Berita Terkini
Sosok Frans Kaisiepo Pahlawan Nasional Berdarah Papua yang Memperjuangkan Indonesia Raya
Frans Kaisiepo sendiri diketahui lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 dan meninggal di Jayapura, Papua, 10 April 1979 pada umur 57 tahun
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
Saat Konferensi Meja Bundar (KMB), Frans menolak diangkat sebagai anggota Delegasi Belanda.
Akibatnya, ia dihukum dan diasingkan ke daerah terpencil. KMB menghasilkan keputusan pengakuan kedaulatan terhadap Republik Indonesia.
Berita Populer: Detik-detik Mahasiswa S2 ITB Gantung Diri, Pesan Terakhir dan Lagu Diputar Bikin Merinding
Berita Populer: IDENTITAS 3 Siswa SMK Dijual ke Perusahaan Kapal, Awalnya Berangkat PKL hingga Sudah 9 Tahun Hilang
Berita Populer: KRONOLOGI 3 Siswa Magang SMK Tak Pulang 9 Tahun, Kapal Hilang hingga Minta Bantuan 2 Presiden
Namun, Belanda bersikeras bahwa Irian termasuk ke dalam wilayahnya.
Hingga pada 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mengumandangkan Tri Komando Rakyat (Trikora) sebagai upaya membebaskan Irian yang dilanjutkan dengan operasi militer.
Frans Kaisiepo turut aktif membantu kelancaran TNI untuk mendarat di Irian Barat.
Ketika Trikora berakhir, perjuangan dilanjutkan melalui jalur diplomasi.
Akhirnya, pada 1 Mei 1963, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerahkan Irian Barat kepada Pemerintah RI.
“Dalam diri Frans Kaisiepo dapat dilihat pribadi yang mempertahankan dengan teguh persatuan bangsa dan dari sini dapat diketahui bahwa banyak pihak dari Sabang – Merauke yang berupaya memperjuangkan Indonesia raya,” papar Susanto.
Karir Kaisepo sebagai aktivis dan politikus melesat ketika dirinya menjabat sebagai gubernur Irian Jaya (tahun 1964 hingga 1973) dan ikut dalam Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969.
PEPERA akan menentukan apakah rakyat Papua pemilih tetap dalam wilayah Republik Indonesia atau berpisah meski hasil PEPERA masih dianggap kontroversi.
Setelah bergabungnya tanah Papua ke wilayah NKRI, Kaisepo ditugaskan ke Jakarta sebagai anggota MPR RI perwakilan daerah Papua pada tahun 1972.
Terakhir dirinya menjabat sebagai Dewan Pertimbangan agung sampai tahun 1979.
Kaisiepo sendiri terus berjuang menyatukaan Irian dengan RI sesuai impiannya sejak awal dan pada 1969 impian ini terbayar dengan masuknya Irian sebagai propinsi paling muda di Indonesia saat itu.
Ia kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional menurut Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993, bertepatan dengan 30 tahun Papua kembali ke Indonesia.

Dia juga dikenang sebagai satu dari penerima penghargaan Bintang Maha Putera Adi Pradana Kelas Dua.