolog berarti hal yang memalukan.
"Mari bersama-sama untuk end the stigma pergi ke psikolog itu berarti gila atau memalukan," kata Nataliza.
Menurut Nataliza masih banyak pihak yang beranggapan orang yang konsultasi ke psikolog sudah termasuk gila. Hal ini yang menyebabkan masyarakat masih menganggap remeh gejala-gejala depresi.
"Atau menganggap penyakit mental lainnya, 'Ah, gini doang.' Atau malu melangkah cari bantuan. Masih banyak mindset (pola pikir) seperti itu," kata Nataliza.
Nataliza mengatakan kini masyarakat bisa mendapatkan edukasi tentang kesehatan mental melalui media sosial. Di media sosial seperti Facebook, Instagram dan Twitter banyak akun yang bertujuan memberikan edukasi tentang kesehatan mental.
"Banyak juga tokoh-tokoh yang mulai sadar tentang pentingnya kesehatan mental, tidak cuma kesehatan fisik. Helpline (nomor telepon untuk meminta pertolongan) untuk suicide (bunuh diri) juga sudah banyak," ucapnya. (Tribun Network/des)