Polisi Tangkap Enam Orang Terkait Rencana Rusuh Aksi Mujahid 212
Meski ada tuntutan presiden Joko Widodo mundur saat aksi Mujahid 212, Sabtu (28/9) secara keseluruhan aksi tersebut
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Meski ada tuntutan presiden Joko Widodo mundur saat aksi Mujahid 212, Sabtu (28/9) secara keseluruhan aksi tersebut berjalan lancar. Namun dibalik lancarnya aksi tersebut ternyata ada sejumlah oknum yang berniat membuat aksi tersebut menjadi chaos alias rusuh.
Polisi mengamankan enam orang yang diduga hendak membuat kerusuhan tersebut. Keenamnya diringkus sekira Minggu(29/9) dinihari pukul 01.00 WIB di Jalan Maulana Hasanudin, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang dengan barang bukti sejumlah bahan peledak.
Baca: Bocah Berat 110 Kg Meninggal Kesakitan
Ada enam terduga pelaku yang ditangkap masing-masing berinisial AB, SG, YF, AU, OS dan SS. Satu terduga pelaku berinisial SG atau L tercatat sebagai warga Jalan Kayu IV RT 06/RW 05 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.
Istri Ketua RT 06 yang enggan menyebut namanya membenarkan bila SG secara identitas memang tercatat sebagai warga RT 06 Kelurahan Kayu Putih. "Memang secara KTP SG warga sini, tapi cuma numpang alamat saja. Orang yang punya rumah tempat SG juga sebenarnya enggak kenal sama SG," kata istri Ketua RT 06.
Menurutnya pemilik rumah sebenarnya seorang perempuan berinisial DS yang alamatnya dipinjam SG untuk mengurus KTP. "Sebenarnya DS juga enggak mau alamatnya dipakai, takut kalau nanti ada masalah. Tapi saudara DS minta tolong, jadi akhirnya dibolehin," ujarnya.
Meski akhirnya SG mengantongi KTP sebagai warga RT 06 Kelurahan Kayu Putih, istri Ketua RT 06 menuturkan SG tak pernah bermalam di rumah DS. Pasalnya DS hanya tinggal sendiri di rumahnya dan tidak ingin timbul kabar tak sedap karena keberadaan laki-laki yang bukan muhrimnya.
Hal ini membuat polisi tak meminta bantuan Ketua RT 06 untuk menggeledah rumah DS atau mengonfirmasi keberadaan SG. "Belum pernah di sana (rumah DS), jangankan tidur. Saya suruh ke sana saja belum pernah. Saya juga kenal SG karena dia harus ketemu suami saya buat urus KTP," tuturnya. Tribun telah berupaya mengonfirmasi keberadaan SG kepada DS, namun saat dikunjungi DS diduga sedang tak berada di rumah.
Baca: Cap Tikus Rasa Kopi Tembus Pasar Global
Data yang dihimpun Tribun, pelaku berinisial AB menjadi aktor intelektual dalam kasus ini. AB merupakan dosen dari perguruan tinggi negeri yang ada di Bogor, Jawa Barat. "Dari semua yang ditangkap, masing - masing memiliki peran," ujar Kasubag Humas Polrestro Tangerang, Kompol Abdul Rachim. AB berperan menyuruh membuat bahan peledak jenis bom. Sebanyak 29 bahan peledak jenis bom molotov pun disita polisi di lokasi penangkapan. "Mereka ditangkap di Perumahan Taman Royal 2 Cipondoh. Itu rumahnya pelaku berinisial SS," kata Rachim.
SS berdasarkan informasi dari seorang sumber merupakan mantan petinggi militer di sebuah kementerian. SS diketahui juga merupakan calon anggota legislatif dari sebuah partai politik pada pemilu 2019 lalu namun gagal alias tidak terpilih.
SS menurut Kompol Abdul Rachim berperan memberikan bom molotov kepada tersangka OS. SS juga menentukan target dan selaku koordinator aksi untuk membuat chaos. Sementara itu pelaku SG yang melakukan perakitan bom tersebut. Ia juga mempersiapkan massa perusuh untuk mengikuti aksi Mujahid 212. Lalu pelaku YF dan AU memiliki peran yang sama. Keduanya sebagai eksekutor dalam rencana kekisruhan tersebut.
Kasat Reskrim Polrestro Tangerang, AKBP Dicky Ario mengatakan pihaknya mengamankan beberapa barang bukti terkait penangkapan enam orang di Cipondoh, Tangerang. "Barang bukti yang kami sita yakni 29 bahan peledak jenis bom molotov, handphone, KTP dan dompet," ucapnya.
Humas Kemenkopolhukam, Sumadi membenarkan SS yang ditangkap polisi sempat bekerja di kementerian yang dipimpin Wiranto tersebut. Namun, kata Sumadi sejak tahun 2016, SS tidak lagi bekerja di Kemenkopolhukam.
"Sudah tidak lagi mas (di Kemenkopolhukam). Kalau tidak salah sejak tahun 2016," ujar Sumadi.
Dari data yang diterima Tribun, SS bekerja di Kemenkopolhukam sejak tahun 1986. Jabatan terakhirnya adalah Asisten Deputi Kesatuan Bangsa. Saat ini SS beraktivitas sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara.
Baca: Mendikbud Larang Siswa Ikut Demo: BEM Unjuk Rasa Bertepatan Pelantikan DPR
Setelah tidak lagi bekerja di Kemenkopolhukam, SS sempat mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif di sebuah partai politik baru. SS maju melalui daerah pemilihan Banten 2 pada pemilu tahun 2019 lalu namun tidak terpilih.
Rektor IPB Kaget
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengaku terkejut mendengar kabar penangkapan seorang dosen berinisial AB oleh pihak kepolisian terkait pembuatan bom molotov dan rencana kerusuhan saat aksi Mujahid 212. "Saya terkejut sekali dengan berita tersebut," kata Arif.
Arif mengaku, segera akan mendatangi Polda Metro Jaya untuk melihat dosen IPB yang ditangkap di Tangerang. "Malam ini saya menjenguk beliau di Polda Metro Jaya dan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya," ujar Arif.
Dosen IPB ini disebut menyimpan bom tersebut di rumahnya di Pakuan Regency Linggabuana, Margajaya, Bogor Barat. Disebutkan juga, ia ditangkap pada saat keluar dari rumah SS di Perum Taman Royal 2, Kota Tangerang. Barang bukti yang disita petugas salah satunya bom molotov siap pakai untuk aksi Mujahid 212 berjumlah 29 buah.
Rumah Dosen IPB Diberi Garis Polisi
Kediaman dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) berinisial AB yang diciduk polisi terkait rencana kerusuhan saat aksi Mujahid 212 sunyi senyap. Rumah AB yang beralamat di Kawasan Margajaya, Kecamatan Bogor Barat tidak berpenghuni.
Pantauan Tribun rumah bercat tembok biru telur asin tersebut kini dikelilingi garis polisi. Di bagian garasi masih terparkir satu unit mobil sedan silver, satu unit motor roda dua dan sebuah sepeda.
Selain itu, di dalam ruangan rumah bagian dekat jendela juga terlihat dari luar sebuah powerbank yang ditinggalkan masih tersambung dengan colokan listrik. Sembari diawasi, Tribun yang memantau rumah itu hanya diperkenankan melihat kondisi dengan waktu terbatas.
Salah satu petugas keamanan perumahan, Jaenudin mengatakan bahwa penghuni rumah itu dikenal merupakan seorang dosen di IPB. "Iya, yang saya tahu beliau emang dosen. Tinggal sama istrinya. Sekarang kosong," kata Jaenudin.
Ia mengaku tidak mengetahui pasti kapan rumah itu diberi garis polisi. Dia mengaku bahwa kondisi rumah itu sudah terpasang garis polisi pada Sabtu (28/9) malam.
"Saya udah enggak lihat beliau itu sudah sekitar tiga hari yang lalu," katanya.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengaku terkejut mendengar kabar penangkapan seorang dosen oleh pihak kepolisian terkait pembuatan bom molotov dan rencana kerusuhan saat aksi Mujahid 212. "Saya terkejut sekali dengan berita tersebut," kata Arif.
Arif mengaku, segera akan mendatangi Polda Metro Jaya untuk melihat dosen IPB yang ditangkap di Tangerang. "Malam ini saya menjenguk beliau di Polda Metro Jaya dan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya," ujar Arif.
Arif juga menegaskan penangkapan dosen AB tidak terkait dengan kebijakan kampus atau pekerjaannya sebagai dosen IPB. "Perlu kami sampaikan bahwa dugaan aktivitas yang dilakukan adalah tidak ada kaitannya dengan tugas yang bersangkutan sebagai dosen IPB dan menjadi tanggung jawab penuh yang bersangkutan sebagai pribadi," kata Arif.
Dosen IPB ini juga disebut menyimpan bom tersebut di rumahnya di Pakuan Regency Linggabuana, Margajaya, Bogor Barat. Disebutkan juga, ia ditangkap pada saat keluar dari rumah SS di Perum Taman Royal 2, Kota Tangerang. Barang bukti yang disita petugas salah satunya bom molotov siap pakai untuk aksi Mujahid 212 berjumlah 29 buah.
Warga Mengenal SS Sebagai Pensiunan Militer
SS, mantan Asisten Deputi Kesatuan Bangsa Kemenkopolhukam yang ditangkap polisi terkait rencana rusuh saat aksi Mujahid 212 dikenal warga sebagai pensiunan militer. Tribun sempat menelusuri rumah SS di kawasan Cipondoh Makmur, Tangerang.
Kondisi rumah SS tampak sepi. Pagar rumahnya yang berwarna cokelat terkunci rapat. Di depan pagar rumahnya terpasang spanduk berwarna hijau yang bertuliskan 'Agen Gula Putri Satu, Solusi Sehat Keluarga Indonesia'.
Di rumah itu kata Ketua RT 007/RW 05 Ade Baeri, hanya ditempati oleh istri SS. Sementara SS tinggal di rumah lainnya masih di Taman Royal 2, Tangerang.
"Katanya istrinya enggak mau tinggal di sana, di Royal. Nah, bapak maunya di sana karena tamu-tamunya banyak yang datang ke sana," ucap Ade.
Warga lanjut Ade juga terkejut mendengar kabar penangkapan SS. Setahu Ade, SS sempat mencalonkan diri menjadi anggota DPR periode 2019-2024.
"Kok bisa sejauh itu ya, kaget saya. Setahu saya dia pro pemerintah," ujar Ade.
Sementara anak SS mencalonkan diri dari salah satu partai politik pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Menurut Ade, SS baru saja pensiun dari kedinasan di militer dan terakhir bekerja di Kementerian Koordinator Poltik, Hukum dan Keamanan pada tahun 2016. Ia mengatu tidak mengetahui persis jabatan SS di Kemenkopolhukam.
SG Berniat Menikah dan Beli Rumah DP 0 Rupiah
SG (30) satu dari enam oknum terduga pelaku yang ingin membuat huru-hara saat Aksi Mujahid 212 di Monas diketahui berencama menikah dengan kekasihnya. Menurut istri Ketua RT 06 Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur yang enggan disebutkan namanya saat diwawancarai Tribun mengatakan SG meminjam alamat DS karena ingin segera menikah di Jakarta.
"Minjam alamat karena mau nikah di Jakarta, kalau sama Bu DS sebenarnya enggak saling kenal, saudara juga bukan," ujar ibu RT.
"Tapi saya enggak tahu istrinya orang mana," tambahnya.
Sejak awal tahun 2017 sudah meminjam alamat DS, SG yang mengaku bekerja di satu kios handphone di ITC Cempaka Mas itu juga mengaku ingin membeli rumah DP 0 Rupiah. "Mau beli rumah DP 0 rupiah, kan syaratnya harus yang sudah nikah. Makanya buru-buru mau nikah dia. Istrinya suka diajak kalau pas ngurus KTP kesini," ujar Ibu RT tersebut.
Bila tak ditemani calon istrinya, SG datang bersama seorang teman laki-laki yang tak pernah ikut masuk ke rumah Ketua RT 06 itu. Di mata Ibu RT, SG sosok sederhana dan gemar bercanda saat berbincang.
Dia tak menyangka SG diamankan polisi karena diduga ikut membantu merakit bahan peledak dan merancang huru-hara memanfaatkan momentum Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI. "Orangnya biasa saja, enggak ada aneh-aneh atau bagaimana. Kalau diajak becanda ya mau saja, kalau teman sama calon istrinya juga biasa saja," ucap dia. (bim/wly/nas/fal/Tribun Network/zal/dik/sen)