Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Setelah Kebakaran, Emas Bermunculan di Lahan, Tak Perlu Menggali Terlalu Dalam

Lahan gambut di kawasan Cengal OKI terbakar. Setelah terbakar, ada banyak perhiasan emas bermunculan di lokasi itu.

Editor: Indry Panigoro
tribunnews
ilustrasi Emas 

Baca: Viral Video Penggrebekan Pejabat Korup yang Miliki 13 Ton Emas Batangan, Seharga 9 Triliun Rupiah

Keris Paranormal pengambil harta karun

Begitu penunggunya setuju, maka benda yang dimintanya itu tiba-tiba muncul dari dalam tanah,dan terbang. Pada saat itulah Yamin secara refleks akan menangkapnya. 

"Sesudah itu, sama seperti orang bertamu yang diberi barang, saya mengucapkan terima kasih. Itu saja, tidak ada syarat lain," Yamin memaparkan cara ringkas yang sering dilakukannya. 

Namun tak jarang, Yamin yang juga. dikenal bisa memberikan jimat penglarisan, menghadapi penunggu yang menolak memberikan benda-bendanya.

"Saya sudah minta baik-baik, kalau tidak boleh akan saya paksa," jawabnya serius. 

Ternyata, ia mengaku sering melakukan pemaksaan itu dengan alasan, "Jauh-jauh saya datang. Kalau gagal, 'kan malu dengan orang yang minta tolong pada saya tadi." 

Bahkan pula, kalau penunggu itu membandel, ia harus melalui pertengkaran batin yang cukup sengit.

Perhiasan emas motif ikan ditemukan masyarakat di Kecamatan cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, pada bulan September 2019 silam.
Perhiasan emas motif ikan ditemukan masyarakat di Kecamatan cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, pada bulan September 2019 silam. (tribunsumsel.com/nando)

"Namun pada dasarnya manusia itu panas, jadi mereka tidak akan pernah menang melawan manusia," ujar Yamin menjelaskan mengapa ia tidak pernah gagal mengangkat benda pusaka dari dalam tanah. 

"Tapi biasanya, benda pusaka yang diperoleh secara paksa akan berakibat negatif bagi yang memilikinya," jelasnya sambil mencontohkan alangannya, entah pemiliknya sakit-sakitan, atau benda itu tiba-tiba hilang, kembali ke tempat asalnya. 

Seperti yang dialami oleh seseorang dari Desa Trucuk, Klaten, yang minta tolong untuk diambilkan keris. 

"Walau penunggunya tidak rela, saya memaksa dan berhasil mendapatkannya. Tapi, belum seminggu orang itu sakit-sakitan, dan datang pada saya mengembalikan keris itu," ia mencontohkan sambil melanjutkan bahwa setelah keris dikembalikan ke "pemilik" aslinya dengan cara melabuh atau membuang di pertemuan dua sungai, orang Desa Trucuk itu sembuh seketika. 

Sedangkan cara jarak jauh ditempuh bila memang ia tidak mungkin sempat mendatangi langsung tempat penyimpanan benda pusaka itu.

"Tapi sebelum melakukan upaya itu saya harus tahu dulu nama  kampungnya, letak lokasinya, dan gambaran keadaan sekitarnya." 

Setelah mendapat informasi yang jelas, cukup dari rumah ia bermeditasi sebentar untuk memeriksa benar tidaknya lokasi tadi menyimpan pusaka atau benda gaib lainnya. 

Sumber: Bangka Pos
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved