Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Peristiwa G30S

Benarkah CIA Terlibat di Balik Peristiwa 1965? Inilah Jejak Fakta Seputar G30S/ PKI

Di antara sekian banyak teori soal peristiwa G30S, keterlibatan Amerika Serikat mungkin yang paling sulit dipahami.

DOK. KOMPAS
Letkol Untung (kiri), pemimpin Gerakan 30 September/PKI dibawa masuk ke dalam sidang Pengadilan Mahmillub. 

"Keinginan kami untuk membantunya dengan cara ini, menurut saya akan menggambarkan dukungan kami atas perannya dalam upaya tentara yang anti-PKI, dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan tentara. Kemungkinan bahwa dukungan kami akan terdeteksi atau terungkap sangat minimal."

Baca: Suka Berbohong Demi Pengakuan Membuktikan Penderita Alami Gangguan Psikis, Ini Tanda-tandanya

Baca: Satu Pekan Bisa Bobol 9 Mesin ATM, Hanya Belajar dari YouTube, Rusli Tertangkap dan 2 Rekannya Buron

Dewan Jenderal

Kedekatan sejumlah jenderal dengan Amerika Serikat ini boleh jadi terendus sebagai upaya untuk mengkudeta Soekarno. Setidaknya, itu lah yang diyakini para pelaku G30S.

Peter Kasenda dalam Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016) menulis, PKI mendengar sekelompok jenderal atau Dewan Jenderal yang hendak mengkudeta Presiden Soekarno. Informasi ini didapat dari rekan mereka di militer yang merupakan simpatisan PKI.

Pada zamannya, tiap partai dan kelompok politik punya jaringan serupa dalam militer.

PKI memiliki tim khusus dan rahasia yang bertugas mengumpulkan beragam informasi. Tim ini disebut Biro Chusus (BC). Informasi dan analisis yang dihimpun BC amat menentukan langkah partai.

Informasi dari BC PKI penting untuk menentukan apakah PKI akan bertindak sebelum kudeta itu terjadi atau menunggu.

Berdasarkan rapat dengan para perwira militer, Kepala BC PKI Syam Kamaruzaman menyimpulkan pihak militer siap melancarkan langkah untuk mencegah kudeta terjadi.

Komandan G30S Letkol (Inf) Untung Samsuri dalam persidangan mengaku, sejak awal, tak pernah ada niat menggulingkan pemerintahan.

"Saya bisa menarik kesimpulan, akan ada sebuah gerakan yang bisa membahayakan keselamatan Presiden. Saya dasarkan kepada peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa 17 Oktober dan yang lain-lain. Semuanya, makar terhadap Presiden," kata Untung seperti dikutip dalam G30S, Fakta atau Rekayasa (2013) karya Julius Pour.

"Pertimbangan tersebut mendorong saya memprakarsai pertemuan sejumlah perwira, merencanakan gerakan untuk mendahului aksi Dewan Jenderal. Sebagai seorang perwira Tjakrabirawa, saya tidak akan rela kalau Paduka Yang Mulia Presiden sampai digulingkan," lanjut Untung.

Soal keberadaan Dewan Jenderal, Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel CPM Maulwi Salean mengaku pernah menguping percakapan Soekarno dengan Jenderal Ahmad Yani. Soekarno menanyakan apakah benar ada dewan yang dimaksud.

"Pak, het is er geweest, maar ik heb ze al in mijn handen, hunt op mij aan (Pak, itu kan dulu. Mereka sudah di tangan saya. Bapak bisa percayakan kepada saya)," kata Maulwi menirukan perkataan Ahmad Yani seperti dikutip dalam buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 65 (2001).

Kolonel Latief sebagai salah satu komandan G30S, membela alasan ini di mahkamah militer. Ia mengaku sudah mewanti-wanti adanya upaya kudeta oleh Dewan Jenderal ke Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.

Menurut Latief, Soeharto hanya bergeming mendengar informasi itu.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved