Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

Teroris Ali Kalora Cs Gorok Ayah dan Anaknya, Ternyata Ada Fakta Lain yang Terungkap

Ayah dan anak tersebut ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan leher digorok, di Pegunungan Batu 3, Desa Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan.

Editor: Indry Panigoro
tribun medan
ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Warga Dusun Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, heboh.

Dua orang petani di desa itu,  Tamar (50) dan Patmar (27) ditemukan tewas, Selasa (25/6/2019) pagi.

Ayah dan anak tersebut ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan leher digorok, di Pegunungan Batu 3, Desa Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan.

Tamar (50) dan Patte (27) dikabarkan hilang karena belum kembali dari kebun.

Saat itu, keluarga sempat menelpon korban, namun tidak diangkat.

Sekitar pukul 22.00 wita, warga dipimpin oleh Kepala Dusun Tokasa melakukan pencarian.

Namun saat itu, dilarang oleh aparat karena mengingat malam dan cuaca kurang mendukung.

Selasa pagi,  warga yang berjumlah 19 orang yang dibantu oleh aparat setempat, tiba di pondok kebun milik Tamar di Pegunungan Batu 3, Desa Tindaki.

Baca: Kisah Cinta Nuha Adenan dengan Nadzriel Shazran Marzuki, Maaf Sudah 19 Tahun Aku Tak Ada Tangan

Baca: Mantan Perwira Polri Berpangkat AKBP Jadi Pelaku Utama yang Habisi Nyawa Putri Mega Umboh

Baca: Park Bo Gum Dikabarkan Jadi Orang Ketiga Rumah Tangga Song Joong Ki dari Song Hye Kyo

Aparat dan warga menemukan Tamar sudah tak bernyawa.

Patmar alias Patte, juga ditemukan sekitar 20 meter dari pondoknya.

Keduanya ditemukan di tempat berbeda yang berjarak sekira 10 meter.

Pembunuhan Tamar (50) dan Patte (27)  membuat warga ketakutan, khususnya para petani yang jarak kebunnya cukup jauh dari permukiman warga.

"Terus terang, kami takut atas kejadian ini, apalagi kami lihat sendiri kondisi mereka," kata Paman korban, H Ahmad, usai melaksanakan pemakaman, Rabu (26/6/2019) siang.

Ahmad juga meyakini jika Tamar (50) dan Patte (27) dibunuh oleh Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

"Saya tidak duga, saya tuduh memang ini teroris, tiada lain karena memang pernah diburu satu tahun lalu," tegas Ahmad.

Untuk itu, Ahmad berharap agar pihak kepolisian dapat memberikan jaminan kemananan kepada warga setempat.

"Kami inginkan jaminan keamanan dari aparat. Maksud saya bagaimana supaya mereka itu tidak ada lagi," ujar Ahmad.

Ahmad mengungkapkan, pasca pembunuhan keponakan dan cucunya itu, warga tidak bisa berkebun karena takut bernasib sama seperti korban.

"Siapa yang berani kerja di kebun kalau kondisinya begini," keluhnya lagi.

Berdasarkan cerita korban, Tamar, beberapa tahun belakangan anggota kelompok MIT sering melintasi kebun mereka.

Kelompok itu dipimpin oleh Daeng Koro yang tewas pada 2015 lalu di Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Parigi Moutong.

Beberapa tahun setelahnya, korban ketemu lagi dengan kelompok Ali Kalora bersenjata lengkap bahkan memburu korban.

"Korban pernah bercerita kalau dia pernah ketemu, bahkan dikejar, beruntung lolos, tapi sekarang ketemu lagi," ujar Ahmad.

Memurut Ahmad, ia begitu dekat dekat kedua korban.

Pasalnya selain berhubungan keluarga, kebun miliknya juga bersebelahan.

Di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, Tamar dan anakmya Patte dikenal baik.

"Kasihan mereka, tidak disangka ajalnya begitu," katanya.

Polda Sulawesi Tengah belum bisa kematian Tamar (50) dan Patte (27) ulah Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Hingga saat ini, Polda Sulteng dan Polres Parimo sendiri masih mendalami kasus yang menewaskan Tamar (50) dan Patte (27) di kebun milik mereka.

"Kami tidak bisa menduga pelakunya adalah MIT karena masih dalam penyelidikan," kata Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Didik Supranoto, kepada sejumlah wartawan, Rabu (26/6/2019).

Kata Didik, hingga saat ini, pihak kepolisian belum berani menyimpulkan siapa pelaku terkait tindak pidana pembunuhan itu.

"Kami belum tahu siapa yang membunuh atau motifnya, masih dalam penyelidikan," katanya.

Follow Instagram Tribun Manado:

Ia berharap, masyarakat tetap tenang dan mempercayakan kepada pihak kepolisian untuk mengungkap pelaku.

"Tolong bersabar, kepolisian saat ini masih mendalami apakah ada katerlibatan DPO Poso dalam pembunuhan ini," jelasnya.

Saat ini, Didik mengatakan bahwa Satgas Tinombala tidak hanya fokus pencarian di lokasi pembunuhan saja melainkan juga di wilayah masing-masing tim.

Didik Supranoto mengatakan pihaknya sudah melakukan upaya maksimal.

"Yang jelas kami sudah melakukan upaya maksimal," katanya di Mapolda Sulteng.

Terkait kerap terjadinya pembunuhan terhadap warga di Parigi Moutong, tidak menutup kemungkinan akan dilakukan perubahan strategi.

Terkait ancaman keamanan terhadap warga, ia mengimbau masyarakat untuk berperan aktif membantu kepolisian.

Salah satunya dengan melapor jika melihat sesuatu yang mencurigakan di wilayahnya masing-masing, khususnya sosok yang tidak dikenali.

"Apalagi saat ini sudah modern, masyarakat bisa menggunakan handphone untuk melapor ke kami," terangnya.

"Saya rasa pihak kepolisian juga sudah sering mendatangi warga, baik Kapolsek dan Babinkamtibmas.

Terkait laporan bahwa kedua korban pernah berurusan dengan DPO MIT sejak 2015, Didik tidak berani membenarkan karena tak ada bukti laporan.

Pasca pembunuhan kata Didik, Satgas Tinombala tidak hanya fokus pencarian di lokasi tersebut.

Petugas juga melakukan pencarian sesuai wilayahnya masing-masing karena belum diketahui secara pasti siapa pelaku.

"Ini bukan hanya tugas dari Polres setempat, namun juga tugas dari Polda untuk mengungkap pelaku pembunuhan," pungkasnya.

Pembunuhan warga di Parigi Moutong, bukan kali ini terjadi.

Sebelumnya, pada Desember 2018, satu orang penambang emas dibunuh dan dimutilasi di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu.

Melansir bbc news indonesia, warga dusun Salubose, desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Mautong (Parimo), digegerkan dengan penemuan jasad dengan kepala terpenggal di sebuah jembatan di dusun Salubanga.

Awalnya ditemukan kepalanya saja, tanpa badan, oleh seorang warga pada Minggu (30/12/2018) sekitar pukul 15.10 Wita (14:30 WIB).

Korban diidentifikasi sebagai Ronal Batau alias Anang (36), warga Taliabo, Kecamatan Sausu Desa Salubanga dusun Manggalapi.

Kepada wartawan, Wakapolda Sulteng Kombes Setyo Boedi Moempoeni Harso, membenarkan penemuan itu.

"Benar, ada penemuan kepala manusia, yang diduga korban mutilasi, hanya saja saat ini masih dalam penyelidikan, Polres Parimo. Saat ini kepala itu sudah berada di Rumah Sakit Anuntalako Parigi Mautong," kata Wakapolda.

Kapolres Parigi Moutong, AKBP Zulham Efendi Lubis kemudian mengatakan bahwa badan korban sudah pula ditemukan.

"Badan korban yang terpisah dari kepala, sudah ditemukan tak jauh dari penemuan kepala. Dan sudah dievakuasi ke RS Anuntalako Parigi. Saat ini serang dilakukan penyatuan badan dan kepala korban," jelasnya.

Ia menyebutkan, saat meninggalkan lokasi penemuan jasad itu, petugas ditembaki oleh sejumlah orang tak dikenal, dan dua petugas polisi tertembak.

"Sekarang masih dilakukan pengejaran," katanya

Baca: TERORIS POSO BERAKSI, Mutilasi Penambang Emas, Berondong Polisi, Rekrut Anggota Baru, Ini Videonya

Tercatat, sudah sebanyak lima kali pembunuhan dengan cara yang sama di Parigi Moutong namun diketahui pelaku pembunuhan warga tersebut ialah anggota kelompok MIT.

Setelah Mutilasi Penambang Emas, Teroris Ali Kalora Cs Gorok Ayah dan Anaknya, Penuturan Keluarga  

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Soal Pembunuhan Ayah-anak di Sulteng, Polisi Dalami Keterkaitan Ali Kalora Cs, Kerabat 2 Korban Pembunuhan Yakin Pelaku dari Kelompok Pimpinan Ali Kalora, Ini Alasannya,

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Setelah Mutilasi Penambang Emas, Teroris Ali Kalora Cs Gorok Ayah dan Anaknya, Penuturan Keluarga

Tonton:

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved