Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Torang Kanal

7 Polwan Cantik di Polda Sulut: Kisah Tangkap Orang Tak Waras hingga Jago Karate

Berikut 7 polwan cantik yang pernah masuk rubrik torang kanal. mereka pun aktif menangkap para pelanggar hukum bahkan ada yang jago karate.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Kolase Tribun Manado/ISTIMEWA
Ilustrasi Polwan Cantik 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut 7 Polwan cantik yang bertugas di wilayah Polda Sulawesi Utara.

Ada berbagai prestasi yang mereka raih sebagai anggota Polri.

Berbagai upaya mereka lakukan untuk melayani masyarakat.

Mereka pun aktif menangkap para pelanggar hukum bahkan ada yang jago karate.

Berikut 7 polwan cantik yang pernah masuk rubrik torang kanal di portal tribunmanado.co.id sepanjang 2019:

1. Bripda Ghita Renata Sitompul: Cara Terhindar Dari Kecelakaan

Ghita Renata Sitompul Polwan cantik yang bertugas di Sat Lantas Polresta Manado.
Ghita Renata Sitompul Polwan cantik yang bertugas di Sat Lantas Polresta Manado. (Istimewa)

Bripda Ghita Renata Sitompul pernah masuk rubrik torang kanal dan membahas kecelakaan lalu lintas terjadi karena melanggar lalu lintas.

Gadis berumur 23 tahun mengatakan mengemudi yang baik dan taat aturanlah cara menghindari kecelakaan.

"Sebaiknya, sebelum berkendara jangan lupa mengecek kondisi kecelakaan baik motor maupun mobil, dan bukan hanya kendaraan yang dicek. Fisik pengendara juga harus dicek apa fit atau tidak," jelasnya.

Anggota Lantas Polresta Manado ini juga mengatakan, ketika mengendarai kendaraan jangan melamun apalagi bermain handphone.

"Patuhi rambu lalu lintas, jangan berkendara terlalu cepat dan pastikan jaga jarak dengan kendaraan yang lain. Gunakan sabuk pengaman untuk pengendara mobil, dan helm SNI untuk pengendara motor," tambah angkatan 2014 angkatan 43 Polwan itu.

2. Bripda Leonny Tumbel: Ingin Ikut PON

Bripda Leonny Tumbel
Bripda Leonny Tumbel (Istimewa)

Bripda Leonny Tumbel mengikuti Karate sejak kelas 4 SD. Jadi, karate digelutinya sebelum jadi polisi.

"Saya masuk kepolisian tahun 2017. Saya dilantik tahun 2018," kata gadis cantik kelahiran Manado, 3 januari 1999.

Anak Pasangan Lenny Paendong dan Raymond Tumbel itu mengaku Karate sudah menjadi hobi. Ia akan tetap melanjutkan selama tidak menganggu tugas kepolisian.

"Waktu SMA karate itu nomor satu. Sekarang polisi jadi jadi kewajiban," ujar kakak Leon Tumbel itu.

Kalau pulang kantor sore, ia akan latihan malam pukul 18.00 sampai 22.00.

"Kalau lembur tidak latihan. Syukur ditempatkan di satker yang bisa dikatakan santai jadi masih bisa latihan tiap hari," ujar dara cantik yang hobi olahraga ini.

Juara nasional PPLP dan kejurnas, juara 1 kumite senior putri perorangan, dan juara 1 kumite beregu kajati Sulut cup itu mengatakan jika ia diberi kesempatan dan dukungan dari kepolisian, ia akan mengikuti PON dan terus berprestasi lebih tinggi dari itu. 

3. Ipda Tissy Atotoy: Terinspirasi Ayah

Priscilla Tissy Atotoy
Priscilla Tissy Atotoy (TRIBUN MANADO/NIELTON DURADO)

Ipda Priscilla Tissy Atotoy mengatakan, Polri selalu melayani masyarakat.

"Polri terus melayani, mengayomi dan melayani masyarakat," kata lulusan Akpol 2018 ini.

Lanjut Polwan cantik berumur 23 tahun ini, yang harus dibanggakan adalah kinerja Polri yang sampai saat ini semakin baik.

Dirinya sebagai anggota Polri akan tetap berusaha untuk menjaga kinerjanya agar semakin maju dan lebih baik lagi.

"Harapan saya ke depannya, semoga di umur yang baru ini, Polri semakin maju, selalu bisa diandalkan oleh masyarakat di sekitar kita dan tentunya mampu untuk tetap menjaga keamanan negeri kita ini," harapnya.

Tambah Polwan yang bertugas di Satlantas Polresta Manado sebagai Kasubnit 2 dikyasa ini, yang paling penting, sebagai anggota polri harus mampu memberikan pelayanan dan perlindungan polri kepada masyarakat.

"Tetap menjadi Polri untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat," tegasnya.

Sejak usia lima tahun Ipda Priscilla Tissy Atotoy sudah melihat sosok ayah dengan seragam coklat dan pangkat di bahunya.

Konon, itulah yang menjadi inspirasi bagi dengan nama panggilan Tissy itu untuk menjadi seorang polisi wanita (Polwan).

Tissy mengaku peran sang ayah sangat besar dalam karirnya sebagai seorang polwan.

"Sejak SMA saya sudah mempersiapkan diri untuk jadi polisi karena ingin seperti papa," aku dia.

Meski begitu, Tissy mengaku tak pernah menyangka akan lolos seleksi Akademi Polisi (Akpol).

"Awalnya saya pikir masuk bintara saja susah, apalagi Akpol. Tapi setelah menjalani tes tak menyangka nama saya lulus baik di daerah maupun nasional," ujarnya.

Selama 4 tahun menempuh pendidikan di Kota Semarang, Tissy mengaku mentalnya benar-benar diubah.

"Sebelum masuk polisi jarang bangun pagi, tapi ketika pendidikan di Semarang jam empat subuh sudah harus bangun dan latihan sampai jam 6. Setelah itu kuliah," ungkapnya.

Wanita 22 tahun ini mengaku, empat tahun pendidikan yang ia jalani benar-benar merubah mental dan sudut pandangnya.

"Pokoknya mental yang manja-manja hilang semua selama pendidikan, dan saya bersyukur bisa masuk dalam institusi ini," ucapnya.

Usai mengikuti pendidikan di Semarang, Tissy langsung ditugaskan untuk kembali ke kota asalnya yakni Manado.

"Maunya sih ditugaskan di daerah lain dulu, karena mau cari pengalaman. Tapi saya tetap bersyukur bisa kembali ke Manado," beber Tissy.

Angkatan 49 Batalion Prawira Hiriya ini berharap dengan kembali ke Kota Manado dirinya bisa memberikan yang terbaik bagi masyarakat dalam tugas dan tanggung jawabnya.

"Harapannya sih ingin jadi kapolda suatu saat nanti, tapi biar Tuhan yang tentukan," tandasnya.

Nama : Ipda Priscilla Tissy Atotoy

TTL : Wamena, 7 Juli 1996.

Pendidikan

SD : Sekolah SDN 37 Manado.

SMP : SMP Negeri 8 Manado

SMA : SMA N Negeri 8 Manado.

Masuk Akademi Polisi Tahun 2014.

Jabatan Kanit II SPKT Polresta Manado

4. Bripda Monika Ni Kadek Dwiyani - Utamakan Pelayanan Kepada Masyarakat

Monika Ni Kadek Dwiyani
Monika Ni Kadek Dwiyani (TRIBUNMANADO/HANDHIKA DAWANGI)

Terus melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Selalu mengutamakan masyarakat saat bertugas. 

Begitulah Monika Ni Kadek Dwiyani selama ini.

Personel Satlantas Polres Kotamobagu ini mengaku selalu punya kesannya tersendiri saat bisa melayani masyarakat dengan sepenuh hati.

"Meskipun sudah tengah malam, atau pun hari libur namun demi menjalankan tugas untuk melayani masyarakat saya pun rela tidak pulang kampung halaman," ujar Warga Desa Werdhi Agung Selatan Kecamatan Dumoga Tengah Kabupaten Bolmong ini

Wanita kelahiran Werdhi Agung 08 April 1996 ini punya cerita saat perpisahan tahun.

Momen yang bagi kebanyakan orang harus berkumpul dengan keluarga, berbeda dengan Monika.

Dia bersama rekannya Polantas Kotamobagu harus ikut ambil bagian dalam pengamanan.

Monika mengatakan sangatlah sedih dan juga senang yang dia rasakan saat itu.

"Itu rasanya sedih dan senang. Sedihnya disaat malam tahun baru yang lain bersama dengan keluarga sedangkan saya di usia muda begini sudah punya tanggungjawab kepada institusi, jadi mau tidak mau saya harus menjalankan tugas saya sebagai seorang polisi wanita yang harus ada di tengah tengah masyrakat disaat pam malam tahun baru. Senangnya yaitu pelaksanaan tugas bisa berjalan dengan lancar," ujar Monika yang suka  traveling ini.

Sebagai Polisi Lalu Lintas, Monika tak henti-hentinya mengingatkan kepada masyarakat utamanya bagi pengendara kendaraan.

Monika pun punya pengalaman bagaimana sakitnya jika mengalami kecelakaan.

"Ya saya sudah merasakan bagaimana sakitnya kecelakaan itu. Saya menjadi korban kecelakaan pada Bulan Maret 2019. Kejadian itu sangat menyedihkan," ujar Monika.

Lanjut Monika, karena kejadian yang sangat menyedihkan itu dirinya sempat tidak bisa bangun selama bebrapa hari.

"Memang sangat menyakitkan jika kita mengalami kecelakaan. Tapi puji Tuhan sekarang saya sudah bisa kembali beraktivitas melayani masyrakat dengan baik," ujar Monika.

Monika mengatakan kejadian itu menjadi pelajaran yang sangat berharga baginya.

"Saya akan lebih berhati hati dalam berkendara," ujar Monika.

Monika mengakui tak punya masalah dalam membagi waktu asmara dengan pekerjaannya melayani masyarakat.

"Kalau mengenai asmara dengan pekerjaan menurut saya tidak masalah dan tidak terganggu. Karena kan ada waktunya weekend buat pacaran. Tetapi saya tetap utamakan pekerjaa," ujar Monika. 

Mengenai pasangan, Monika mengatakan ingin yang bisa mengerti dengan pekerjaannya.

"Kalau menurut saya mencari pasangan yang sama polisi. Alasannya biar mengerti dan tahu apa pekerjaan serta tanggung jawab kita sebagai seorang polisi wanita," ujar Monik.

5. Ipda Nining Vidi Astuty - Ingin Dekat Dengan Masyarakat

IPDA Nining Vidi Astuty S.Tr.K
IPDA Nining Vidi Astuty S.Tr.K (Istimewa)

Ipda Nining Vidi Astuty mengatakan sebagai polisi dirinya selalu berbaur dan bergaul dengan masyarakat.

"Sebagai Polisi Wanita, saya harus bergaul dengan masyarakat dari kalangan manapun. Namun tetap saja ada batasnya. Tidak terbawa arus dalam hal yang bertentangan dengan hukum," ujar lulusan AKPOL Tahun 2017

Lanjut Polwan cantik ini, saat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dia selalu mengedepankan dan melayani kepentingan masyarakat.

"Saya harus bisa mendekatkan diri dan melayani masyarakat sebagaimana yang harus dilakukan oleh anggota polri dan harus selalu ditingkatkan dari hari ke hari," ujar Kasubnit II Regident di Sat Lantas Polresta Manado ini. 

Menurut Ipda Nining, polisi modern itu kalau bisa selalu dekat dengan masyarakat dan bisa menyelasaikan masalah dengan baik.

"Polisi yang modern adalah polri yang dekat dengan masyarakat dan bisa menyelesaikan permasalahan yang ada di seputaran tempat tinggalnya," ujar dia.

Polwan ini berharap kedepannya polisi dapat selalu dicintai oleh masyarakat, dan selalu terbuka kepada pihak berwajib.

"Polisi kedepan dibentuk untuk selalu dicintai oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak canggung untuk membicarakan segala permasalahan yang ada dan mereka lebih terbuka dengan kami sebagai Polisi Wanita, "tutupnya. 

6. Bripda Kezia Zefanya Pandelaki - Pengalaman Tangkap Orang Tak Waras

Bripda Kezia Zefanya Pandelaki.
Bripda Kezia Zefanya Pandelaki. (ISTIMEWA)

Polwan cantik, Bripda Kezia Zefanya Pandelaki mengaku pernah menjalankan tugas untuk menangkap orang tidak waras yang kabur dari rumah sakit jiwa.

"Itu jadi yang paling tak terlupakan. Beda dengan cara menangkap penjahat," kenang polwan berstatus lajang ini.

Peristiwa itu berawal dari laporan orangtua dari orang tak waras yang meminta bantuan ke pihak SPKT.

"Karena kalau polisi, kata orangtuanya, dia takut," ujar putri sulung dua bersaudara dari pasangan suami dan istri, Sammy Pandelaki dan Fanda Tulangow ini.

Ia bersama seorang polwan lain, dan seorang personel Satreskrim, pun meluncur ke Kawasan Megamas, Manado, menuju ke lokasi sesuai laporan menggunakan mobil patroli.

Menurut polwan asal Langowan Kabupaten Minahasa ini, kalau menangkap penjahat, biasanya bisa dibentak-bentak.

Bripda Kezia Zefanya Pandelaki.
Bripda Kezia Zefanya Pandelaki. (ISTIMEWA)

"Tapi kalau menangkap orang tak waras, bedanya kita mesti bujuk dan ternyata bila dibujuk dengan baik, mereka justru jadi gampang diatur," kata polwan yang hobi jalan-jalan ini.

Mereka pun berhasil membujuk perempuan yang tak waras itu untuk kembali ke rumah sakit jiwa.

"Kami pesan taksi online karena perempuan ini menginginkan naik mobil bersama saudaranya," kata Kezia dengan nada rendah lalu tersenyum.

Ia bersama rekan lainnya lalu kembali ke mobil patroli untuk mengawal mobil taksi online tadi menuju ke rumah sakit jiwa dan menyelesaikan tugas mereka dengan baik. 

7. Bripda Nikita Yoddia Sumolang: Jauhi Pergaulan Bebas

Nikita Yoddia Sumolang
Nikita Yoddia Sumolang (Istimewa)

Bripda Nikita Yoddia Sumolang mengakui banyaknya anak-anak muda zaman sekarang yang terlibat di pergaulan bebas.

Menurutnya, kalau bergaul itu sebenarnya tidak juga harus terlibat dengan pergaulan bebas.

"Bergaul dengan warga sekitar yang tidak mengenal pergaulan bebas juga sudah dikatakan gaul," ujarnya,

Polwan cantik lulusan SMA Pertiwi Manado ini juga mengatakan, yang terpenting dalam pergaulan itu adalah takut akan Tuhan.

"Disaat kita bergaul dengan baik, kita juga jangan lupa harus takut akan Tuhan. Karena kalau kita tidak takut akan Tuhan, itu sama saja kita pasti akan terjerumus ke pergaulan bebas. Rajinlah beribadah, ajaklah teman kita untuk beribadah," bebernya.

Gadis 24 tahun ini masuk di kepolisian tahun 2014 dan mendapat tugas di Polresta Manado di Bagian Sumber Daya Manusia (Bag Sumda).

"Awalnya juga cita cita saya menjadi pramugari, namun mungkin ini kehendak Tuhan, sehingga saya jadi Polwan," jujurnya. 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved