Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

HUT Bhayangkara

Kapolri Pertama Indonesia Mengabdi Selama 15 Tahun, Ini Kisahnya

Kepolisian Republik Indonesian (Polri) tengah merayakan momentum peringatan HUT Bhayangkara ke-73 tepat Hari ini Senin (01/07/2019).

Kolase polri.go.id dan wikipedia
Sosok dan Kisah Kapolri Pertama Jenderal Polisi Raden Said Soekanto 

TRIBUNMANADO,CO.ID - Kepolisian Republik Indonesian (Polri) tengah merayakan momentum peringatan HUT Bhayangkara ke-73 tepat Hari ini Senin (01/07/2019).

Apa yang diperoleh Polri yakni Prestasi hingga saat ini tak lepas dari perjuangan Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pertama Komisaris Jenderal Polisi Raden Said Soekanto yang berperan besar dalam sejarah kepolisian negeri ini.

Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Mengenal Kapolri Pertama Indonesia, Raden Said Soekanto', R.S Soekanto telah mengabdi untuk negeri selama kurang lebih 15 tahun, tepatnya sejak 29 September 1945-14 Desember 1959,

R.S Soekanto menjadi pemula penataan organisasi kepolisian di seluruh wilayah Indonesia.

R.S Soekanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dari hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dan Belanda.

Seperti yang tertulis pada Keputusan Presiden (Keppres) RIS Nomor 22 tahun 1950, Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah Perdana Menteri dengan perantaraan Jaksa Agung.

R.S Soekanto sempat merencanakan kantor Polri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN), yang sampai sekarang menjadi Markas Besar Kepolisian.

Motto Polri yaituTri Brata dan Catur Prasetya diciptakan Prof Djoko Sutono SH, yang kemudian digunakan dan diresmikan R.S Soekanto pada 1955 saat menjadi KKN.

R.S Soekanto bersama dengan Prof Djoko Sutono SH, Prof Supomo, dan Sultan Hamengkubuwono IX, mendirikan Akademi Polisi di Mertoyudan, hingga akhirnya menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta.

Ide pendiriannya bertujuan untuk mencetak polisi yang pandai, modern, dan tanggap pada kemajuan zaman.

Tak hanya itu, R.S Soekanto juga memperkasai pembentukan Brigade Mobil (Brimob), pasukan khusus Polri dan mendirikan pusat pendidikan Brimob di Porong, serta Satuan Polisi Perairan dan Udara.

Selama menjabat, Kapolri R.S Soekanto dikenal sebagai orang jujur dan sederhana.

Kesederhaan tersebut nampak dari rumah tinggal yang ditempati Kapolri pertama Indonesia ini.

R.S Soekanto menyatakan keberatan saat Presiden Soekarno akan membentuk ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian.

Keberatan tersebut berasalan demi tetap menjaga profesionalisme kepolisian.

Pada 15 Desember 1959, berakhirlah karir R.S Soekanto yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kapolri/Menteri Muda Kepolisian dengan pangkat terakhirnya sebagai Komisaris Jenderal Polisi atau Letnan Jenderal.

Pada 1968, R.S Soekanto dinaikkan pangkatnya menjadi Jenderal Polisi (Purnawirawan), dan pada Agustus 1973 diangkat sebagai anggota DPA-RI.

Hingga akhir hayatnya, R.S Soekanto hanya mempunyai sebuah rumah sederhana di Kompleks Polri Ragunan, Pasarminggu, Jakarat Selatan.

Bahkan, ketika pensiun, R.S Soekanto tinggal di rumah sewa di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 43 Jakarta Pusat.

R.S Soekanto wafat di usia 85 tahun di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur pada 24 Agustus 1993 pukul 23.38 WIB, setelah dirawat kurang lebih selama empat bulan karena sakit.

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, S Soekanto dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan sehari setelahnya, yakni 25 Agustus 1993.

Proses pemakamannya dihadiri berbagai petinggi negara kala itu.

Meski berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, R.S Soekanto memilih dimakamkan dalam satu liang bersama istri tercintanya Ny. Hadidjah Lena Soekanto-Mokoginta yang telah lebih dulu tiada pada 1 Maret 1986.

Jenazah sempat disemayamkan sekitar 90 menit di Gedung Utama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo Jakarta Selatan, gedung markas Polri yang diresmikan Soekanto pada 17 Agustus 1952.

Tepat pukul 13.08 WIB, jenazah R.S Soekanto diturunkan ke liang lahat. R.S Soekanto meninggalkan seorang putri, Ny Umi Khalsum Arimbi dan dua orang cucu, Nanda dan Mena.

Ratusan pelayat, sejumlah mantan Kapolri dan pejabat tinggi Polri, seperti Mantan Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian RI Soetjipto Danoekoesoemo (1963-1965), mantan Kapolri Hoegeng Iman Santoso (1968-1971), Mohammad Hasan (1971-1974), dan Awaloedin Djamin (1974-1978) hadir memberikan penghormatan terakhir kepada Almarhum.

Beberapa petinggi yang hadir menyampaikan besarnya jasa Soekanto untuk Indonesia.

Kapolri Letjen Pol Banurusman Astrosemitro yang saat itu menjadi inspektur upacara militer mengatakan, Almarhum selalu memegang teguh setiap prinsip dengan loyalitas dan dedikasi tinggi selama masa jabatannya.

Kala itu, mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Hoegoeng Imam Santoso menyampaikan, R.S Soekanto menjadi sosok tauladan.

"Pak Kanto orang yang patut dicontoh. Dia meletakkan jiwa kepolisian, polisi harus jujur dan mengabdi masyarakat," kata dia.

"Tanpa Pak Kanto, polisi sudah berantakan," kata Hoegeng, yang pernah menjadi Kepala Kepolisian RI (1968-1971).

Brimob Kibarkan Merah Putih di Puncak Cartenz Papua

Memperingati HUT Bhayangkara ke-73, pada 1 Juli 2019 sebanyak 11 personel Batalyon B Pelopor Satuan Brimob Polda Papua mendaki Puncak Cartenz.

Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'HUT Bhayangkara ke-73, Brimob Kibarkan Merah Putih di Puncak Cartenz Papua', pendakian dipimpin Wadanyon B Pelopor Satuan Brimob Polda Papua, AKP Ramadhona melalui jalur Tembagapura area PT Freeport Indonesia sejak 19 Juni.

AKP Ramadhona menceritakan, setibanya di lembah danau-danau, mereka kemudian beristirahat.

Dimana lembah ini menjadi tempat peristirahatan para pedaki untuk menyesuaikan kondisi tubuh karena perubahan cuaca.

Tepat pada 21 Juni, pukul 06.00 WIT mereka pun mulai melakukan pendakian menuju salah satu puncak di Gunung Cartenz, yaitu Puncak Soemantri yang berada di ketinggian 4.808 Mdpl.

Meskipun medan bebatuan, namun sewaktu sampai di Puncak tersebut, perjalanan yang melelahkan itu sirna setelah melihat putihnya salju.

Mereka pun akhirnya tiba sekitar pukul 9.30 WIT. Sesampainya di puncak itu, mereka lalu mengibarkan Bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengucapkan Tribrata yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani setiap anggota Polri.

"Sekitar satu jam kami berada di sana,” kata Ramadhona kepada Kompas.com, Sabtu (29/6/2019).

Menurutnya, perjalanan menuju puncak itu sama seperti tugas dan tanggungjawab setiap anggota Polri.

Banyak lika-liku, suka duka, namun harus dijalani dengan tekun sebagai bentuk dari pelayanan kepada masyarakat dan pengabdian kepada bangsa dan negara.

Setelah semua kegiatan selesai, mereka kemudian kembali melalui jalur yang sama.

Saat ini seluruh personel yang terlibat pendakian sudah kembali bertugas seperti biasa.

"Tak lupa saya ucapkan Selamat Hari Bhayangkara Ke-73 untuk seluruh anggota Polri di Indonesia, salam persatuan,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul HUT Bhayangkara ke-73, ini Sosok & Kisah Kapolri Pertama Jenderal Polisi Raden Said Soekanto

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved