Aksi Demo
Arti Tagar GejayanMemanggil yang Viral, Ternyata Ajakan Perlawanan Mahasiswa Terhadap Rezim Soeharto
Tagar #GejayanMemanggil berupa ajakan kepada mahasiswa untuk turun ke jalan melakukan aksi protes terhadap kondisi negara saat ini.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Arti Tagar GejayanMemanggil yang Viral, Ternyata Seruan Perlawanan Mahasiswa Terhadap Rezim Penguasa 1998
Tagar #GejayanMemanggil berupa ajakan kepada mahasiswa untuk turun ke jalan melakukan aksi protes terhadap kondisi negara saat ini.
Antara lain, penolakan RKUHP, UU KPK, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, dan lain sebagainya.
Tagar itu sekaligus juga mengingatkan publik pada peristiwa berdarah di era reformasi 1998.
Di mana terjadi “pertempuran” hebat antara mahasiswa dan elemen masyarakat pengunjuk rasa dengan aparat yang mencegah aksi.
Ya, Jalan Gejayan menjadi saksi bisu atas keberanian mahasiswa Yogyakarta melakukan perlawanan terhadap rezim Soeharto di masa Orde Baru.
Ribuan mahasiswa memenuhi Jalan Gejayan saat menyuarakan perlawanan atas rezim yang dianggap otoriter saat itu.
Dikutip dari wikipedia, Peristiwa Gejayan dikenal juga dengan sebutan Tragedi Yogyakarta, adalah peristiwa bentrokan berdarah pada Jumat 8 Mei 1998 di daerah Gejayan, Yogyakarta, dalam aksi demonstrasi menuntut reformasi dan turunnya Presiden Soeharto.
Bentrokan ini berlangsung hingga malam hari. Kekerasan aparat menyebabkan ratusan korban luka, dan seorang mahasiswa bernama Moses Gatutkaca, meninggal dunia.
Peristiwa ini berawal dari unjuk rasa mahasiswa yang dilakukan beberapa universitas di Yogyakarta pada tanggal 8 Mei 1998.
Pukul 09.00 WIB terjadi demonstrasi di kampus Institut Sains dan Teknologi Akprind serta di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta.
Sementara di kampus Universitas Kristen Duta Wacana juga menyelenggarakan aksi keprihatinan yang berlangsung di Atrium UKDW.
Selesai salat Jumat, Pukul 13.00 WIB, sekitar 5000 mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melakukan demonstrasi di bundaran kampus UGM.
Demonstrasi yang berlangsung dengan tertib tersebut menyampaikan pernyataaan keprihatinan mahasiswa atas kondisi perekonomian saat itu yang dilanda krisis moneter, penolakan Soeharto sebagai presiden kembali, memprotes kenaikan harga-harga, dan mendesak untuk dilaksanakannya reformasi.
Pada saat yang bersamaan siang itu, ratusan lainnya juga melakukan demonstrasi di halaman kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan kampus IKIP Negeri Yogyakarta yang lokasinya berseberangan.
Di sini para pengunjuk rasa juga memprotes kekerasan aparat yang terjadi pada 5 Mei 1998 di lokasi tersebut.
Menjelang sore hari mereka ingin bergerak menuju kampus UGM untuk menggabungkan diri melakukan unjuk rasa di sana.
Ternyata aparat keamanan tidak mengizinkan dan berhadap-hadapan dengan mahasiswa yang bergabung dengan masyarakat.
Bentrokan meletus sekitar pukul 17.00 WIB.
Ratusan petugas keamanan membubarkan secara paksa dengan melakukan penyerbuan yang dibuka oleh panser penyemprot air dan tembakan gas air mata terhadap pengunjuk rasa di depan Hotel Radison yang terletak di pertigaan antara Jl Gejayan dan Jl Kolombo.
Mahasiswa dan masyarakat melawan aparat dengan batu, petasan dan bahkan bom molotov pada sore itu di sekitar Jalan Gejayan, yang membentang dari perempatan Jalan Padjajaran (Ring Road Utara) hingga perempatan Jalan Adi Sutjipto dan Jalan Urip Sumoharjo.
Tempat ini menjadi ajang pertarungan antara pengunjuk rasa dengan aparat yang mencegah mereka bergabung ke UGM.
Aparat secara membabi buta memukuli setiap orang yang ada di lokasi, termasuk pedagang kaki lima dan penduduk setempat.
Selama bentrokan berlangsung aparat melakukan pengejaran terhadap mahasiswa hingga memasuki kompleks kampus Sanata Dharma dan IKIP Negeri, sejumlah fasilitas kampus rusak saat petugas memasuki kompleks kampus.
Ketegangan ini terus berlangsung hingga malam harinya. Suasana mencekam dan letusan senjata api masih terdengar hingga pukul 22.00.
Sejumlah orang masih berlarian menyelamatkan diri, dan sebagian yang lain masih tertahan dalam kepungan polisi dan tentara.
Massa yang terkepung ini diisolir secara ketat, dengan menutup jalan-jalan yang menuju lokasi. Pukul 00.15 WIB, sebuah kendaraan panser kembali menyerbu massa dengan menembakkan gas air mata.
Massa mencoba membakar panser tersebut, tetapi gagal. Api hanya terlihat menyala sebentar, kemudian padam kembali.
Sekitar pukul 21.30 WIB, para mahasiswa sedang berada di posko PMI di Sanata Dharma, menyaksikan orang berlarian dikejar aparat keamanan dan mendengar suara orang mengaduh di lokasi yang berjarak sekitar 50 meter dari Posko PMI tersebut.
Setengah jam kemudian, ketika suasana sudah tenang kembali, petugas PMI mendatangi lokasi orang mengaduh tadi, dan mendapati seseorang sedang sekarat di jalan.
Ia tidak lagi bicara, tangannya patah menelikung ke belakang. Dan kepalanya sudah tak berbentuk. Dari telinga dan hidungnya darah segar terus menerus mengalir.
Ketika dibawa ke rumah sakit Panti Rapih, ia tewas dalam perjalanan. Dari identitas di dalam dompetnya, diketahui ia adalah Moses Gatutkaca.
Untuk mengenang Peristiwa Gejayan, Jalan Kolombo di sebelah Univeritas Sanata Dharma diubah menjadi Jalan Moses Gatutkaca. Nama jalan untuk mengenang pahlawan Reformasi yang mungkin masih terlupakan.
Kondisi Saat Ini
Sementara itu, dikutip dari artikel "Trending #GejayanMemanggil, Ada Apa di Gejayan Hari Ini?", Humas aksi #GejayanMemanggil, Syahdan Husein, menyebutkan aksi akan dilakukan pada pukul 13.00 WIB. Sementara, massa dijadwalkan berkumpul pukul 11.00 WIB.
Isu yang akan disuarakan terkait kondisi politik hukum terkini, dan persoalan lingkungan.
Syahdan menyebutkan, ada tiga titik kumpul aksi.
"Ada tiga titik (kumpul), yaitu gerbang utama Kampus Sanata Dharma, pertigaan revolusi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan Bunderan Universitas Gadjah Mada," kata Syahdan, Senin (23/9/2019) pagi.
Massa akan berkumpul mulai pukul 11.00 WIB di tiga titik tersebut. Setelah itu, demonstran akan bergerak menuju ke pertigaan Colombo, Gejayan.
Syahdan memperkirakan, peserta aksi mencapai ribuan, yang tak hanya terdiri dari para mahasiswa. "Belum kami hitung secara real. Tapi belasan universitas turun, pelajar-pelajar SMA turun, dan organisasi mahasiswa daerah seperti mahasiswa Riau dan Kalimantan turun ke jalan melawan asap," ujar dia.
Untuk mengantisipasi masalah keamanan, menurut Syahdan, aksi ini telah dikoordinasikan dengan pihak kepolisian.
Syahdan mengatakan, ada tujuh tuntutan yang akan disampaikan, di antaranya mendesak pembahasan ulang pasal-pasal yang dianggap bermasalah dalam RKUHP, mendesak revisi UU KPK yang baru disahkan DPR, dan menolak upaya pelemahan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sementara itu, di Twitter, para pengguna memberikan komentar terkait rencana aksi ini. Ada yang mendukung, ada pula yang mengingatkan agar aksi diselenggarakan secara damai.
Tagar #GejayanMemanggil juga diwarnai dengan unggahan tangkapan layar para mahasiswa yang meminta izin mengikuti aksi kepada dosennya.(*)
#Arti Tagar GejayanMemanggil yang Viral, Ternyata Ajakan Perlawanan Mahasiswa Terhadap Rezim Soeharto