Virus Cacar Monyet
Anak-anak Terserang Cacar Monyet di Cianjur? Ini Penjelasan DinKes setelah Lakukan Investigasi
virus cacar monyet atau monkeypox diduga serang warga Desa Neglasari, Cianjur, Jawa Barat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kini, penyakit berbahaya cacar monyet itu juga diduga sudah masuk ke Indonesia dan menyerang sejumlah anak-anak di Cianjur, Jawa Barat.
Anak satu desa di Cianjur Selatan terkena cacar monyet.
Salah seorang anak di Desa Negalsari, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang diduga terkena Cacar Monyet. Tetapi setelah diteliti ternyata yang bersangkutan terkena penyakit borok.
Dinkes Kabupaten Cianjur langsung menginvestigasi dugaan anak-anak terkena Cacar Monyet di Desa Neglasari, Cianjur. Hasilnya, anak-anak itu ternyata terkena scabies.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memastikan bahwa penyakit yang menyerang sejumlah warga Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, bukan virus cacar monyet.
Seperti diberitakan sebelumnya, virus cacar monyet atau monkeypox diduga serang warga Desa Neglasari, Cianjur, Jawa Barat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Neneng Efa Fatimah, menyebutkan, penyakit yang menyerang warga adalah jenis scabies.
Apa itu scabies. Scabies adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan tungau atau kutu kecil.
Baca: Live Streaming Australia Open 2019 Rabu (5/6), Tidak Tayang di TVRI, Cek Link dan Tonton Via HP
Kepastian itu diperoleh setelah petugas Dinkes Kabupaten Cianjur melakukan investigasi di lapangan, terutama di Desa Neglasari.
“Hasil investigasi tim medis kami di lapangan dan pemeriksaan terhadap pasien dapat dipastikan bahwa itu scabies atau borok.
Dari awal juga sebenarnya kami sudah menduga itu (scabies) dari ciri-ciri yang ada pada pasien,” kata Efa, kepada Kompas.com, saat dihubungi, Selasa (4/6/2019).
Terkait jumlah penderitanya sendiri, pihaknya menyebut ada tujuh orang yang terserang scabies dan enam orang di antaranya adalah santri yang tinggal di pesantren setempat.
“Penyebabnya karena penggunaan air dari saluran parit yang kurang higienis sehingga menimbulkan penyakit kulit, pada tangan dan bisa menyebar ke anggota tubuh lainnya,” kata Efa.
Saat ini, tim investigasi dibantu petugas puskesmas setempat masih melakukan pencarian kasus tambahaan, termasuk pemeriksaan dan pengobatan.
“Pemantauan kami lakukan secara terus menerus. Kami juga akan segera melakukan penyuluhan tentang penyakit kulit dan penanganannya serta PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat),” ungkap dia.
Efa menuturkan, awalnya berita itu berasal dari salah seorang warga DKI Jakarta yang mengantarkan asisten rumah tangganya ke daerah Cianjur selatan pada tanggal 2 Juni 2019.
Namun, disebutkannya, berdasarkan data yang diperoleh tim investigasi di lapangan, yang bersangkutan mengantar hanya sampai daerah Naringgul, Kecamatan Naringgul, Cianjur.
“Di tempat itu, dia bertemu dengan keluarga pembantunya yang menjemput, kebetulan penderita yang bernama Wijaya Kusumah, usia 8 tahun saat itu turut ikut dan bertemu dengannya.
Dari hasil obrolan sekitar kondisi penderita dinyatakan bahwa di Desa Neglasari masih terdapat beberapa penderita dengan gejala yang sama,” ujar Efa.
Karena itu, pihaknya sangat menyayangkan hal tersebut karena telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga di Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dikabarkan terjangkit virus yang diduga cacar monyet atau monkeypox yang tengah mewabah belakangan ini.
Informasi ini pertama kali diungkap salah seorang warga Jakarta yang tengah mengunjungi desa tersebut, Minggu (2/6/2019).
Ia mengaku menemukan wabah tersebut setelah melihat banyak anak-anak yang tinggal di kampung halaman asisten rumah tangganya itu menderita sakit kulit parah.
Terlebih ia mendapatkan informasi dari warga, jika ada warga setempat yang menjadi TKI baru pulang dari Singapura dan Hongkong pada awal Mei lalu.
Baca: Berikut Jadwal Australia Open 2019 pada Rabu (5/6/2019), Tidak Tayang di TVRI, Cek Selengkapnya
Waspada Cacar Monyet
Seperti diberitakan Tribunmanado.co.id dari Wartakotalive.com, cacar monyet atau monkeypox tak hanya menyerang warga Singapura saja.
Kini, penyakit berbahaya cacar monyet itu juga diduga sudah masuk ke Indonesia dan menyerang sejumlah anak-anak di Cianjur, Jawa Barat.
Anak satu desa di Cianjur Selatan terkena cacar monyet.
Lokasi mewabahnya cacar monyet di Cianjur itu terdapat di Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Cianjur, Jawa Barat.
Wabah penyakit kulit ini hampir menimpa seluruh anak-anak di desa tersebut.
Agar terhindar dari penyakit berbahaya ini, sebaiknya Anda perlu mengenali secara dini gejala cacar monyet atau ciri-ciri cacar monyet.
Gejala cacar monyet antara lain demam, sakit kepala, tubuh terasa lemas, sakit pada otot dan persendian, ruam kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.
Kronologi Cacar Monye di Cianjur Selatan

Hal ini diketahui dari laporan salah seorang warga DKI Jakarta Marcel Hartawan yang tengah mengunjungi desa tersebut menjelang hari raya Idul Fitri.
Dari keterangan yang diterima Wartakotalive.com, Marcel Hartawan mengaku menemukan wabah tersebut saat ia berkunjung ke kampung halaman Asisten Rumah Tangganya pada Minggu (2/6/2019).
Di desa yang terpencil itu kata Marcel terdapat banyak anak-anak menderita sakit kulit parah.
“Bentuknya seperti melepuh di tangan dan di sekujur tubuh dari muka hingga telapak kaki,” ungkap Marcell dalam keterangannya yang diterima wartakotalive Senin (3/6/2019).
Penyakit ini kata Marcell diderita hampir seluruh anak-anak di desa tersebut.
Hingga kini warga desa tidak mengetahui wabah apa yang tengah menimpa desa mereka.
Kejadian ini sudah mereka rasakan sejak awal bulan Mei lalu.
Warga desa kata Marcel sudah menanyakan hal tersebut kepada Bidan desa. Namun, Bidan desa juga tidak mengetahui apa penyebab dari wabah tersebut.
“Hanya diberi salep kulit sekedarnya. Warga hanya bisa memberi ramuan jamu untuk mengobatinya,” jelas Marcel.
Marcel pun menduga jika penyakit kulit yang tengah diderita warga Desa Negalsari ialah virus cacar monyet yang tengah mewabah belakangan ini.
Terlebih ia mendapatkan info dari warga jika ada warga yang menjadi TKI di Singapura dan Hongkong. Warga yang menjadi TKI tersebut bertepatan pulang pada awal bulan Mei lalu.
Akhirnya, Marcel pun mengkonsultasikan wabah tersebut lewat aplikasi konsultasi video dengan dokter.
“Segera saya hubungi dokter melalui aplikasi Yesdok dan diterima oleh Dokter Janto Gumulia,” kata Marcel.
Lewat video tersebut jelas Marcel, dokter Janto menduga jika itu memang penyakit Cacar Monyet atau Mongkey Pox yang tengah mewabah belakangan ini.
Dokter Janto menyarankan penanganan pertama untuk penyakit ini dengan memberi salep antibiotik.
Marcel menjelaskan, desa Nagalsari memang jauh dari Puskesmas dan apotik. Butuh waktu 2 jam untuk sampai ke Puskesmas terdekat.
“Hingga saat ini belum ada yang mengetahui bahwa di desa Neglasari sedang dilanda wabah Cacar Monyet,” jelasnya.
Marcel pun berharap ada tindak lanjut dari Dinas Kesehatan Cianjur untuk mengatasi wabah tersebut. “Wabah ini dikawatirkan bisa menyebar hingga ke seluruh Jawa Barat,” tandasnya.
Hingga kini Wartakotalive sudah meminta keterangan dari pihak Kementerian Kesehatan.
Namun, baik pesan dan telpon belum mendapatkan balasan dari pihak Kementerian Kesehatan.
Inang Utama Dari Virus Cacar Monyet Adalah Tikus Gambia
Masyarakat tidak perlu panik dengan pemberitaan mengenai adanya penyakit Monkeypox yang kemungkinan dapat masuk ke Indonesia.
Meski demikian, masyarakat diimbau untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan.
''Sampai saat ini belum ditemukan kasus Monkeypox di Indonesia,'' jelas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihantono, MKes.
Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.
Penularan pada manusia, menurut Anung, terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi.
Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.
Wilayah terjangkit Monkeypox secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon and Sudan Selatan), tambahnya.
Dirjen Anung menyatakan, virus monkeypox dapat dicegah. Untuk itu ia mengimbau masyarakat untuk Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun.
Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi.
Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).
Anung berpesan kepada pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit Monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
Gejala dan Tanda

Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) Monkeypox biasanya 6 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 21 hari.
Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.
Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras.
Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai ruam tersebut menghilang.
Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 21 hari.
Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi.
Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak.
Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit Monkeypox.
Dirjen Anung menegaskan Monkeypox hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium.
Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus Monkeypox. Pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul, tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive