Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Dari Mana Asal-usul Aladdin Sebenarnya? Benarkan Dia Berasal dari Timur Tengah atau Cina?

Namun, tahukah Anda apa etnisitas Jasmine yang sebenarnya? Apakah dia keturunan Arab, India atau malah Cina?

Editor:
Kolase/comicbook
Film Aladdin 2019 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Banyak kritikan mengarah pada Aladdin, namun film garapan Wallt Disney ini justru tuai kesuksesan.

Di Amerika Utara, Aladdin berhasil menggeser John Wick 3: Chapter 3 - Parabellum sebagai pemuncak box office 

Kritikan terhadap film ini terutama pada tokoh dan pemilihan pemerannya. Seperti tokoh jin atau Genie.

Warna jin yang diperankan oleh Will Smith dinilai aneh oleh sebagaian penggemar cerita Aladdin.

Banyak pula fans yang sebelumnya kecewa karena karakter Jasmine diperankan oleh Naomi Scott.

Aktris yang berdarah separuh India tersebut dianggap terlalu putih dan bukan keturunan Arab sehingga tidak seharusnya memerankan Jasmine.

Namun, tahukah Anda apa etnisitas Jasmine yang sebenarnya? Apakah dia keturunan Arab, India atau malah Cina?

Yasmin Seale, penulis Perancis-Suriah menerjemahkan cerita asli Aladdin untuk dipublikasikan oleh WW Norton pada tahun lalu, memberikan pendapatnya.

Kepada South China Morning Post, dia mengatakan, Aladdin adalah sebuah paradoks yang bisa berubah bentuk.

“Ia adalah salah satu cerita yang paling dikenal, tetapi juga yang paling tidak diketahui.

"Ia bisa bertahan karena selalu berubah dan memperbarui dirinya sendiri – film Disney hanya satu di antara banyak reinkarnasinya yang berubah paling jauh dari cerita aslinya,” ujarnya.

Cerita asli Aladdin pertama kali dituliskan pada abad ke-18 oleh seorang orientalis Perancis Antoine Galland dalam buku 1001 Malam untuk pangsa Eropa.

Galland mengklaim mendapatkan cerita tersebut dari seorang pelancong asal Suriah, Hanna Diyab, yang dia temui di Paris.

Klaim ini juga dikuatkan oleh buku harian Diyab yang disimpan di Vatikan. Namun, seberapa besar peran Galland dan Diyab dalam penciptaan kisah Aladdin masih belum jelas.

Dalam cerita yang ditulis oleh Galland, Aladdin digambarkan sebagi seorang penjahit miskin di “ibu kota salah satu negara yang paling luas dan kaya di Cina”.

Meski berlatar belakang di Cina, bukan berarti etnisitas Aladdin tertulis dengan jelas. Pasalnya, nama-nama karakter dalam cerita asli Galland bernuansa Timur Tengah.

Penggunaan kata “Sultan”, misalnya, alih-alih “Kaisar”. Jasmine sendiri bernama Badr al-Budur dalam cerita Galland.

Aspek Cina Aladdin baru menjadi kental dalam ilustrasi buku-buku era Victoria ketika tren Chinoiserie memuncak.

Aladdin digambarkan memiliki potongan rambut taucang dan arsitektur-arsitektur di sekitarnya mengambil inspirasi dari pagoda China.

“Cerita ini mungkin berlatar di China, tetapi ini cuma strategi naratif saja.

"Cerita ini mengandung jauh lebih banyak unsur-unsur ke-Islam-an daripada budaya China,” kata Wen-chin Ouyang, profesor Sastra Arab dan Komparatif di SOAS University of London.

“Namun, saya rasa pembacanya tetap akan mencintai interpretasi dan pemahaman cerita ini.

"Temanya mengenai tanggung jawab dan komitmen kalaupun Aladdin dilatari lokasi lain,” imbuhnya lagi.

Dalam perkembangannya, unsur-unsur Cina dari cerita Aladdin memang perlahan-lahan menghilang.

Pada pertengahan era Victoria, pantomim Inggris secara sarkastik mengganti nama-nama karakter Aladdin menjadi jenis-jenis teh.

Lalu, dalam terjemahan berbahasa Jepang yang dipublikasikan pada 1888, karakter-karakter Aladdin digambarkan memakai pakaian ala Eropa yang sedang tren di literatur Jepang pada saat itu.

Ketika Walt Disney memutuskan untuk menggarap versi film kartun dari cerita Aladdin pun, perusahaan animasi tersebut mengubah asal-usulnya.

Pada awalnya, Walt Disney ingin memproduksi Aladdin sebagai bagian dari tradisi 1001 malam dan memilih setting Baghdad.

Arafat A. Razzaque, kandidat PhD sejarah dan studi Timur Tengah di Harvard University, menulis, Aladdin-nya Disney awalnya juga akan di-setting di Baghdad.

Namun pada saat itu Amerika Serikat (AS) sedang mengebom Iraq dalam Perang Teluk I.

Disney pun mengubahnya menjadi kota fiksi (Agrabah) untuk menghindari asosiasi dengan Baghdad-nya Saddam Hussein.

Menyusul popularitas film Disney tersebut, kini mayoritas buku tentang Aladdin pun ikut-ikutan berlatar Timur Tengah.

Dan Agrabah diyakini oleh banyak orang AS sebagai kota benaran di Timur Tengah.

Setidaknya 30 persen dari 532 pendudung Partai Republik yang disurvei pada 2015 menyatakan setuju bila Agrabah dibom. ***

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mencari Asal-usul Aladdin, dari Arab, Suriah sampai ke China"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved