Perbatasan RI PNG
Kisah TNI di Perbatasan, Berhasil Kembalikan Jenderal Kelompok Sipil Bersenjata Papua ke NKRI
TNI sebagai penjaga perbatasan siaga untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perbatasan Indonesia dan Papua Nugini menjadi wilayah kelompok separatis bersenjata beroperasi. Sehingga TNI sebagai penjaga perbatasan siaga untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penjaga perbatasan Indonesia dan Papua Nugini yang tergabung dalam Satgas Pampas RI PNG berhasil mengamankan dua tokoh dari kelompok separatis bersenjata, selama hampir sembilan bulan bertugas.
Satu di antaranya merupakan tokoh penting, berpangkat jenderal bintang dua. Kapten Inf Rezki Pandu G, Pasi Ops Satgas Pampas RI PNG dari Yonif Para Rider 328/Dirgahayu mengatakan TNI melakukan upaya persuasif. Dengan upaya menggalanganggota kelompok separatis bersenjata.
Satgas Pampas RI PNG kala itu menemukan kondisi anggota separatis bersenjata yang memprihatinkan. Hidup susah di hutan, keluarga yang tak terurus. Anggota satgas mendekatinya dengan memberikan semua yang ia dan keluarganya butuhkan, seperti makanan dan obat-obatan.
Baca: Lepas Rindu Para Penjaga Perbatasan, Ketika Jarak Bukan Lagi Perkara
"Kemudian dengan tulus dia memberikan senjatanya M16 dan berikrar untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Kapten Inf Rezki Pandu G, Pasi Ops Satgas Pampas RI PNG dari Yonif Para Rider 328/Dirgahayu, saat ditemui di pos pengamanan, Sabtu (3/8/2019).

Dari penangkapan petinggi kelompok separatis bersenjata tersebut, TNI mengembangkan informasi terkait pergerakan mereka. Alhasil, TNI berhasil menjaring 82 simpatisan kelompok separatis bersenjata. "Setelah kami galang, mereka berangsur-angsur kembali NKRI," ujarnya.
Selain mengembalikan anggota dan simpatisan kelompok separatis bersenjata kembali ke pangkuan NKRI, Satgas Pampas RI PNG juga berhasil mengamankan sejumlah barang ilegal, dalam patroli yang berlangsung sejak 23 November 2018 hingga 2 Agustus 2019.
Kapten Inf Rezki Pandu G, Pasi Ops Satgas Pampas RI PNG dari Yonif Para Rider 328/Dirgahayu mengatakan narkoba menjadi tren penyelundupan di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini.
"Selama hampir sembilan bulan bertugas kami berhasil menyita 22,468 kilogram ganja dan dua gram sabu-sabu," ujarnya saat ditemui di pos perbatasan, Sabtu (3/8/2019).

Lalu lintas narkoba ini baik dari Indonesia ke Papua Nugini, maupun dari Papua Nugini ke Indonesia. Selain narkoba, minuman keras juga jadi kasus yang menonjol. Satgas berhasil mengamankan 1.840 botol miras ilegal.
"Banyak pelintas batas yang membawa barang ilegal. Itu sebabnya kami bekerja sama dengan polisi, bea cukai, imigrasi dan karantina. Semua stakeholder terkait," ujarnya.
Barang lain yang juga disita yakni lima pucuk senjata standar dan 14 pucuk senjata rakitan. 210 butir amunisi dan dua buah bom zaman perang dunia. Kayu Masohi seberat 1.538 kilogram dan 2.214 batang kayu besi, serta kayu Gaharu seberat 19,5 kilogram.
Gelembung ikan ilegal seberat 17.000 gram, sembilan unit motor ilegal, 115 orang pelintas batas ilegal, 4 ekor satwa dilindungi, sembilan orang pencuri dan satu pelaku tindakan asusila.
Ada 450 personel yang bertugas di daerah perbatasan ini. Berasal berbagai satuan, termasuk tenaga kesehatan dari Yomkes Kostrad. Personel ini tersebar di 17 pos pengamanan di sepanjang perbatasan, yang terletak di hutan maupun di pusat lalu lintas antar negara. (finneke wolajan)