Sulut Punya Syarat ‘Impor’ Rektor: Begini Penjelasan Menristek
Rencana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir ‘mengimpor’ rektor asing untuk perguruan tinggi.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Seharusnya yang jadi pertayaan, kalau memang sumber saya melimpah, kenapa PT di Indonesia, belum satu pun tembus peringkat 100 besar PT terbaik.
Dari sudut pandang pengembangan daya saing, harusnya memang kebijakan rektor ‘impor’ itu diberi peluang. Daya saing PT Indonesia harus diakui masih lemah.
Setidaknya ada dua aspek pertimbangan menerapkan kebijakan rektor ‘impor’. Pertama kemampuan manajerial. Kedua jejaring atau networking.
Harus diakui daya saing lemah, kalah dengan luar negeri. Bahkan di ASEAN saja Indonesia tertinggal. Nyatanya sumber daya Indonesia belum diakui.
Dibanding PT di Singapura atau Thailand, Indonesia masih kalah bersaing. Tapi rektor ‘impor’ pun belum menjamin, banyak aspek lainnya untuk memiliki daya saing. Ambil contoh dukungan riset dosen PT. Ini harus didorong pemenuhan kebutuhan finansial mumpuni. Riset dosen ini juga merupakan bukti daya saing.
Kemudian, komponen kesejahteraan dosen harus dilihat. Keterampilan rektor pun tak ditopang pemberdayaan riset dan kesejahteraan dosen, maka tidak akan signifikan pengaruhnya
Contoh saja tunjangan fungsional dosen hampir 2 dasarwarsa ini tak banyak berubah.
Kalau tidak dibenahi maka akan berkutat di masalah yang sama. Di lain pihak, isu rektor ‘impor’ ini sebagai bahan evaluasi, pemicu sumber daya Indonesia meningkafkan kapasitas dan jejaring. (ryo/fer/eas/kps/ndo)