Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Pemuda Rentan Terpengaruh, Diskusi Panel PKPG 2019

Mayor Inf Matius Gusnawan Kawa Danramil 1310-06/Airmadidi mengatakan, ada dua fundamental yang harus dipegang sebagai pemuda GMIM.

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE
Pemuda Rentan Terpengaruh, Diskusi Panel PKPG 2019 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Mayor Inf Matius Gusnawan Kawa Danramil 1310-06/Airmadidi mengatakan, ada dua fundamental yang harus dipegang sebagai pemuda GMIM.

Khususnya menghadapi dan mengantisipasi pengaruh paham radikalisme dan intoleransi.

Matius memberikan materi umum dalam bentuk diskusi panel pada Perkemahan karya pemuda GMIM (PKPG) 2019.

Perkemahan itu diikuti ribuan pemuda GMIM dari tujuh kabupaten/kota di tenda induk perkemahan Desa Tontalete, Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara (Minut) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang berlangsung pada Senin sampai Jumat (3-7/06/2019).

''Dua fundametal tersebut adalah ‎Agama dan keluarga harus dipegang teguh pemuda GMIM agar tidak terpengaruh," kata Matius saat membawakan materi.‎

Dijelaskannya untuk fundamental agama memberikan kita rambut-rambu dalam melaksanakan suatu kegiatan, kalau ada orang-orang tidak sesuai dengan kita harus hati-hati.

Pemuda Rentan Terpengaruh, Diskusi Panel PKPG 2019
Pemuda Rentan Terpengaruh, Diskusi Panel PKPG 2019 (TRIBUN MANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE)

Keluarga sangat penting, paham-paham radikalisme melihat mana keluarga berantakan, kemiskinan, wilayah terpencil, menggunakan tempat ibadah menjadi sasaran masuk kelompok ini.

Beberapa kelompok radikal dari data bagian intelijen TNI, banyak paham-paham yang terkait dengan radikalisme masih eksis cari jaringan dan orang untuk disusupi.

Keberadaan mereka masih belum terdeteksi di masyarakat.

"'TNI ditugaskan mewaspadai mereka," tambahnya.

Pihaknya berpesan kepada Pemuda GMIM agar selalu mawas diri di tengah bergaul, ‎cek dan berkenalan serta awasi kelompok-kelompok yang dicurigai agar tidak berkembang.

Cara-cara seperti ini buat mereka akan takut dan gelisah hingga pindah tempat.

Kegiatan radikal dan intoleransi berbahaya sasarannya anak-anak muda, cepat disusupi orang-orang yang bermasalah keluarga dan ekonomi.‎

''Sudah ada dan terdeteksi keberadaan paham-paham radikalisme dan intoleransi di wilayah Sulut.

"Hati-hati bergaul karena akan merusak masa depan karena keberadaan dan kehadiran mereka kelompok radikal,'' kata dia.

Buka wawasan dan pemikiran bagi pemuda GMIM dengan keberadaan dan kehadiran mereka, harus hati-hati karena disekitar kita juga melakukan itu dan sudah ada daftarnya di TNI.‎

''Jangan teriming-iming pekerjaan dan uang dan sebagainya yang akan membahayakan masa depan,'' tambahnya.‎

Pada kesempatan itu sejumlah peserta perkemahan melontarkan sejumlah pertanyaan.

Seperti pemuda Fernando pemuda dari wilayah Motoling mempertanyakan tentang terorisme yang rela mati untuk kejahatan dan membunuh yang tidak bersalah.

"Kenapa mereka terpengaruh melakukan itu," tanya Fernando.

Menurut Mayor Inf Matius Gusnawan Kawa Danramil 1310-06/Airmadidi, mereka yang terpengaruh dengan ini karena cara-cara yang digunakan sangat banyak.

Seperti cuci otak dengan paham-paham radikal dan intoleransi hingga ada iming-iming uang.‎

Fanly Mengko pemuda GMIM dari wilayah Watudambo menyentil tentang peran dan hubungan antara pemerintah dengan aparat dalam hal ini TNI, menyangkut langkah dan tindakan tentang keberadaan dan kehadiran kelompok radikal.

"Dari data intelijen TNI yang kami dengar disampaikan oleh pemateri, mereka mulai masuk di organisasi-organisasi yang ada saat ini," kata Fanly.

Menanggapi itu Mayor Matius menjelaskan, paham-paham tersebut keberadaan sudah ada dan banyak, banyak yang belum tau dan kaget ketika tau mereka telah ada.,

Provinsi Sulut merupakan tujuan mereka untuk melebarkan sayap lewat pintu masuk, via laut, Manado, Bitung dan Miangas.

''Nah langkah antisipasi, TNI perkuat pulau-pulau terluar untuk tangkal paham-paham ini masuk, pelajari dan ikuti setiap langkah kegiatan mereka bersama kepolisian.

"Cegat langkah yang akan mereka lakukan, jangan takut kalau kita takut mereka senang,'' tandasnya.

Kata PGI Tentang Radikalisme dan Intoleransi

Tentang radikalisme dan intoleransi seperti ini penjelasan dari Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Dr AA Yewangoe.

Menurut Pdt Yewangoe asal usul kata radikal berasal bahasa latin yang berarti akar, mendengar kata radikal belum bisa disebut suatu positif atau negatif tergantung pemahaman.

Diartikan secara positif radikal mampu menyelesaikan, misalnya pekerjaan selesai sampai tuntas sampai ke akar-akarnya.

Secara negatif radikal dipakai untuk tindakan kejahatan dipenuhi kekerasan.

''Istilah ini menjadi sangat menakutkan, kenapa tindakan radikal muncul?

"Jawabannya adalah karena adanya ketidakpuasan, sekelompok masyarakat terhadap tatanan ditengah masyarakat seperti politik, ekonomi dan lainnya.

"Jika tidak diselesaikan, maka diambilah tindakan radikal,'' jelas Pdt Yewangoe, Ketua PGI Periode 1994-1999 dan 2004-2009.‎‎

Kekerasan bisa diartikan pula secara verbalistik kata-kaka dan yang sangat ditakuti sekarang kekerasan yang dilakukan oleh tindakan fisik seperti meledakkan bom dan lainnya.

Radikalisme sudah menuju kepada ideologi bukan sesuatu yang baru, dalam sejarah manusia tindakan radikal sudah selalu dilakukan.

Di era Yesus ada gerekan yang disebut gerakan selogis gerakan menuntut kemerdekaan dari penjajahan Romawi.

Satu diantara 12 murid Yesus bernama Simon berasal dari gerakan itu.

Gerakan ini berkali-kali dikalahkan oleh pemerintahan romawi karena alat persenjataan tidak bagus namun terus melakukan gerakan di era Yesus bahkan Yesus di tuduh pemerintah Romawi terlibat dalam gerakan Selogis.

Di setiap zaman, mengenal gerakan kekerasan yang mengarah ke fundamental seperti contoh di era Yesus.

Saat ini sudah sangat terkenal dengan ISIS, beberapa tahun lalu muncul di Siriah dan Irak berupaya mewujudkan sebuah kerajaan dan kekalifan islam diseluruh dunia.

"Kelebihan pakai metode kekerasan, jelas kelebihannya. Kenapa diminati karena punya pengharapan eskatologi pengharapan akan masa depan istilah teologis," ujarnya.

Gerakan ISIS sudah ada di Indonesia sekian ribu warganya ikut berjuang di Irak dan Suriah, sudah ada yang mati dan yang masih hidup kembali ke Indonesia menjadi polemik bisa masuk lagi atau tidak karena pengaruh mereka jelas.

Gerakan-gerakan kekerasan kebanyakan dipengaruhi oleh pandangan agama, tidak katakan agama ajarkan kekerasan tapi ada misinterpretasi terhadap ajaran agama lalu dicoba diterapkan dan seolah-olah tindakan kekerasan itu dibenarkan oleh agama.

Setiap ada kekeliruan penganutnya terhadap ajaran, karena itu ada orang yang muak dengan Agama dianggap agama yang paling bertanggung jawab.

Sem Heris ateis Modern dalam Bukunya The Of Faith berakhirnya era iman atau sudah berakhir Agama, ada penguatan baginya bahwa agama itu tidak berguna bukunya ditulis sesudah peristiwa WTC 11 September 2001, dia melihat peristiwa adalah ulah agama.

"Intinya ada kecenderungan orang untuk merasa muak dengan agama yang dianggap ajarkan kekerasan dan mempraktikkan kekerasan," kata dia.

Kata Yewangoe tidak selalu penganut agama membawa kepada kebaikan, kalau ada misinterpretasi kepada agama dan kitab suci bisa ke arah buruk seperti kekerasan atau radikalisme.

Persoalan yang dihadapi, tindakan radikal bawa kekerasan yang buruk.

Kalau diberikan landasan agama jauh dan lebih buruk dan menghakimi harus di hindari dan tidak bisa terjadi.

Radikalisme di Indonesia banyak terjadi, seperti bom Bali, JW Merriot Jakarta, Bom Thamrin dan tempat lainnya tindakan radikal dengan kekerasan pasti akan dimusuhi orang yang beradap dari agama mana saja.

Tindakan radikal dan radikalisme sudah menjadi semakin ideologi yang diyakini kelompok pengikut mampu selesai masalah keadilan dan tatanan masyarakat yang menurut mereka tidak cocok dengan kepentingan mereka, sudah menyusup ke mana-mana.

''Dalam diskusi BPIP RI dikemukan hasil dari lembaga survey yang yang ketuai Yenny Wahid, ternyata sudah 11 juta orang kena radikalisme.

"Prof Mafud MD katakan 11 Juta itu itu bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia 250 juta sepertinya kecil, tapi jangan anggap remah sebab satu orang bisa bawa sekian puluh orang, kalau ideologi ini dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin negara ini diperlemah," jelasnya.

Tugas semua orang Indonesia termasuk pemuda untuk terlibat dalam proses Deradikalisasi atau bagaimana membuat kelompok radikal kembali ke jalan benar.

Sebab, tindakan ini hasilkan masyarakat yang tidak toleran hanya inginkan kebenaran diri sendiri.

Selain itu upaya lainnya dari BPIP yang dibentuk Presiden Joko Widodo di tahun 2017, untuk menangkal radikalisme adalah reideologisasi mengembalikan ideologi pancasila untuk dianut kembali.

"'upaya yang tidak mudah," tambahnya.

Bagaimana dengan orang muda? paling gampang dipengaruhi oleh ideologi radikalisme.

Dirinya mencontohkan dalam film yang diproduksi oleh sebuan Institut berjudul 'Mata Tertutup' dimana orang muda terpengaruh dengan ideologi yang tidak baik.

Orang-orang muda yang terlalu gampang dipengaruhi oleh ideologi macam ini karena cara berpikir orang mudah belum teguh gampang di ombang-ambingkan, pesannya jangan sampai pemuda tidak kritis terhadap apapun.

Radikalisme bisa terdapat pada agama Kristen, maka dari itu pemuda Kristen harus kritis melihat, mendengarkan dan menonton yang berbau radikal dan yang disebut radikalisme itu ada dimana bukan monopoli sebuah agama.

Sikap radikal pasti tidak akan membawa kesejahteraan, karena cenderung membelah masyarakat tidak toleran satu dengan yang lain.

"Sulut tidak suka dengan itu karena Sulut masyarakatnya Toleran teladan yang baik bagi masyarakat Indonesia‎," tandasnya

(Tribunmanado.co.id/Christian Wayongkere)

BERITA TERPOPULER:

Baca: Pertama Kali Puasa dan Lebaran, Yuk Intip 3 Artis Mualaf Ini

Baca: TERBARU Anggota TNI Mayor Inf Sulaiman Angkat Bicara soal Pensiun Dini: Jari Kami Sudah Bengkak

Baca: 4 Wanita Indonesia Ini Menikah Dengan Aktor Internasional, Nomor 4 Ternyata Anak Konglomerat

TONTON JUGA:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved