Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

TERKINI Gunung Merapi Keluarkan Guguran Lava, Tercatat dan Terpantau CCTV BPPTKG

Berita terkini. Telah tercatat Gunung Merapi mengeluarkan satu kali guguran lava.Hal itu berdasarkan periode pengamatan Selasa-Rabu

twitter BPPTKG
visual Gunung Merapi pada Sabtu 31 AGustus 2019 sekitar pukul 06.00 WIB via PGM Selo. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berita terkini. Telah tercatat Gunung Merapi mengeluarkan satu kali guguran lava.

Hal itu berdasarkan periode pengamatan Selasa-Rabu, (18/9/2019) pukul 18.00 WIB sampai 06.00 WIB.

Pengamatan dilakukan melalui Closed Circuit Television (CCTV) dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang diinformasikan melalui akun Twitter resmi.

"Dari CCTV teramati guguran lava sebanyak 1 kali ke arah hulu kali gendol dengan jarak luncur 600 meter," tulis akun Twitter @BPPTKG

Pada periode pengamatan sebelumnya pada selasa tanggal (17/8/2019) pukul 06.00 sampai 18.00 WIB, gunung di Utara kota Yogyakarta itu tercatat mengeluarkan satu kali guguran lava dengan jarak luncuran 600 meter menuju arah hulu kali gendol.

Status Gunung Merapi waspada sejak 21 Mei 2019. (*)

Baca: HATI-HATI Jangan Selingkuh, Remaja Ini Dibunuh Dibakar Pacarnya Sendiri, Setelah Tahu Berselingkuh

Baca: Anggota DPRD Ini Diusir Satpam Saat Datang ke Kantor, Penyebabnya Karena Ini

Baca: Peruntungan Menurut Zodiak Rabu 18 September 2019, Scorpio Harus Berlatih Hati-Hati Hari Ini

Facebook Tribun Manado :

Jadi Perhatian

Gunung Merapi menjadi perhatian beberapa waktu belakangan ini.

Hal itu terjadi sejak Gunung Merapi mengalami letusan freatik pada 11 Mei 2018 kemarin.

Saat itu, Merapi menyemburkan asap membumbung tinggi hingga ketinggian 5500 meter.

Sejak saat itu, aktivitas merapi tampak semakin aktif hingga akhirnya status Gunung Merapi dinaikan dari normal ke level waspada.

"Sehubungan telah terjadi peningkatan aktivitas letusan freatik dan diikuti dengan kejadian gempa VT dan gempa tremor pada tanggal 21 Mei 2018, maka disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya aktivitas tersebut, maka terhitung mulai tanggal 21 Mei 2018 pukul 23.00 WIB, status aktivitas Gunung Merapi dinaikkan dari tingkat 'NORMAL' menjadi 'WASPADA'," demikian isi rilis resmi PVMBG.

Aktivitas itu merupakan kondisi yang normal bagi gunung api yang memang termasuk ke dalam Gunung Api paling aktif ini.

Aktivitas vulkanik merapi terus berlangsung, sejak awal mula terbentuknya hingga sekarang.

Baca: Olahraga Bulu Tangkis Jadi Penutup Agenda HUT DPR RI, Bambang Soesatyo Sebut Untuk Rasa Persaudaraan

Baca: Panik Karena Ketahuan Mencuri, Pria Ini Bunuh Pasangan Kakek Nenek, Padahal Mereka Tetangga

Baca: Bikin Sedih, Bayi Ini Terpaksa Diberikan Kopi Karena Orangtuanya Tak Mampu Beli Susu

Instagram Tribun Manado :

Adapun berdasarkan hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi dua kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua.

Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas empat bagian.

PraMerapi (+400.000 tahun lalu)

Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen.

Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

Merapi Tua (60.000 - 8000 tahun lalu)

Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna.

Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

Merapi Pertengahan (8000-2000 tahun lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas.

Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "de¬bris-avalanche" ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk kawah Pasarbubar.

Merapi Baru (2000 tahun lalu - sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi.

Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan Pasarbubar tephra.(tribunjogja.com)

Sumber: http://www.merapi.bgl.esdm.go.id

Penyeimbang Pulau Jawa

Gunung Merapi, salah satu gunung api paling aktif di Indonesia ini menjulang setinggi 2,390 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung api yang berada di wilayah Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten ini menyajikan keindahan alami yang bisa membuat siapapun berdecak kagum. Namun dibalik keindahannya, Gunung Merapi menyimpan potensi ancaman bahaya yang nyata.

Semisal pada letusan tahun 1006 yang disebut oleh seorang geolog Belanda, Van Bemmelen telah menyebabkan Pulau Jawa seluruhnya tertutup abu. Bahkan letusan inilah yang disebut-sebut merupakan penyebab pindahnya pusat Kerajaan Medang atau Mataram Kuno ke Jawa Timur.

Kemudian letusan pada tahun 1872. Letusan ini dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama.

Hingga sekarang, Gunung Merapi masih aktif. Menghimpun energi untuk menghasilkan erupsi yang biasanya terjadi lima tahun sekali. Namun, pascaerupsi tahun 2010, berbagai kalangan ahli menyatakan bahwa 'perilaku' merapi sudah berubah. Siklus lima tahunan itu bisa saja berubah. Akan tetapi yang pasti, menurut istilah Geolog Dr Surono, bahwa merapi tak pernah ingkar janji.

Itu merupakan rangkaian panjang dari proses pembentukan merapi. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Pra Merapi (400 ribu tahun lalu), Merapi Tua yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan (60 ribu hingga 8 ribu tahun lalu), Merapi Pertengahan yang membentuk Pasar Bubar (8 ribu - 2 ribu tahun lalu) serta Merapi Baru yang membentuk Gunung Anyar sekitar 2000 tahun lalu hingga sekarang.

Jika itu merupakan proses perkembangan merapi berdasarkan pendekatan ilmiah, lantas bagaimana dengan perkembangan merapi lewat sudut pandang mitologis? Boleh percaya, boleh tidak namun kisah ini hidup dan berkembang dalam berbagai cerita rakyat. Bagaimana kisahnya?

1. Gunung Merapi, pasak penyeimbang Pulau Jawa

Konon dahulu kala, Pulau Jawa tidak seimbang seperti sekarang. Melainkan miring ke sebelah barat. Ini karena di ujung barat, terdapat banyak gunung, sementara di bagian tengah dan timur tidak ada.

Lucas Sasongko Triyoga dalam bukunya yang berjudul Manusia Jawa dan Gunung Merapi menyebutkan bahwa untuk menyeimbangkan pulau jawa itulah, Dewa Krincingwesi kemudian memerintahkan untuk memindahkan Gunung Jamurdwipa di barat Pulau Jawa, ke tengah pulau jawa, tempat sekarang berdirinya Gunung Merapi.

Namun pemindahan Gunung Jamurdwipa ini menghadapi kendala. Salah satunya lantaran ada dua orang empu sakti yang hidup di tengah pulau jawa. Keduanya yakni kakak beradik Empu Rama dan Permadi.
Para Dewa yang mendatangi kedua empu ini pun mengakui kesaktiannya. Mereka meminta keduanya untuk berpindah karena tempat tersebut akan menjadi tempat ditancapkannya pasak bumi penyeimbang pulau jawa.

Namun kedua empu ini menolak dengan alasan mereka tengah mengerjakan keris yang harus dikerjakan hingga selesai. Jika tidak, maka akan terjadi kekacauan.

Mendengar hal itu, Dewa Krincingwesi murka lalu menjatuhkan Gunung Jamurdwipa diatas mereka. Kedua empu ini terkubur hidup-hidup. Roh keduanya dipercayai menjadi penjaga Gunung Merapi hingga sekarang. Keduanya bahkan menjabat sebagai raja dari semua makhlus halus di Merapi. Sementara perapian tempat mereka membuat keris, menjadi cikal bakal penamaan merapi.

Perapian ini juga yang diyakini sebagai cikal bakal lahar panas Gunung Merapi.

2. Gunung Merapi berasal dari Gunung Himalaya

Cerita lainnya menyebutkan bahwa Gunung Merapi dulunya berasal dari bagian dari Gunung Himalaya. Kisah nyaris sama yakni para dewa saat itu membutuhkan patok untuk menyeimbangkan pulau jawa. Namun, cerita yang satu ini agak berbeda dalam hal asal pembentukan Gunung Merapi.

Disebutkan bahwa Bathara Bayu diperintah Hyang Guru untuk mengambil bagian Gunung Himalaya untuk ditancapkan di Pulau Jawa. Namun dalam perjalanannya, bagian-bagian gunung ini jatuh di bagian barat pulau jawa. Bagian pangkal gunung himalaya ini jatuh berkeping-keping hingga menyebar dan menjadi sejumlah gunung di Jawa Barat semisal Gunung Guntur, Gunung Pangrango, Gunung Tangkuban Perahu, dll.

Bathara Bayu kemudian terbang ke wilayah tengah pulau jawa. Lalu menjatuhkan bagian lambung gunung himalaya. Jatuhnya sangat keras hingga jatuh berkeping-keping pula. Ini menjadi cikal bakal sejumlah gunung di wilayah tengah pulau jawa. Semisal Gunung Slamet, Sindoro, Merbabu, Sumbing, Lawu dan Gunung Merapi sendiri. Sementara di bagian timur, bagian gunung himalaya berubah menjadi Gunung Semeru, Gunung Mahameru dan sejumlah gunung lainnya.

Adapun kisah keberadaan Empu Rama dan Permadi juga muncul di kisah ini. Namun ada satu tokoh lagi yang muncul yakni Nyai Gadung Melati, sahabat kedua empu. Saat bagian Gunung Himalaya dijatuhkan, ketiganya tengah bersemedi. Mereka berhasil menyelamatkan diri dengan cara memukul tanah hingga menghasilkan rekahan tanah menjadi terowongan mereka untuk menyemalatkan diri. Terowongan ini kemudian menjadi cikal bakal Telaga Putri, Telaga Nirmala dan Telaga Muncar.

Lantaran perapian mereka telah rusak dan berubah menjadi gunung, maka Empu Rama kemudian memutuskan untuk membuat pusaka di wilayah timur, sedangkan empu permadi bertugas di wilayah barat. Sementara para sahabatnya diperkenankan untuk menjaga di wilayah tengah. Mereka antara lain, Nyai Gadung Melati, Prabu Jagat, dll. Mereka menghuni Kedaton Watu Garuda, Kawah Gendol, Geger Boyo, Gunung Kendil, Plawangan, serta Turgo.

Demikianlah berbagai kisah mitologi yang menyebar sebagai cerita rakyat. Anda boleh percaya boleh tidak. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Gunung Merapi Tercatat Keluarkan Satu Kali Guguran Lava Hingga Pagi Ini di Tribunjogja.com dengan judul Sejarah Gunung Merapi : Berawal dari Gunung Bibi yang Terus Tumbuh Hingga Sekarang, dan di Tribunjogja.com dengan judul Konon, Dahulu Kala Para Dewa Menancapkan Gunung Merapi untuk Seimbangkan Pulau Jawa

Subscribe YouTube Channel Tribun Manado :

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved