Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Soeharto yang Pernah Ngambek pada BJ Habibie, Sampai Tak Mau Dijenguk di Rumah Sakit

Hari pengambilan sumpah presiden tersebut menjadi hari terakhir Soerhato dan BJ Habibie bertemu

Editor: Finneke Wolajan
AP PHOTO
Soeharto dan Habibie berbagi lelucon dengan beberapa menteri baru pada upacara pelantikan di Istana Merdeka, Senin, 16 Maret 1998. 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  BJ Habibie menggantikan posisi Presiden Soeharto, pada 21 Mei 1998.

Itu setelah Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka di Jakarta.

Pada saat itu BJ Habibie yang merupakan wakil presiden langsung disumpah sebagai presiden.

Peristiwa bersejarah itu tak hanya membekas bagi Bangsa Indonesia, tapi juga BJ Habibie.

Hari pengambilan sumpah presiden tersebut menjadi hari terakhir Soerhato dan BJ Habibie bertemu.

Sebelumnya Soeharto tidak begitu saja menyerahkan jabatannya kepada Habibie.

Sejumlah pertimbangan dimiliki Soeharto setelah bertemu sejumlah orang pada 20 Mei 1998 malam. Namun, Soeharto tidak bertemu Habibie.

Baca: BJ Habibie Bapak Teknologi Indonesia di Balik Kelahiran Telkomsel

Baca: Mengenal Muhammad Pasha, Penerus BJ Habibie di Dunia Dirgantara, Wajah & Kecerdasan Mirip Sang Kakek

Baca: Cerita Mantan Ajudan BJ Habibie, Saat Genting Tidur di Bawah Ranjang Presiden ke-3, Ini Responsnya

Dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto yang ditulis adik Soeharto, Probosutedjo, Habibie memang sempat menelepon kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.

Ketika itu, Habibie menyatakan ingin bertemu.

Namun, Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid yang menerima telepon Habibie menyatakan bahwa Presiden memang enggan ditemui siapa pun.

Habibie sendiri bermaksud bertemu Soeharto setelah sejumlah menteri berkumpul di rumahnya dan bermaksud mundur dari jabatannya.

Hal ini dikisahkan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie yang ada di kediaman Habibie.

"Malamnya saya mendampingi Pak Habibie menerima para menteri yang mengundurkan diri yang dipimpin oleh Menko Pak Ginandjar Kartasasmita," ujar Jimly saat membuka acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Jakarta, pada 21 Mei 2018, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.

Setelah para menteri datang dan menyatakan pengunduran diri, Habibie langsung menyuruh ajudannya menelpon ajudan Presiden Soeharto.

Malam itu juga, Habibie meminta waktu untuk bertemu Pak Harto.

Namun, ungkap Jimly, telepon itu diserahkan ajudan Pak Harto kepada Menteri Sekretaris Kabinet Saadillah Mursjid.

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan Presiden'," kata Jimly.

Habibie menghormati keputusan dari Soeharto dan bersedia menerima jabatan itu.

'Penolakan' Soeharto Terhadap Habibie

Dalam wawancara di sebuah televisi sebagaimana dilansir Tribunnews.com, Habibie menceritakan 'penolakan' Soeharto terhadap dirinya itu.

"Saya penghabisan bicara dengan Pak Harto dilakukan pada bulan Juni, saat ulang tahunnya."

"Saya menjadi presiden tanggal 20 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun tanggal 9 Juni," katanya.

Habibie mengenang kisah percakapan melalui telepon yang semua katanya masih dia ingat.

"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni."

"Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail."

"Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.

Baca: BJ Habibie Masuk Daftar 1 dari 5 Tokoh Jenius di Dunia, IQ Albert Einstein 160, Kalau Habibie?

Baca: Cinta BJ Habibie Tak Hanya untuk Ainun, Ilham: Hidupnya Didedikasikan Untuk Kebaikan

Baca: Drama Peralihan Kekuasaan dari Soeharto ke Habibie, Debat Keras Komposisi Menteri Kabinet Reformasi

Habibie menyatakan, dirinya adalah seorang manusia, sehingga dia berharap, tidak diperlakukan seperti itu oleh Soeharto, yang memutus hubungan.

Justru, kata Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara Habibie dan Soeharto.

Habibie bertanya, mengapa demikian? "Merugikan kita," kata Soeharto tegas.

Menurut penafsiran Habibie, merugikan kita itu bukan merugikan Soeharto dan Habibie secara pribadi.

"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.

Terkait dengan apa ruginya jika dua pemimpin itu bertemu dan menghapus banyak spekulasi yang berkembang.

"Ruginya karena diadu domba, dia kan orang yang sangat bijaksana dan tahu lapangan, lebih tahu dari Habibie," ungkap Habibie.

Menolak Dijenguk Meski Sakit

Kemudian salah satu langkah yang dilakukan Habibie selaku presiden yakni mengusut Soeharto terkait tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam pemerintahannya terdahulu.

Suatu kali Soeharto dimintai keterangan oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta setelah sejumlah saksi diperiksa, namun dirinya kemudian terkena serangan stroke dan dirawat di RS Pertamina.

Baca: Video Viral BJ Habibie Dicium Xanana Gusmao, Ternyata Ini Cerita Sebenarnya

Baca: BJ Habibie Daftarkan Diri Jadi Pendonor Mata Sebelum Meninggal, Matanya Masih Sehat!

Baca: Pesan BJ Habibie untuk Bangsa dan Tanah Air Indonesia di Masa Depan: Saya Mohon . . .

Dalam sakitnya itu, Habibie ingin menjenguk, namun tidak diperbolehkan oleh Tim Dokter Kepresidenan.

“Menurut mereka ada dua kemungkinan jika saya menjenguknya, yaitu Pak Harto senang atau marah, dan keduanya akan mengakibatkan gejolak emosi yang dapat meningkatkan pendarahan otak yang berakibat fatal,” kata Habibie.

Setelah menerima laporan dari Kejaksaan Agung dan Tim Dokter Kepresidenan, Habibie mengajukan agar kasus Soeharto dideponir (ditutup dan tidak dapat dibuka lagi).

Artikel ini tayang di Grid.ID dengan judul Kisah Soeharto Ngambek kepada Habibie, Saat Sakit pun Habibie Tetap Tak Diperkenankan Menjenguk

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved