Enzo Terancam Dipecat dari Taruna Akmil: Begini Kata Panglima TNI
Taruna Akademi Militer (Akmil) TNI Blasteran Prancis Enzo Zenz Allie terancam diberhentikan dari taruna Akademi Militer TNI.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – Taruna Akademi Militer (Akmil) TNI Blasteran Prancis Enzo Zenz Allie terancam diberhentikan dari taruna Akademi Militer TNI. Hal tersebut menyusul beredarnya foto Enzo di media sosial membawa bendera HTI, organisasi yang sudah dilarang oleh pemerintah.
Di media sosial juga beredar screenshot postingan ibu Enzo dalam akun Hadiati Basjuni Allie. Dari screenshot yang tersebar, netizen menilai ibu Enzo juga pro-HTI. Selain itu, beberapa postingan ibu Enzo juga dianggap berisi fitnah terhadap pemerintah.
Baca: Prabowo Temui Megawati di Bali: Ini Jadwal Kongres V PDIP
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menuturkan jika Enzo terindikasi simpatisan HTI maka dia tidak segan-segan memberhentikan Enzo dari Taruna Akmil.
"Kalau benar (HTI) saya suruh berhentiin. Makanya dicek dulu. Kalau dia benar-benar khilafah ya nggak ada urusan," tegas Ryamizard, Rabu(7/8).
Ryamizard menjelaskan siapapun anggota TNI yang terindikasi pendukung khilafah, pemerintah tidak akan tinggal diam.
Dia menyatakan bakal mencopot siapapun anggota TNI ataupun Taruna Akmil TNI yang terindikasi terpapar simpatisan HTI ataupun pendukung khilafah.
"Nggak ada urusan. Saya cari-cari dari Sabang sampai Merauke, mau cari itu ada di depan mata saya, copot saja," imbuhnya.
Baca: Dari Tukang Maaf hingga Tukang Menangis, Ini Tujuh Pekerjaan Unik dengan Bayaran Mahal
Dengan tegas, pensiunan jenderal bintang empat ini menyebut jika ada tentara yang pendukung Khilafah adalah pengkhianat. "Pecat saja. Orang mendukung Pancasila kok. Itu namanya penghianat," singkat dia.
Ryamizard menambahkan perlu ada penelitian khusus untuk mengecek apakah calon tentara atau tentara terindikasi radikal, HTI ataupun paham khilafah. Sehari sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan Enzo telah memenuhi syarat untuk menjadi Taruna Akmil di Magelang.
Hadi juga menyampaikan Enzo adalah sah WNI yang telah lolos syarat tes baik fisik maupun psikologi. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi mengatakan pihaknya menerima informasi yang beredar baik dari Facebook dan masyarakat soal Enzo.
Ia menegaskan TNI sudah memiliki prosedur operasi standar (SOP), tidak hanya Enzo tapi semua calon taruna, tahap satu sampai tahap empat diawasi. "Secara prosuder kita punya SOP. Sampai tingkat empat kita telusuri. SOP kita begitu. Kodim, Koramil dilibatkan untuk meneliti orangtuanya dan keluarganya," ujar Sisriadi.
"Sampai tingkat empat tidak putus namanya pengawasan ini. Kalau ada prajurit taruna yang tidak Pancasilais, ketemu lalu dikeluarkan. Ini kan masih awal, kita dalami betul dan kita tidak buru-buru," tambah Sisriadi.
SOP untuk menelusuri latar belakang calon taruna atau yang sedang berproses dalam pendidikan perwira tidak lepas dari pengawasan. Pengawasan yang dimaksud berlangsung secara periodik dengan melibatkan intelijen dan aparatur teroterial seperti dari Kodim, Koramil, dan BAIS TNI.
Baca: Begini Caranya Menghilangkan Rasa Kantuk, Meminum Segelas Air Putih, Simak Cara Lainnya
"Ini sudah berjalan sejak mereka diterima. Kita mesti pelan-pelan dan serius menangani ini. Jangan sampai TNI dirugikan dan dia juga dirugikan," ujarnya.
Dikatakan Sisriadi, ada sejumlah seleksi untuk menjadi taruna di antaranya seleksi administrasi, kesehatan, jasmani, kepribadian melalui psikotes, akademis, terakhir dan yang paling penting adalah mental ideologi. Terkait Enzo, dari semua seleksi di atas yang bersangkutan lulus menjadi calon Taruna Akmil.
"Namun kami juga punya sistem penyaringan lagi. Jadi, orang-orang yang sedang di dalam pendidikan, terutama pendidikan perwira itu juga terus kita dalami, karena kami di TNI tidak ingin tersusupi oleh orang-orang yang memiliki paham radikal," jelas Sisriadi.
Sisriadi menjelaskan radikal yang dimaksud ada tiga, yakni radikal kiri, radikal kanan dan radikal lainnya seperti ultraliberalis. "Kalau dia Pancasilais sayang dong. Tapi tidak ada harganya kalau dia tidak Pancasilais," ujar Sisriadi.
"Jadi tidak hanya Enzo, taruna yang lain juga kita dalami selama mereka mengikuti pendidikan. Sementara ini dia lolos oleh seleksi penyaringan pendidikan. Tapi belum tentu orang yang jumlahnya sekian itu lolos lagi dalam penyaringan berikutnya," tegas dia.
Penyaringan berjenjang lanjut Sisriadi juga berlaku untuk semua taruna yang mengikuti pendidikan selama empat tahun. Bagi taruna diseleksi oleh pelatihnya di Akmil.
"Di dalam kita menyeleksi seseorang baik yang melalui pendidikan atau selama dia berproses dalam pendidikan kita gunakan aparat inteleijen teritorial yang ada di wilayah. Jadi, tidak hanya Enzo tapi prajurit taruna yang lain juga kita telusuri dan kita dalami," kata Sisriadi.
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan taruna yang sedang dalam proses pendidikan, bahkan hendak dilantik bisa dikeluarkan karena ketahuan masih menyimpan ideologi yang terlarang. "Tapi jangan sampai kemudian masyarakat menjudge, menghukum yang bersangkutan tidak terpapar, punya potensi bagus kemudian terfitnah," ucap dia.
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden. Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat. "Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya. (Tribun Network/fel/yog/wly)