Sejarah
Sejarah Hari Raya Idul Fitri Dalam Islam dan Dua Hari Raya Pada Zaman Jahiliyah
Bagi kaum muslimin Idul Fitri adalah hari kemenangan. Setelah sebulan penuh berpuasa menahan hawa nafsu tibalah kaum muslimin di hari yang fitri.
Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif (lemah). Rasulullah Saw membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Abu Bakar pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
"’Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah Saw?’’ tanya Abu Bakar.
"Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar. Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,’’ sabda Rasul Saw.
POPULER
Baca: Jessica Mila Klarifikasi Soal Hubungannya dengan Al Ghazali, Al Sebut Jessica Wanita Idaman
Baca: Sosok Komandan Upacara Pemakaman Ani Yudhoyono, Berprestasi dan Pernah Bebaskan Bocah Lebanon
Baca: Curhat Reino Barack Usai Menjadi Suami Syahrini, Sebut Hidup Jauh Lebih Seimbang
Sejarah Idul Fitri
Menurut Ensiklopedia Islam, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam selepas Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun ke-2 Hijiriyah.
Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.
Dari sinilah lahirnya ungkapan "Minal 'Aidin wal Faizin" yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj 'alna minal 'aidin walfaizin -- Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.
Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para sahabat menunaikan Shalat Id pertama kali dalam kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah Saw pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar kepada Bilal ra dan menyampaikan khotbah 'Id.
Dalam suasana Id, para sahabat saling bertemu dengan mengucapkan doa "Taqobbalallahu minna waminkum" yang artinya "Semoga Allah menerima ibadah kita semua".
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata, bahwa jika para sahabat Rasulullah Saw berjumpa dengan hari ‘id (Idul Fithri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan:
“Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian).”