News
Profil dan Perjalanan Karir Puan Maharani, Perempuan Pertama yang Menjabat Ketua DPR RI
Puan berharap, perjalanan karir politiknya dapat menginspirasi perempuan-perempuan Indonesia bahwa politik itu bukan sesuatu hal yang tabu.
Setelah pendidikan politiknya dirasa cukup, Puan Maharani kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI unuk Dapil Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali pada Pemilu Legislatif 2009.
Hasilnya, Puan Maharani memperoleh suara terbanyak dan lolos ke Senayan untuk masa periode 2009 – 2014.
Tidak hanya itu, Puan Maharani juga didaulat menjadi Ketua Fraksi PDIP menggantikan Tjahjo Kumolo yang sudah menjabat selama Sembilan tahun.

Selanjutnya, Puan Maharani kembali terpilih dalam Pemilihan Legislatif periode selanjutnya.
Kemampuan di bidang politik yang sudah dinilai matang kemudian membuat Puan Maharani ditunjuk sebagai Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga DPP PDIP.
Pada Pemilu 2014, Puan Maharani ditunjuk sebagai panglima perang PDIP, hasilnya PDIP berhasil memenangi Pemilu 2014 dengan perolehan suara terbanyak.
Kariernya kemudian berlanjut ketika presiden terpilih pada Pemilu 2014, Joko Widodo menunjuknya sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Puan Maharani menjadi Menko termuda pada usia 41 tahun sekaligus menjadi orang pertama yang mengisi kementerian baru itu.
Kontroversi
Ketika menjabat sebagai Menko PMK, Puan Maharani sempat menjadi perbincangan publik karena rencananya untuk mendatangkan guru dari luar negeri.
Hal ini dianggap oleh publik bahwa Puan Maharani hendak mengimpor guru asing.
Baca: Ini Penjelasannya secara Medis, Mengapa Ada Orang yang Sakit Tiba-tiba Tampak Sehat Menjelang Ajal?
Baca: Curiga Pasanganmu Selingkuh? Gunakan Aplikasi Penyadap WhatsApp Terbaru Ini
Baca: Hapus 24 Aplikasi Ini dari Ponsel Android Anda, Serangan Virus Joker Bisa Curi Uang dan Data Ponsel
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Muhadjir Effendy mengatakan bahwa maksud Puan Maharani bukanlah mengimpor guru asing, melainkan mendatangkan guru dari luar negeri untuk melatih guru-guru maupun instruktur yang ada di dalam negeri.
Menurutnya, hal itu bertujuan untuk meningkatkan kemahiran instruktur atau guru Indonesia, hal itu dinilai lebih efisien daripada harus mengirim guru atau instruktur Indonesia ke luar negeri.
Muhadjir Effendy juga membantah kabar bahwa Puan Maharani hendak mengimpor guru, melainkan mengundang guru atau instruktur luar negeri untuk program Training of Trainers.