Kisah Kawasaran Totokayi
Kisah Kawasaran Totokayi, Sekali Tampil Dibayar Rp 3 Juta
Apabila Minahasa berada dalam keadaan perang, maka para penari Kawasaran menjadi Waraney
Penulis: | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tarian Kawasaran merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari kata; Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung. (Wikipedia). Jumat (21/6/2019).
Apabila Minahasa berada dalam keadaan perang, maka para penari Kawasaran menjadi Waraney. (Wikipedia)
Waraney adalah Prajurit perang pemberani dari bangsa Malesung (Orang Minahasa) yang tidak pernah mundur dalam setiap peperangan yang terjadi di zaman kolonial maupun sebelum zaman kolonial. (waraneyblog.wordpress.com)
Seiring berjalannya waktu, Tarian Kawasaran mulai dijadikan tarian penyambutan tamu dan tarian di upacara adat Minahasa.
Seperti Kawasaran Totokayi yang berlokasi di Desa Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Tuama Berti Koraag (Semen) dan dibina oleh Tuama Micky Sondakh (pensiunan ASN Kebudayaan).
Kawasaran Totokayi yang telah beridiri sejak 15 tahun silam memiliki anggota penari sebanyak 100 yang diantara mereka ada yang telah berlatih Kawasaran dari umur 5 tahun hingga jenjang kuliah.
Baca: VIDEO VIRAL Pelajar SMP Pesta Lem di Kamar, Endingnya Ada Siswi Ciuman
Baca: Hari Ini Soekarno Wafat, Ini Satu Kata di Hembusan Nafas Terakhir Sang Proklamator
Baca: Sosok Rocky Gerung, Terungkap Alasan Usia 60 Masih Jomblo hingga Sumber Uangnya
Para anggota Kawasaran Totokayi datang dari berbagai daerah di Minahasa dan juga melatih Sekami Katedral Manado yang akan berangkat ke Toraja dalam waktu dekat ini dan juga pernah melatih Kaum Bapa Katolik (KBK) Pineleng, Orang Muda Katolik (OMK) Pineleng dan bahkan Pasukan Marinir Kodim 1309 Koramil Pineleng.
Kawasaran Totokayi ingin mengembangkan dan mempertahankan budaya asli Minahasa lewat tarian Kawasaran yang mempertunjukan tarian mereka dalam acara penyambutan dan acara kebudayaan.
Kesiapan Kawasaran Totokayi dalam berbagai acara sangatlah matang, sebelum pentas mereka melakukan gladi bersih agar bisa melihat kesiapan guna melancarkan acara yang mereka pentaskan.
Namun terkadang adanya miskomunikasi antara Kawasaran Totokayi dan pihak panitia.
“Dalam suatu acara tiba-tiba panitia mengatakan menambah durasi tarian, menambah anggota tarian bahkan mengurangi yang dimana itu berpengaruh dalam akomodasi transport dan makanan, namun segera diatasi” ujar Tuama Micky.
“Tapi kebanyakan ketika kita dipanggil untuk tampil, semua akomodasi telah disiapkan oleh panitia” imbuhnya.
Kawasaran Totokayi telah dipercayakan untuk selalu tampil dalam acara TNI dan BUMN.
“Kami selalu dipercayakan untuk pentas di instansi TNI - Kodam lewat Koramil Kodim 1309 disini dan BUMN seperti Bank Mandiri” ujar Tuama Micky.
Untuk sekali tampil Kawasaran Totokayi bisa mendapatkan 3 juta rupiah.
“Sekali pentas Kawasaran Totokayi dibayar Rp 3.000.000 tetapi tergantung durasi dan lokasi pentas juga, jika ada pentas pagi dan sore akomodasi makan siang ditanggung oleh panitia” ungkap Tuama Berti.
Anggota Sanggar Kawasaran Totokayi dibayar tiap pentas.
“Kita memberi insentif kepada anggota sebesar 50 sampai 100 ribu rupiah” ujar Tuama Micky.
Tuama Berti dan Tuama Micky mengungkapkan untuk mencari untung dalam kebudayaan itu sulit.
“Untuk mencari untung dalam kebudayaan itu susah, kita melakukannya hanya karena senang dan ingin kebudayaan ini terpelihara dan memberikan kepuasan tersendiri, itu saja tidak mengharapkan untung lebih” ungkap mereka berdua.
Pakaian khas Kawasaran memiliki aksesoris, seperti tengkorak kepala ‘yaki’ (monyet khas Sulawesi Utara) dan burung elang laut dimana ini bukan aksesoris semata tetapi memiliki arti tersendiri.
“Tengkorak kepala yaki menjadi simbol para waraney sudah memberantas pemberontak, tengkorak anoa (babi rusa) disimbolkan dengan leluhur Minahasa yang suka berburu, tengkorak burung taong (burung julang Sulawesi) dan tengkorak elang laut disimbolkan suka memperhatikan dan membantu kaum yang lemah” ungkap Tuama Berti.
Baca: Benedicta Lolong : Melestarikan Budaya Lewat Tarian Perang
Pakaian Kawasaran Totokayi telah melalang buana ke Nusantara bahkan Internasional.
“Pakaian ini pernah dipakai top model nasional di Pulau Bangka dengan mengikuti parade sambil memainkan pedang dan perisai dan juga pernah dipakai di Thailand dan pakaian ini disewakan sebesar 1,5 juta rupiah untuk keluar daerah dan 1 juta rupiah dalam daerah” ujar Tuama Berti.
“Tetapi tidak selalu kami mematok tarif dalam pentas dan sewa busana, jika itu dalam acara kebudayaan kami melakukannya dengan gratis dan ikhlas” ungkap Tuama Micky.
Kawasaran Totokayi sudah berjanji tidak akan mengikuti lomba lagi dikarenakan kecewa dengan juri perlombaan.
“Kami kecewa waktu pengumuman meraih juara 1 dan pada penyerahan hadiah menjadi juara 3” ungkap Tuama Berti.
Pengalaman tersebut membuat Kawasaran Totokayi tidak akan mengikuti lomba lagi dan hanya akan menampilkan pentas mereka dalam acara kebudayaan.
Tuama Berti termasuk senior dalam Kawasaran dikarenakan tua – tua telah berpulang.
Tuama Berti punya keahlian khusus pada dirinya.
“Saya bisa atraksi memotong leher dan lidah dengan parang tanpa tergores sedikit pun tapi bedakan ya, ini budaya, bedakan budaya dan agama” ujar Tuama Berti. (dio).
Baca: Sulut United Latihan di Stadion Ahmad Yani Sumenep, Optimistis Curi Poin dari Tuan Rumah
Baca: Cetak 252 Gol Selama Karier, El Nino Umumkan Gantung Sepatu