Pakai Mobil Mewah: Begini Cara Densus 88 Tangkap Teroris Jaringan Internasional
Densus 88 Antiteror Polri melakukan serangkaian penangkapan terhadap lima terduga teroris di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Densus 88 Antiteror Polri melakukan serangkaian penangkapan terhadap lima terduga teroris di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Para terduga teroris tersebut diduga tergabung dalam kelompok ektremis Jamaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi dengan kelompok teroris global, Al Qaeda.
Tersangka PW alias Abang ditangkap bersama MY, istrinya saat berada di dalam hotel di Bekasi, Jawa Barat. Ia diketahui sering berganti mobil ralatif mewah, yakni Toyota Kijang Innova, Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero.
Baca: Sulut United Siap Tempur demi 3 Poin Jamu Mitra Kukar, Berikut Prediksi Line Up Pemain
"PW sering gonta-ganti kendaraan. Keluar menggunakan mobil. Mobil yang digunakan ganti-ganti, pertama Fortuner, lalu Pajero kemudian Innova," Suaeb, seorang petugas kemanan di di Perumahan Pesona Telaga, Kelurahan Cikaret, Cibinong, Kabupaten Bogor, kompleks tempat tinggal PW, saat dijumpai TribunnewsBogor.com.
Berdasarkan penelusuran pada laman distributor mobil di Jakarta, mobil baru Innova dijual mulai harga Rp 309,8 juta hingga Rp 410 juta, kemudian mobil Toyota Fortuner mulai harga Rp 474 juta hingga Rp 666 juta, dan Mitsubishi berkisar Rp 464 juta hingga Rp 522 juta.
PW tinggal bersama seorang istri dan 2 orang anaknya yang selama hampir tiga tahun tinggal di Perumahan Pesona Telaga, Kabupaten Bogor. "Dia tinggal bersama seorang istri dan 4 orang anak. Anaknya dua ada di sini dan yang dua lagi saya kurang mengetahuinya tinggal di mana," papar Suaeb.
Suaeb, membeberkan sosok yang ditangkap aparat kepolisian tersebut. PW dikenal sebagai pribadi yang tertutup. PW diketahui telah tinggal di perumahan tersebut selama tiga tahun belakangan.
Baca: 140 Personel Polda Provinsi Ini Naik Pangkat
"Orangnya agak tertutup. Di sini ngontrak sudah sekitar 3 tahunan. Jadi memang warga juga tidak pada tahu. Orangnya memang tertutup. Keluar ya keluar, setelah itu langsung masuk ke rumah," ujar Suaeb.
Sepengetahuan Suaeb, PW tidak pernah menerima tamu ataupun temannya yang datang ke rumah kontrakannya. "Dia tidak pernah menerima tamu dari luar," ucapnya.
Menurut polisi, penangkapan jaringan terduga teroris pertama dilakukan terhadap pasangan suami-istri; pria berinisial PW alias Abang dan MY, istrinya. Mereka ditangkap di satu hotel di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (29/6). Di tempat yang sama, polisi pun menangkap seorang terduga lainnya, BS.
"Yang ditangkap ini (PW) adalah pimpinan JI (Jamaah Islamiyah), setelah dia melakukan metamorfosa dari tahun 2007 sampai dengan sekarang. Atau boleh dikatakan sebagai Amir dari JI," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7).
Menurut polisi, MY disebut aktif dalam organisasi tersebut. Sementara BS merupakan penghubung antara PW dan para rekrutan kelompok JI.
Setelah tiga orang tersebut diringkus, Densus 88 kemudian menangkap tersangka A, juga di kawasan Bekasi, Minggu (30/6). Ia merupakan salah satu orang kepercayaan PW, yang menggerakkan organisasi JI di Indonesia.
Rangkaian selanjutnya, Densus 88 meringkus BTK alias BT yang merupakan orang kepercayaan PW, sekaligus menggerakkan jaringan JI di Jawa Timur. "Tersangka yang kelima adalah tersangka atas nama BT alias Haedar alias Deni dan alias Gani. Yang bersangkutan ditangkap pada hari Minggu, 30 Juni pada pukul 14.15 WIB di Ponorogo," tutur Dedi.
Dedi mengatakan, kelompok ini belum memiliki rencana untuk melancarkan aksi. Namun, menurut Dedi, kelompok tersebut sedang mengembangkan kekuatan. Tujuannya, membangun khilafah. Densus 88, masih mendalami lebih jauh kasus ini.
Jaringan Bisnis
PW alias Abang sedang mengembangkan kekuatan organisasinya, kelompok Jemaah Islamiyah (JI), jarinag teroris global Al Qaeda, termasuk dari segi ekonomi. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan kelompok tersebut memiliki perkebunan sawit sebagai sumber dana.
"Ini sedang dikembangkan, tahapan pembangunan kekuatan ini tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun," kata Dedi.
Baca: Mitra Kukar Yakin Menang di Klabat, Rafael: Semua Pemain Sulut United Berbahaya
Untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, dana tersebut dialokasikan sebagai gaji kepada petingginya. "Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan)," kata Dedi.
Kelompok tersebut juga diketahui membiayai para rekrutan untuk mengikuti latihan militer di negara seperti Suriah. Dedi mengatakan mereka telah mengirim rekrutan ke Suriah dalam enam gelombang. Namun, polisi masih mendalami jumlah orang yang dikirim.
Aksi 22 Mei
Dalam rentang dua bulan terakhir, Densus 88/Antiteris Polri menangkap puluhan terduga teroris. Polri menduga, gerakan jaringan teroris diduga ingin mengganggu proses demokrasi, Pemilu dan Pilpres 2019. Mereka berniat mengacauakan situasi pengumuman hasil rekapitulasi pemilu, dalam aksi 21-22 Mei 2019, yang berakhir ricuh.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, kelompok perusak situasi demokrasi ini diduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dalam satu rekaman video, seorang terduga teroris yang mengaku berinisial DY alias Jundi alias Bondan mengungkapkan akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei. DY alias Jundi juga mengaku telah merangkai bom untuk melancarkan aksinya tersebut.
"Nama saya DY alias Jundi alias Bondan, saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliyah pada 22 Mei dengan menggunakan bom yang sudah saya rangkai dan menggunakan remote control," ungkap DY seperti dikutip dari video yang ditayangkan Divisi Humas Mabes Polri saat konferensi pers, Jumat (17/5/2019).
Polri melakukan upaya penangkapan atau preventive strike terhadap terduga pelaku terorisme. Sepanjang 2019, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap 68 terduga pelaku terorisme jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). "Kami melakukan upaya paksa penangkapan terhadap 68 tersangka," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal saat konferensi pers di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
Dengan bertambahkan lima terduga teroris yang ditangkap dalam kurun waktu dua hari belakangan, jumlah terduga teroris yang diringkus berjumlah 73 orang.
Mei 2019, terdapat 29 terduga anggota jaringan teroris. Dari 29 tersangka yang ditangkap selama Mei 2019, sebanyak 18 tersangka ditangkap di Jakarta, Bekasi, Karawang, Tegal, Nganjuk, dan Bitung. Sementara itu, 11 tersangka lain ditangkap di Jakarta, Grobogan, Sukoharjo, Sragen, Kudus, Jepara, Semarang, dan Madiun.
Dari 11 tersangka, 9 terduga teroris merupakan anggota aktif JAD. Mereka telah mengikuti pelatihan di dalam negeri dan selanjutnya berangkat ke Suriah sebagai foreign terrorist fighter (FTF). Adapun dua orang lainnya merupakan deportan.
"Keterlibatan dua tersangka yaitu deportan. Mereka ini deportan, hijrah ke Suriah dan mereka belajar membuat bom asap di Camp Aleppo," kata Iqbal.
Menurut keterangan polisi, salah satu peran terduga teroris tersebut ialah berencana memanfaatkan momen hasil pengumuman rekapitulasi resmi Pemilu 2019 oleh KPU pada 22 Mei 2019.
Prosedur Penanganan Kasus Exstra Ordinary
Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri menangkap jaringan terduga teroris di bebrapa tempat. Seorang pria inisial BTK (42), diringkus di Ponorogo, Jawa Timur, kemudian pasangan suami istri, dicokok di Bekasi, Jawa Barat.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menuturkan, penangkapan itu dilakukan langsung oleh Tim Detasemen Khusus 88 (Densus) Mabes Polri. "Kami membenarkan adanya penangkapan di wilayah jatim oleh densus 88 Mabes Polri," kata Frans Barung saat ditemui awakmedia di ruangannya, di Mapolda Jatim di Surabaya, Senin (1/7).
Namun, lanjut Barung, beberapa jam setelah dilakukan penangkapan, si terduga teroris itu langsung dibawa ke Jakarta. "Satu saja, sudah dibawa ke Jakarta," katanya.
BTK (42) merupakan warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. BTK diketahui mengontrak rumah di Perumahan Grisimay, Blok C-14, Kelurahan Mangunsuman, Siman, Ponorogo. Ia ditangkap oleh Densus 88, saat seorang diri mengendarai mobil Toyota Avanza bernopol B 1844 POD warna perak.
Penangkapan terjadi di kawasan jalan alternatif yang menghubungkan Wonogiri-Ponorogo, Jalan Raya Kampung Sampung, Desa Pohijo, Sampung, Ponorogo, Jatim, Minggu (30/6) sekitar pukul 14.30 WIB.
Beberapa saat setelah dicokok Densus 88, BTK langsung diterbangkan ke Mabes Polri Jakarta, guna menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Walau penangkapan BTK berlangsung pada Minggu kemarin lusa, kabar penangkapan tersebut anehnya justru baru beredar pada Senin (1/7). Dalam suatu prosedur penanganan kasus yang tergolong exstra ordinary crime atau kejatahan luar biasa, seperti terorisme, Polda Jatim menyebut hal itu lumrah.
Kapolres Ponorogo AKBP Radiant membenarkan kejadian penangkapan terduga teroris tersebut. "Iya benar, ada penangkapan,” katanya.
Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci informasi tentang pria yang sempat diamankan tim Densus. Kapolres mengaku belum tahu keterkaitan terduga teroris itu dengan jaringan kelompok radikal mana. "Langsung diamankan dan dibawa ke Jakarta. Lain-lainnya tidak tahu," kata AKBP Radiant.
Saat ditanya mengenai latar belakang dan keterkaitan dengan jaringan teroris yang telah ditangkap oleh Densus 88 Mabes Polri sebelumnya. Kombes Frans Barung enggan berkomentar banyak, karena sejak rentetan insiden bom di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya, di Surabaya dan Sidoarjo 13-14 Mei 2018 silam.
Kombes Pol Frans Barung Mangera menerangkan, terorisme bukan jenis kejahatan biasa. Terorisme merupakan kejahatan tingkat tinggi. Prosedur dan mekanisme penangkapan pelakunya tak sembarangan.
Segala informasi yang berkaitan dengan kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime terorisme, hanya pihak Mabes Polri yang berwenang mengelurkan statemen.
"Kalau kasus yang menyangkut tentang kegiatan terorisme itu selalu diambil oleh Densus, tidak ada dari pihak Polda yang melakukan konfrensi pers, atau memberikan keterangan, karena sifatnya adalah klandestin," tandasnya.
"Kita harus mengerti, kejahatan (terorisme) ini adalah kejahatan mobilitas yang tinggi, memerlukan kerahasiaan, memerlukan yang juga dinamakan klandestin (gerakan rahasia, gerakan bawah tanah, Red)," kata Frans Barung.
Polisi memerlukan kerahasiaan dan kecekatan, karena kejahatan terorisme memiliki mobilitas sangat tinggi dan adanya keterpautan antar jaringan di lain kawasan. "Sehingga anggota tersebut ataupun Densus 88 menyangkut tentang operasionalisasi mereka tentang pemberantasan ini, lebih efektif tidak diketahui publik karena menyangkut tentang karakteristik terorisme," kata Barung.
Menurut sejumlah saksi mata, kendati tidak ada perlawanan, BTK sempat diminta keluar mobil dan tiarap dengan kedua tangan di atas tengkuk, bagian belakang badan. Petugas Densus terlihat bersiaga dengan senjata api terarah ke BTK sampai petugas lain selesai memborgolnya.
"Ada beberapa warga yang tadi sempat mengambil gambar saat penggerebekan terjadi. Namun kemudian mereka didatangi petugas dan diminta untuk dihapus," kata Sugianto, saksi mata.
Mantan Intelijen Jamaah Islamiyah Ahli Bom
Densus 88/Antiteror Polri bersama Polda Jawa Barat telah menangkap pria inisial PW, terduga teroris di Hotel Adaya, Jalan Raya Kranggan, Jatiraden, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (29/6). PW ditangkap bersama MY, istrinya, serta seorang laki-laki lainnya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan PW pernah memegang posisi penting bidang intelijen dalam struktur organisasi Jamaah Islamiyah (JI), jaringan organisasi teroris internasioanl Al Qaeda, tahun 2000-an.
Kemudian PW menjabat sebagai pimpinan atau amir JI setelah organisasi tersebut dibubarkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. "Setelah JI dinyatakan dibubarkan, dia dibaiat sebagai amir (pemimpin) JI di Indonesia. Yang bersangkutan punya kompetensi merakit bom, kemampuan intelijen dan kemampuan militer lainnya, sehingga dia dibaiat sebagai pimpinan JI," kata Dedi di Mabes Polri Jakarta Selatan pada Senin (1/7).
PW yang juga dikenal sebagai Aji Pangestu alias Abu Askari alias Ahmad Arif alias Ahmad Fauzi Utomo yang punya rekam jejak panjang dalam berbagai kasus terorisme di Indonesia juga diduga memiliki kedekatan dengan gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top.
"Mulai dari kasus bom Bali, bom Natal, bom di Kedubes Australia, dan yang bersangkutan aktif saat terjadi kerusuhan di Poso dari tahun 2005 sampai 2007," kata Dedi.
PW merupakan alumnus pelatihan militer di Moro, Filipina tahun 2000 yang menyandang gelar S1 Teknik Sipil di sebuah universitas di Jawa Tengah. PW telah mengirim orang-orang rekrutan ke Suriah untuk menjadi jihadis.
Orang-orang rekrutannya tersebut rata-rata memiliki kemampuan intelijen dan militer serta mampu merakit bom.
"Dari sisi kompetensi, yang bersangkutan memiliki kompetensi untuk merakit bom. Kemampuan intelijen dan kemampuan militer lainnya selama dia mengikuti pelatihan itu cukup komprehensif sehingga yang bersangkutan dibaiat sebagai pimpinan JI," ujar Dedi.
Kelompok yang dipimpin PW, lanjut Dedi, juga telah mengirim rekrutannya dalam enam gelombang untuk mengikuti latihan militer di negara. Salah satunya Suriah. Namun, polisi masih mendalami berapa jumlah orang yang dikirim. Dedi menduga PW telah enam kali melakukan pemberangkatan mereka ke Suriah dalam rentang 2013-2018.
"Sebagian besar dari enam gelombang yang berangkat ke Suriah dan kembali ke Indonesia pada Mei (2019) sudah ditangkap, antara lain di Jateng yang menyusup ke jaringan Jateng maupun Jatim," kata Dedi.
Dedi menambahkan, PW bersama jaringannya di Indonesia kini tengah menyusun kekuatan di bawah naungan Al Qaeda. Selain itu, PW juga menjalin komunikasi dengan jaringan teroris di Filipina serta pecahan kelompok Al Qaeda di Pakistan dan Afghanistan.
"Saat ini jaringan JI ini memang belum melakukan rencana aksi terorismenya di Indonesia. Tapi, mereka saat ini sedang membangun kekuatan, tujuannya untuk membangun kilafah," katanya.
Polisi juga menangkap istri PW yaitu MY dan orang kepercayaan PW yakni BS. Dedi menyebut ketiganya ditangkap di lokasi dan waktu yang sama dengan penangkapan PW.
Selain itu, polisi juga menangkap orang kepercayaan PW yakni A di Perumahan Griya Syariah, Kebalen, Bekasi pada Minggu (30/6). Di hari yang sama polisi juga menangkap BT di Ponorogo, Jawa Timur.
Densus menciduk BT alias Haedar alias Deni alias Gani yang berperan sebagai penasihat PW dan penggerak JI wilayah Jawa Timur. (Tribun Neetwork/git/Surya/pam/adi/kps/tribunnewsbogor.com)
73 Teroris Diringkus Sepanjang 2019
- Densus 88/Antiteror terus melakukan upaya penangkapan atau preventive strike terhadap jaringan teroris
- Hingga 30 Juni 2019, Densus menangkap 73 orang jaringan terduga teroris
Januari = 4 terduga teroris ditangkap
- Februari = 1 terduga teroris ditangkap
- Maret = 20 terduga teroris ditangkap
- April = 14 terduga teroris ditangkap
- Mei = 29 terduga teroris ditangkap
- Juni = 5 terduga teroris ditangkap