Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lifestyle

Jangan Berbohong pada Anak Jika Tak Ingin Mereka Jadi Pembohong Saat Dewasa

What goes around, comes around. Mungkin istilah ini yang tepat untuk menggambarkan hal yang umum dilakukan oleh orangtua: berbohong kepada anak

Editor: Finneke Wolajan
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi. 

Sementara dua kuisioner lainnya adalah kondisi psikologis dan sosial masing-masing orangtua.

Suka Berbohong, Agresif, dan Egois

Analisis para peneliti terhadap semua jawaban responden adalah bahwa anak-anak yang kerap dibohongi memiliki risiko yang lebih besar untuk menjadi “orang yang kurang diharapkan oleh masyarakat”.

Seperti agresif, suka berbohong, egois, dan pembangkang.

Analisis selanjutnya, jenis kebohongan yang dikatakan orangtua sangat berpegaruh terhadap sifat dan sikap anak-anak di masa depan.

Orangtua yang kerap berbohong seperti “kalau tidak mau nurut, aku akan lempar kamu ke laut” berisiko tinggi membuat anak memiliki kesulitan pemahaman di masa mendatang.

Hal ini berbeda dengan kebohongan yang biasa saja atau umum, seperti “permennya sudah habis”.

Para peneliti studi ini sepakat bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang sebab orangtua mengatakan kebohongan.

“Termasuk kebohongan seperti apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar bisa mengatakan kebenaran,” tutur Setoh.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak yang Sering Dibohongi, Akan Jadi Pembohong saat Dewasa", https://sains.kompas.com/read/2019/10/06/200300823/anak-yang-sering-dibohongi-akan-jadi-pembohong-saat-dewasa?

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved