Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Brigadir RT Tujuh Kali Tembak Bripka RE Hingga Tewas, Polda Metro Jaya Tunggu Hasil Otopsi

"Dia (Brigadir RT) lalu menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali di bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo

Editor: Maickel Karundeng
Istimewa
Brigadir RT Tujuh Kali Tembak Bripka RE Hingga Tewas, Polda Metro Jaya Tunggu Hasil Otopsi 

TRIBUNMANADO.CO.ID — Viral kasus penembakan sesama anggota kepolisian terus bergulir.

Pihak Kepolisan sedang mendalami kasus tersebut hingga tuntas.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, Bripka RE tewas akibat tujuh kali tembakan yang diduga dilakukan oleh rekannya sendiri, Brigadir RT.

Brigadir RT diduga menembak Bripka RE menggunakan senjata api jenis HS 9.

"Dia (Brigadir RT) lalu menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali di bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (26/7/2019).

Saat ini, jenazah Bripka RE telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk diotopsi.

Penyidik Polda Metro Jaya masih menunggu hasil otopsi untuk mendalami penyebab peristiwa penembakan tersebut.

"Masih kami dalami (motif penembakan)," kata Argo.

Seperti diketahui, peristiwa penembakan itu terjadi di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/7/2019) pukul 20.50 WIB.

Kronologi Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, peristiwa penembakan di Polsek Cimanggis diduga disebabkan oleh seorang anggota polisi yang terpancing emosi.

Anggota polisi berpangkat brigadir dengan inisial RT emosi lantaran rekannya, Bripka RE menolak permintaannya dengan nada kasar. Keduanya tengah menangani kasus tawuran.

Awalnya, Bripka RE mengamankan seorang pelaku berinisial FZ dengan barang bukti senjata tajam.

Tak lama, orangtua FZ datang ke kantor Polsek Cimanggis didampingi Brigadir RT dan Brigadir R. Kedua polisi yang datang bersama orangtua FZ meminta Bripka RE untuk melepaskah FZ.

Brigadir RT Diperiksa Intensif "Mereka meminta FZ dibebaskan, namun ditolak oleh Bripka RE," kata Argo saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat.

Brigadir RT merasa penolakan yang disampaikan Bripka RE bernada kasar.

Tak terima dengan perlakuan tersebut, Brigadir RT kemudian pergi menuju ruangan lainnya yang bersebelahan dengan ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis.

Ia mengambil sebuah senjata api jenis HS 9. "Lalu, dia (Brigadir RT) menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali tembakan pada bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo.

Akibatnya, Bripka RE meninggal di tempat kejadian perkara (TKP). Jenazah Bripka RE telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk keperluan autopsi..

Berita ini telah tayang di Kompas.Com dengan judul https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/26/08535381/ditembak-tujuh-kali-bripka-re-tewas-di-polsek-cimanggis?page=all

Baca: Inilah Pistol yang Digunakan dalam Kasus Polisi Tembak Polisi di Polsek Cimanggis, Senpi Tipe HS-9

Baca: Atasan Ungkap Kelakuan Sebenarnya Brigadir Rangga Tianto, Polisi Penembak Mati Bripka Rahmat Efendy

Baca: Manado Fiesta 2019 Bakal Spektakuler, 16 Kedutaan Besar dan 9 Kementrian Luar Negeri Bakal Hadir

Berita terkait

Inilah Pistol yang Digunakan dalam Kasus Polisi Tembak Polisi di Polsek Cimanggis, Senpi Tipe HS-9

TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait kasus oknum polisi tembak polisi di Polsek Cimanggis, Brigadir Rangga Tianto menggunakan senapan genggam atau pistol HS-9.

Brigadir Rangga Tianto menembak seniornya Bripka Rachmat Effendy sampai tujuh kali.

Penembakan itu mengakibatkan Bripka Rachmat Effendy tewas di tempat.

Rangga diduga tersulut emosi karena Rahmat menolak membebaskan FZ.

"Pelaku atas nama Brigadir Rangga ini merupakan paman dari saudara Fahrul yang diamankan oleh (korban) Bripka Rahmat tersebut," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (26/07/2019).

Akibatnya, Bripka Rahmat tewas di tempat. Peristiwa itu terjadi di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/07/2019) pukul 20.50 WIB.

Pelaku Brigadir Rangga Tianto (kiri) dan Korban Bripka Rachmat Effendy (kanan).
Pelaku Brigadir Rangga Tianto (kiri) dan Korban Bripka Rachmat Effendy (kanan). (ISTIMEWA)

Rangga menembak rekannya itu dengan menggunakan senjata organik milik Polri pistol jenis HS-9.

Lalu bagaimana profil senjata organik milik polri yang juga menjadi senjata andalan milik FBI.

Mengutip laman resminya, HS 9 merupakan senjata genggam semi otomatis buatan HS Produkt, Kroasia. Pistol ini selain dipakai oleh Korps Brimob di Indonesia juga digunakan oleh biro penyelidik federal Amerika (FBI), polisi AS, juga kesatuan elit dunia.

HS Produkt didirikan pada tahun 1991, dimotori oleh dua insinyur mekanik Ivan Zabcic dan Marko Vukovic.

Mereka berdua berbagi peran, Vukovic sebagai perancang utama di balik sebagian besar produk senjata sedangkan Zabcic sebagai ahli senjata karena merupakan veteran perang Kroasia.

Menyusul keberhasilan pistol HS 2000 di pasar dunia, perusahaan ini lantas mengubah namanya menjadi HS Produkt.

Pada pertengahan 2001, HS Produkt menjalin kontrak jangka panjang dengan perusahaan Amerika, Springfield Inc. yang merupakan pemasok senjata utama bagi polisi AS, militer, FBI dengan berbagai produknya termasuk pistol HS.

Sejak awal kerjasama tersebut, HS Produkt telah mencatat pertumbuhan penjualan senjata tertinggi di dunia. HS Produkt mengekspor 95% produknya ke pasar AS dan menjadi senjata pistol favorit di AS pada tahun 2003, 2006, 2009 dan 2013.

Karena kualitas dan kehandalannya, pistol ini juga menjadi favorit para penegak hukum di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Di Indonesia HS 9 juga HS 2000 dipakai jajaran Korps Brimob Polri untuk memperkuat unit khusus seperti tim anti teror CRT (crisis response team), unit GAG (Gerilya anti Gerilya) dan misi Polri di PBB di Sudan.

Baca: Ternyata Oknum Polisi yang Tembak Rekannya Adalah Paman dari Pelaku Tawuran

Technical Data HS-9

 Length of barrel:Barrel rifling:Magazine weight.Trigger pull:Line of sight:Safeties:Special features:

 
140 mm/4″ & 5″     120 mm/3″
 
705g ( 4”/ cal. 9x19mm), 760g ( 4”/ cal. .40 S&W), 750g ( 4”/ cal. .45ACP),
735g ( 4” / cal. .357 SIG), 667g( 3”cal.9x19mm), 750g ( 5”cal.9x19mm)
 
16 rds.(cal. 9x19mm), 12 rds. (cal. .40, cal. .357 SIG), 13 rds. (cal. .45ACP)
 
“first knee” 10mm / total 13mm
 
Loaded chamber indicator
Firing pin status indicator
 
Front blade, dove tail, dot rear square notch, two dot, drift adjustable & replaceable
1. Grooved user friendly non-slip grip with thumb rests & combat style trigger guard
2. Rail system for laser and tactical light in front of the frame
3. Ambidextrous magazine release
4. Chrome plated drop free magazine
5. Fires under water up to 3m deep
6. Light weight ultra high impact polymer frame

Kronologi Penembakan

Tak lama kemudian, masih berdasarkan laporan itu, orang tua Fahrul Zachrie, Zulkarnaen (46), datang ke Polsek Cimanggis.

Tak sendiri, Zulkarnaen turut mengajak Brigadir Rangga Tianto, yang juga berpakaian nondinas, untuk menemani.

Zulkarnaen dan Brigadir Rangga Tianto tertulis sama-sama warga Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Depok.

Setelah sama-sama bertemu di Polsek Cimanggis, Brigadir Rangga Tianto meminta agar Fahrul Zachrie jangan ditahan, melainkan dibina saja oleh orang tuanya.

Akan tetapi, permintaan Brigadir Rangga Tianto dibalas Bripka Rachmat Effendy dengan nada bicara tinggi.

Baca: Viral Mobil Langgar Lalu Lintas dan Menabrak Polantas, Polisi Terseret 100 Meter

"Proses sedang berjalan dan saya sebagai pelapornya," jawab Bripka Rachmat Effendy, dengan suara tinggi kepada Brigadir Rangga Tianto, seperti tersebut dalam laporan.

Suara tinggi Bripka Rachmat Effendy rupanya membuat Brigadir Rangga Tianto naik pitam.

Dalam kondisi emosi, Brigadir Rangga Tianto langsung menghampiri Bripka Rachmat Effendy di ruangan SPK.

Ia lalu mengeluarkan pistol, lalu menembakkannya ke arah Bripka Rachmat Effendy sebanyak tujuh kali.

Peluru tersebut bersarang di bagian dada, leher, paha, dan perut Bripka Rachmat Effendy, hingga korban tewas seketika.

Disebutkan pula senjata api yang digunakan Brigadir Rangga Tianto menghabisi nyawa Bripka Rachmat Effendy adalah HS-9, pistol genggam semi otomatis kaliber 9 milimeter yang merupakan senjata standar anggota Polri.

Hasil Uji Balistik

Sementara itu, sebanyak dua dari tujuh peluru di tubuh Bripka Rachmat Effendi diuji balistik. Menurut Kaopsnal Yandokpol Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Edy Purnomo, Bripka Rachmat Effendi tewas ditembak 7 kali dari jarak dekat, oleh Brigadir Rangga Tianto.

"Hasil pemeriksaan sesuai dengan laporannya, ada 7 luka tembak. Kami temukan di paha bokong, perut, dada dan leher. Tapi yang di leher mengenai dagu," ucapnya Edy di RS Polri Kramat Jati, Jumat (26/7/2019).

Ia menambahkan 7 peluru yang ditembakkan pelaku anggota Baharkam Polri, Brigadir Rangga Tianto, tak sampai menembus tubuh Bripka Rachmat lantaran mengenai bagian tulang.

Baca: Seorang Sopir Anak Bupati Tertembak Saat Main Game PlayStation, Oknum Polisi Ini Jadi Tersangka

Beberapa peluru dari senjata api berjenis HS 9, sambung Edy, diberikan kepada anggota kepolisian untuk dilakukan uji balistik.

"Dari 7 luka tembak itu 2 bersarang dan anak pelurunya sudah diberikan ke polisi dengan untuk penyesuaian pemeriksaan balistik," jelasnya.

(Tribun-medan.com/Fahrizal Fahmi Daulay)

BERITA TERPOPULER :

Baca: Recky Langi: Saya tak Pernah Daftar Polisi

Baca: Daftar Gaji PNS, Bupati, Wali Kota, Gubernur, Anggota DPR, Kepala Lembaga, hingga Presiden

Baca: Dipertemukan dengan Ariel NOAH, Luna Maya Tersipu Malu: Gue Hajar Ya Lu yang Nggak Mau Deket-deket

TONTON JUGA :

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Profil Pistol HS-9 Senpi Organik Polri, Senjata yang Dipakai Menghabisi Nyawa Bripka Rachmat

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved