Kota Kotamobagu
Pemadam Kebakaran Kotamobagu Tak Dilatih, Sejak Dulu Belajar Sendiri Menggunakan Alat Pemadam
Erwin Sugeha Kabid Damkar Kotamobagu, para pemadam hanya mengandalkan kemampuan yang dipelajari secara autodidak.
Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Handhika Dawangi
"Kalau berdasarkan jumlah penduduk, kami harusnya memiliki enam mobil Damkar, namun kita baru punya empat," jelas Erwin Sugeha Kabid Damkar Kotamobagu, Jumat (19/7/2019).
Erwin mengatakan, sudah mengusulkan untuk pengadaan satu mobil Damkar yang dilengkapi dengan tangga tersebut.
Kata Erwin, kalau mobil Damkar seperti ini kapasitas tangki hanya 1500 liter saja.
"Tapi kalau mobil dengan tangga tersebut multifungsi, bisa menjangkau tempat yang tinggi, juga untuk rescue korban kebakaran, juga bisa untuk menebang bagian atas pohon, dan lainnya, sebab tangganya mencapai tinggi 12 meter," jelas dia.
Ia mengatakan, usulannya sudah masuk dalam rencana kerja.
"Kapan akan direalisasikan, kami belum tahu, terpenting sudah diusulkan sesuai dengan kebutuhan kami," jelas dia. (Amg)
Kisahnya Selalu Menarik, Saat Petugas Damkar Kotamobagu Berjibaku Padamkan Api
Saat terjadi kebakaran yang pertama kalinya dihubungi adalah petugas pemadam kebakaran (damkar). Tak pandang rumah, kios, kantor, kebun milik siapa, damkar langsung bergegas menuju lokasi.
Aksi berbahaya kadang dilakukan. Naik di atas truk damkar yang melaju dengan kecepatan tinggi. Jalan rusak, berlubang, bergelombang, padat kendaraan, tak dipedulikan. Yang terpikirkan hanyalah cepat sampai di lokasi kebakaran.
"Dapat informasi, masih di wilayah Kota Kotamobagu. Tentu kami langsung tindaklanjuti. Berusaha cepat tiba di lokasi, bagaimanapun caranya. Entah itu menerobos lampu merah, ataupun menerobos padatnya kendaraan," ujar Dolly Paputungan (41) damkar senior kepada Tribun Manado, Rabu (20/02/2019).
Usaha mereka itu sangat jarang diapresiasi, lebih banyak ditanggapi miring oleh warga sekitar dan korban kebakaran.
"Meski sudah berusaha cepat, tetapi masyarakat selalu menanggapi lain. Mereka mau kita datang dan padamkan dengan cepat. Tanpa mereka tahu semua itu beresiko. Ada hal-hal yang merupakan SOP yang harus kita lakukan," ujar Dolly.
Selama sembilan tahun dia bekerja sebagai damkar. Hal itu terus dia hadapi dengan senyuman.
"Telinga kami sudah 'tebal' dengan teriakan kekecewaan masyarakat. Hal itu sudah biasa bagi kami. Meski demikian kami selalu ada untuk masyarakat kapan pun mereka butuhkan. Kami selalu harus bekerja sesuai SOP," ujar Dolly.
Saat berada di lokasi kebakaran, tak hanya api yang jadi perhatian mereka. Listrik dan bangunan pun harus tetap diperhatikan. "Listrik jangan sampai masih mengalir dan berakibat fatal bagi kami. Bangunan yang terbakar jangan sampai roboh dan menimpa kami. Semua itu ada prosedur yang memang harus kami penuhi," ujar Dolly.