Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Internasional

Hong Kong Bergejolak, Jutaan Warga Lawan UU Ekstradisi yang Dikeluarkan Pemerintah Eksekutif

Dalam UU itu, setiap perilaku kriminal akan diekstradisi ke daerah asal mereka setelah menjalani hukuman.

Tribun Batam - Tribunnews.com
Demo Jutaan Warga Hong Kong Lawan UU Ekstradisi 

Banyak pengunjuk rasa mengatakan pesimistis RUU itu akan dihentikan. Namun, mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan.

Banyak yang tetap setia pada "DNA" mereka sebagai warga Hongkong, menjalankan kebebasan mereka, dan turun ke jalan untuk mengirim pesan.

Kepaedatan pendemo di Causeway Bay (SCMP)

Aniken Pang Hoi-tin, seorang siswa berusia 21 tahun, terdengar seperti Chan pada tahun 2003.

"Saya tidak peduli apakah tindakan kami akan mempengaruhi keputusan pemerintah --saya hanya tahu saya harus melakukan sesuatu untuk melindungi tempat saya tinggal," kata Pang.

"Mereka yang berkuasa seharusnya melindungi rakyat mereka."
Janus Wong, seorang pekerja sosial berusia 40 tahun juga sepakat dengan pendapat itu.

"Warga Hongkong harus berbicara untuk mengekspresikan diri mereka dan mengatakan kepada dunia bahwa Hong Kong berbeda dari China," katanya.

"Orang-orang (China) daratan mungkin tidak berani berbicara tentang apa yang telah dilakukan pemerintah mereka, tetapi orang-orang Hongkong akan melakukannya."

Prosesi pada hari Minggu dimulai pada sore hari dan berlanjut ketika hari mulai gelap.

Menjelang malam, protes massa melewati pusat kota dan mengepung markas pemerintah di Admiralty.

Aksi itu menghidupkan kembali kenangan tentang protes bersejarah tahun 2003.

Tetapi menjelang tengah malam, waktu itu, situasi menjadi suram.

Adegan-adegan kekerasan yang buruk meletus di luar Dewan Legislatif ketika massa menyerbu barikade baja. Polisi menanggapinya dengan pentungan dan semprotan merica.

Penyelenggara unjuk rasa mengklaim, lebih dari satu juta orang mengikuti aksi demonstrasi menentang undang-undang ekstradisi ke China, pada Minggu (9/6/2019).

Lima belas tahun yang lalu, pemrotes yang marah didorong oleh banyak frustrasi, dari rancangan keamanan nasional hingga wabah Sars dan ekonomi yang suram.

Para pawai pada hari Minggu hanya memiliki satu ketakutan: bahwa undang-undang ekstradisi dapat menyebabkan pengadilan yang tidak adil dan pelanggaran hak asasi manusia di China daratan.

"Saya sama sekali tidak percaya bahwa pemimpin kota, yang bahkan tidak berani berbicara tentang penutupan Lapangan Tiananmen, akan memainkan peran sebagai penjaga gerbang dengan baik dalam menangani permintaan ekstradisi," kata Matthew Ng Kwok-bun (50).

Dr Rose Wu, pendiri Front Hak Asasi Manusia Sipil yang membantu mengorganisasi pawai 2003 mengatakan, tanggapan spontan dari spektrum luas orang-orang yang bergandengan tangan dalam pawai kemarin jauh berbeda dengan 2003.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved