Erick Thohir: Banyak Tokoh Lebih Cocok Jadi Menpora
Setelah sukses besar memimpin Panitia Nasional Penyelenggaraan Asian Games 2018 Indonesia (INASGOC) di Jakarta dan Palembang
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Siapa yang menawarkan Anda menjadi Ketua TKN, apakah langsung dari Jokowi atau melalui perantara?
Ya, bisa dipikir lah.
Anda sedikit banyak berkontribusi terhadap kemenangan Jokowi-Ma'ruf. Bagaimana jika Anda ditawarkan menjadi Menpora?
Kalau bisa jangan lah. Kemarin juga di Persis Solo ditanya, nanti kalau di Persis Solo, saya rasa jangan lah. Toh saya IOC Member, kan perwakilan Indonesia juga. Terus kalau saya Menpora kan jadi conflict of interest, bisnisnya (saya) banyak di olahraga. Ini statement saya, banyak figur yang lebih bagus, yang cocok jadi Menpora.
Kalau pun saya tetap di dunia usaha, toh sebagai swasta masih bisa kontribusi. Tapi, kalau harus masuk ke pemerintahan, saya mesti lihat dulu bagaimana? Bukan berarti saya arogan.
Tetapi kan kalau tidak ada manfaatnya untuk orang banyak, buat apa? Mungkin ada tokoh yang lebih bermanfaat.
Baca: Mahasiswa dan Polisi Bersalaman usai Demo
Tapi, apakah benar Anda sudah ditawarkan Presiden Jokowi untuk memilih menjadi Menteri BUMN atau Menpora?
Nah kan tidak benar, tidak ada tawaran itu. Tidak ada tawaran itu.
Kalau disuruh pilih, cocoknya di kementerian bidang apa?
Tergantung saya lihat timnya. Kan saya tidak mungkin kerja sendiri. Memang saya Superman?
Bagaimana jika Anda nantinya diminta bantuan meramu kabinet pemerintah Jokowi-Ma'ruf?
Saya rasa tidak seperti itu lah. Saya lebih baik (seperti) hari ini, karena fokusnya seperti ini, saya jalankan yang fokus. Kalau ke depan pun ada ajakan, ya kita duduk, blue print-nya seperti apa, timnya seperti apa? Karena suksesnya kita itu karena kerjasama tim, dan saya rasa ini yang terpenting. Jangan sampai juga lima tahun yang akan datang kita tidak bisa kontribusi.
Sama dengan anggaran edukasi yang nilainya hampir Rp 500 triliun, jangan sampai juga tidak menghasilkan sumber daya manusia kita yang baik, apalagi dengan industri 4.0, kita ini harus mapping mana, kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan kita, dan kita harus mengubah pola pikir kita.
Sama dengan industri media juga harus berubah bisnis modelnya. Sebuah negara pun dengan kondisi yang ada hari ini harus merubah strateginya. Seperti Amerika dan China, karena mereka tidak mau nomor dua. Atau misalnya Jepang dan Korea karena sejarah kan, kasus perang dunia ke-II, tapi Jepang sendiri yaudah tidak usah dagang kita, toh pertumbuhan Jepang masih tumbuh satu koma, tapi Jepang mengambil strategi yang lain.
Konsep atau kontribusi apa yang Anda sampaikan kepada pemerintahan Jokowi terkait pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur?
Saya rasa begini, ibu kota baru itu, visi beliau ingin menjadi protype kota baru di Indonesia yang menurut baca-baca (analisis) saya dan apa yang dipresentasikan, bahwa ibu kota baru ini tidak hanya kota pemerintahan, tetapi juga tetap ada pertumbuhan ekonominya, terutama di industri digital, kayak Silicon Valley. Itu yang saya baca.
Dan di situ juga akan dibangun universitas yang terbaik, rumah sakit yang terbaik, karena bagian juga metode perubahan culture yang baru. Artinya apa? Semua yang ada di situ akan menjadi environmental friendly. Dengan adanya electrical car baru, public transportation, interkoneksi infrastruktur yang akan dikelilingi dengan tempat hijau.
Saya rasa tidak ada kota itu di Indonesia hari ini. Dan kalau itu kota akan jadi bagus sekali karena ini the future city of Indonesia. Aapalagi, di kanan kirinya ada Samarinda dan Balikpapan, bukan sesuatu daerah baru yang benar-benar baru, karena Samarinda dan Balikpapan itu kota bagus. Dan kalau kita lihat Kalimantan total penduduknya baru 6 persen dari total penduduk Indonesia. Jadi, perlu pembangunan baru.