Di Ambang Perang Teluk: Kata Senator AS soal Kekuaran Militer AS dan Iran
Teluk Persia memanas pascainsiden dua kapal tanker diserang torpedo. Amerika Serikat menuduh Iran berada di balik serangan
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON – Teluk Persia memanas pascainsiden dua kapal tanker diserang torpedo. Amerika Serikat menuduh Iran berada di balik serangan terhadap aktivitas pelayaran sipil itu. Iran membantah tuduhan itu.
Seorang politisi AS menyatakan, dia mendukung kebijakan Presiden Donald Trump terhadap Iran dan mempertimbangkan opsi militer. Anggota Kongres dari Partai Republik, Adam Kinzinger, tampil dalam acara Fox News' America's Newsroom dan mengomentari situasi terkini antara AS dan Iran.
Baca: Real Madrid Sambut Kedatangan Messi Jepang Untuk Perkuat Tim B
Dilansir Newsweek Kamis (12/6/2019), Kinzinger mengatakan Washington tidak saja perlu menekan secara ekonomi. Tetapi juga militer jika diperlukan. "Artinya, Angkatan Laut AS bakal mendorong, menginjak, dan menghancurkan mereka secara berirama jika diperlukan," ujar politisi dari distrik Illinois itu.
Komentar Kinzinger terjadi setelah insiden penyerangan terhadap kapal tanker yang dimiliki Jepang dan Norwegia di Teluk Oman pada Kamis pagi waktu setempat. Iran membantah telah melakukan serangan dengan kantor berita IRNA mengabarkan militer mengerahkan operasi penyelamatan dan berpatrroli di sekitar lokasi kejadian.
Namun Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran. "Dalam penilaian kami, tidak diragukan Iran bertanggung jawab atas serangan itu," kata Pompeo. Menurut Pompeo, Teheran melakukan serangan karena rezim yang berkuasa di sana ingin sanksi ekonomi yang dijatuhkan Washington terhadap mereka dicabut.
Serangan itu berlangsung sebulan setelah empat kapal tanker di Uni Emirat Arab (UEA) dengan AS, UEA, serta Arab Saudi menyalahkan Iran dan jaringannya. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Senin (10/6/2019) memperingatkan, siapa pun yang mengumumkan perang dengan mereka bakal hancur sebelum sempat menyelesaikannya.
Hubungan Iran dan AS mengalami ketegangan sejak tahun lalu ketika Trump mengumumkan keluar dari perjanjian nuklir 2015 bernama Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Dalam perjanjian yang dibuat di era Presiden Barack Obama pada 2015 dan diteken negara besar dunia itu, Iran sepakat mengurangi produksi demi pencabutan sanksi ekonomi.
Iran membantah tudingan AS bahwa mereka menyerang dua kapal tanker yang terbakar di Teluk Oman. "AS langsung menuding Iran tanpa bukti faktual," ujar Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, melalui Twitter pada Jumat kemarin.
Baca: Copa America 2019 Segera Bergulir Antara Brasil vs Bolivia, Hak Siar di Indonesia Belum Jelas
Sebagaimana dilansir AFP, kapal tanker milik Norwegia dan Jepang itu terkena ledakan setelah melintasi Selat Hormuz dan berlayar sekitar 25 mil laut dari Iran menuju Asia pada Kamis. Otoritas Maritim Norwegia melaporkan bahwa kedua kapal itu terkena tiga ledakan sebelum hangus terbakar pada Kamis malam.
Ledakan juga menghantam kapal milik Jepang, Kokuka Courageous, yang membawa methanol, membuat kobaran api sangat besar. Namun, api tersebut berhasil dipadamkan.
Satu kru kapal mengalami luka ringan. Kapal itu pun sudah dapat kembali ke Pelabuhan Khor Fakkan di Oman pada hari ini. Hingga saat ini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal tanker tersebut.

Iran sendiri sudah mengirimkan personel angkatan laut untuk menyelamatkan puluhan kru kedua kapal. Sementara itu, Angkatan Laut AS mengaku mengangkut 21 kru dari Kokuka Courageous.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan bahwa saat melakukan operasi penyelamatan itu, Angkatan Laut AS menemukan ranjau yang tak meledak masih menempel di kapal.
"Berdasarkan intelijen, senjata yang digunakan, tingkat keahlian untuk mengoperasikan, serangan Iran ke kapal, dan fakta bahwa tak ada kelompok proksi beroperasi di area tersebut, AS menyimpulkan Iran bertanggung jawab atas serangan tersebut," kata Pompeo.
Menurut Zarif, pemerintah AS sedang melakukan "diplomasi sabotase" karena tudingan dilontarkan ketika Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, sedang berada di Iran. Dalam lawatan tersebut, Abe bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei. Abe membujuk agar Iran mau membuka dialog dengan AS.
Ketegangan hubungan antara Iran dan AS memang meningkat belakangan ini, terutama setelah Presiden Hassan Rouhani mengancam bakal melanjutkan pengayaan uranium, salah satu poin penting dalam kesepakatan nuklir.
Baca: Masuk dalam BAP Tersangka Kerusuhan 21-22 Mei, Fauka Noor Farid Segera Diperiksa Polisi
Rouhani mengancam akan melanjutkan pengayaan uranium jika negara Eropa yang tergabung dalam perjanjian nuklir 2015 atau JCPOA itu tidak membela Teheran dari sanksi AS. Perjanjian yang digagas di era Barack Obama itu menyepakati bahwa negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.
Sebagai timbal balik, Iran harus menyetop segala bentuk pengembangan senjata rudal dan nuklirnya, termasuk pengayaan uranium. Namun, di bawah komando Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.
Sejak ultimatum Rouhani tersebut, AS dan Iran terus saling melontarkan ancaman dan beradu mulut. Trump bahkan mengerahkan kapal induk dan sejumlah pesawat pengebom ke Timur Tengah.
Namun kini, Trump mengaku terbuka untuk pembicaraan baru karena melihat Iran gagal sebagai negara. "Saya tidak mau mereka gagal sebagai negara. Kami bisa mengubah itu dengan sangat cepat, tapi sanksi itu memang luar biasa," kata Trump.
Pejabat AS: Sangat Mungkin Iran Dalangnya
Seorang pejabat AS menuturkan, diyakini Iran berada di belakang serangan kapal tanker dengan torpedo di Teluk Oman. Dua kapal tanker itu diserang di dekat kawasan strategis Selat Hormuz pada Kamis (13/6/2019) dengan salah satunya mengalami kerusakan parah, dan kru-nya diselamatkan.
Kapal itu teridentifikasi bernama Front Altair yang tengah mengangkut naphtha serta kapal Kokuka Courageous yang membawa metanol ketika insiden itu terjadi. "Sangat mungkin Iran telah menyebabkan serangan torpedo itu," ujar pejabat AS anonim tersebut kepada CBS News sebagaimana dikutip Daily Mirror.
Dia juga membantah klaim Teheran bahwa mereka sudah mengangkut 44 awak kapal tanker itu dan membawa mereka ke tempat aman yang berlokasi di Provinsi Hormozgan. Dia menyebut justru kapal perusak berkekuatan rudal pandu USS Brainbridge yang datang dan menjemput 21 kru kapal.
Dia juga menyebut sudah melihat laporan serangan. Dalam laporan itu, salah satu dari awak kapal tanker meyakini dia melihat mereka diserang dengan torpedo atau ranjau laut. Namun laporan itu belum terkonfirmasi.
Insiden itu terjadi di tengah memanasnya hubungan antara AS dan Iran menyusul serangan terhadap empat kapal di Uni Emirat Arab (UEA) pada Mei lalu. Pada 12 Mei, empat kapal tanker diincar di kawasan lepas pantai Fujairah, dengan Washington menuduh Iran menyabotase kapal itu demi menaikkan harga minyak.
Selain itu, insiden tersebut juga terjadi di tengah kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke Teheran di mana dia juga membawa pesan dari Presiden AS Donald Trump.
Berdasarkan pemberitaan media Pakistan dikutip Daily Mirror Kamis (13/6/2019), salah satu dari kapal milik perusahaan Norwegia itu diserang ketika membawa minyak mentah.
Armada Kelima AS yang bermarkas di Bahrain mengumumkan mereka menerima sinyal darurat dari kedua kapal itu, seperti dilansir AFP. "Pasukan laut Amerika di kawasan itu menerima dua sinyal darurat berbeda antara lain pada pukul 06.12 dan satunya lagi pukul 07.00 waktu setempat," demikian pernyataan Armada Kelima.
Insiden itu terjadi di tengah memanasnya hubungan antara AS dan Iran menyusul serangan terhadap empat kapal di Uni Emirat Arab (UEA) pada Mei lalu. Pada 12 Mei, empat kapal tanker diincar di kawasan lepas pantai Fujairah, dengan Washington menuduh Iran menyabotase kapal itu demi menaikkan harga minyak.
Operasi Perdagangan Maritim yang termasuk dalam Angkatan Laut Inggris menyatakan mereka sudah menerima kabar adanya insiden itu.
"Saat ini kami bersama mitra tengah menyelidikinya," kata London. Diyakini tidak ada kru yang terluka dengan Al Alam TV di Iran mengabarkan adanya "ledakan sukses" terjadi di lokasi sekitar 40 kilometer dari perairan mereka.
Seorang pejabat anonim kepada Bloomberg mengungkapkan adalah Front Alrair yang tengah diserang setelah diisi dengan minyak mentah di Abu Dhabi. Merujuk kepada laporan Bloomberg, harga minyak mentah jenis Brent melonjak hingga 4,5 persen pada pembukaan pagi hari setelah kabar serangan tersebut muncul. (kps)

Rouhani: Trump Ancaman Stabilitas Dunia
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, bahwa AS di bawah Presiden Donald Trump telah memberikan ancaman bagi stabilitas dunia di tengah situasi memanas di Teluk. Dalam komentarnya yang sudah diterjemahkan, Rouhani menuturkan selama dua tahun terakhir, AS sudah melanggar tatanan maupun peraturan internasional.
"AS menggunakan kemampuannya di bidang ekonomi, finansial, maupun militer untuk melakukan pendekatan agresif dan menjadi ancaman serius bagi stabilitas regional dan dunia," ujarnya. Rouhani mengatakanya dalam pertemuan Organisasi Kerja Sama Shanghai di Bishkek, Kyrgyzstan.
Aliansi keamanan Eurasia yang meliputi China, India, dan Rusia. Dilansir AFP Jumat (14/6/2019), presiden yang berkuasa sejak Agustus 2013 itu mengkritik keputusan Washington yang keluar dari perjanjian nuklir 2015.
Rouhani menjelaskan, AS memaksa negara maupun pihak lain untuk melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB tentang normalisasi perdagangan dengan Teheran. Dia pun menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk "menjalankan kewajiban mereka secepat mungkin" sehingga Iran bisa membangun kepentingan ekonominya.
Sementara itu, Rouhani tidak menyebut situasi di Teluk Oman di mana AS menyalahkan mereka sebagai pelaku serangan terhadap dua kapal tanker yang terjadi Kamis (13/6/2019). (Tribun/bbc/kps)