News
Pantai Pantera Minahasa jadi Tempat Konservasi Penyu, dari 7 Spesies, 5 Bertelur di Pantera
Dari 7 jenis penyu, ada 5 spesies yang naik dari laut dan bertelur di area berpasir Pantai Ranowangko.
Penulis: Andreas Ruauw | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pantai Pantera Ranowangko II memiliki keindahan berpasir putih.
Selain itu, di Pantera terdapat para pegiat lingkungan memantau area kembang biak Penyu.
Penyu adalah satu di antara spesies paling langka di dunia saat ini.
Ratusan telur Penyu dijaga dan saat menetas, hewan itu dikembalikan ke habitatnya.
Pesisir pantai Ranowangko II Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, satu di antara lokasi penangkaran penyu di Indonesia.
Hewan itu harus tetap lestari karena jumlahnya terus menipis setiap tahun.
Rantai makanan membolehkan dia dimangsa hewan lainnya, termasuk manusia yang menganggap Penyu punya khasiat istimewa.
Baca: Sudah Dikunjungi Presiden Pagi, Pemadaman Listrik di Ibu Kota, Jawa Tetap hingga Sore
Baca: Torang Kanal - Fallen G Polimpung SAP Utamakan Pelayanan
Baca: Polsek Bolaang Uki Musnahkan Miras dan Knalpot Bising
Dari 7 jenis penyu, ada 5 spesies yang naik dari laut dan bertelur di area berpasir Pantai Ranowangko.
“Di Pantera (pantai Ranowangko) II, ada lima jenis dari tujuh spesies penyu dan data yang kami miliki terakhir di tahun 2019 ini sudah ada 3 jenis penyu yang bertelur, yaitu penyu lekang, lekang abu-abu dan lekang hitam,” ungkap Rolef Bolung, salah satu pegiat di kawasan konservasi penyu Ranowangko, Senin (5/8/2019).
Tak hanya pencinta penyu lokal yang bergiat di Ranowangko. Anakan penyu atau tukik yang sudah menetas, termasuk telur-telurnya, ternyata telah mengundang simpati dari dunia internasional.
Rolef mencatat, sejak tahun lalu 2018 hingga sekarang setidaknya relawan dari 14 negara bergabung di area konservasi. Mereka berasal dari Amerika, Inggris, Tiongkok, Swedia, Jerman, Australia hingga Prancis.
“Monitoring penyu dilakukan larut, sejak jam tujuh malam hingga jam empat dinihari,” sebut Rolef.
Dalam teknisnya ketika pegiat konservasi menemukan jejak atau telur penyu, jumlahnya langsung didata. Saat induknya ditemukan, proses bertelur terus dipantau hingga akhirnya melakukan penghitungan ukuran indukan tersebut.
Tentu yang terpenting harus dikenali juga spesiesnya apa. Hal ini dilakukan tanpa mengganggu aktivitas induk untuk kembali ke laut. Relawan juga mewaspadai pasang surut air laut.
Lokasi telur akan dipindahkan ke wilayah aman karena pasang-surut datang bersama kepiting api, salah satu jenis pemangsa telur penyu.