Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ratusan Anak di Pakistan Tertular HIV dari Sebuah Klinik Kesehatan

Awalnya sejumlah orang tua cemas karena demam yang diderita anak-anak mereka tak kunjung sembuh, kemudian dibawa ke dokter.

Editor: Charles Komaling
thinkstock/vchal
Ilustrasi HIV/AIDS 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Lebih dari 600 orang, 75 persen di antara mereka anak-anak, teridentifikasi mengidap HIV dalam waktu kurang dari sebulan.

Hal ini terjadi karena seorang dokter di Pakistan bernama Muzaffar Ghangro sengaja menggunakan jarum suntik bekas kepada anak-anak. Praktik ini dilakukan di kiniknya.

Kasus ini berawal pada bulan Februari di Ratto Dero, sebuah kota kecil di bagian selatan Pakistan.

Awalnya sejumlah orang tua cemas karena demam yang diderita anak-anak mereka tak kunjung sembuh. Anak-anak itu kemudian dibawa ke dokter.

Dalam beberapa minggu, semakin banyak anak-anak menderita penyakit serupa.

Dr Imran Aarbani, seorang dokter yang bertugas di salah satu rumah sakit di kota itu merasa heran,. Dia lalu menganjurkan anak-anak tersebut menjalani tes darah.

Apa yang ia khawatirkan telah terjadi, anak-anak itu tertular HIV - dan tidak ada yang tahu mengapa.

"Pada 24 April, sebanyak 15 anak dinyatakan positif mengidap HIV, kendati tak satupun dari orang tua mereka yang membawa virus tersebut," tutur seorang dokter rumah sakit kepada BBC.

Bulan lalu, lebih dari 607 orang - 75 persen dari mereka adalah anak-anak - didiagnosis terjangkit virus tersebut setelah ada rumor yang menyebutkan sejumlah keluarga dikirim ke unit khusus di rumah sakit milik pemerintah kota oleh departemen kesehatan provinsi Sindh.

Namun, mungkin yang lebih mengejutkan adalah ini bukanlah wabah pertama yang melanda kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Selentingan yang menyebut tentang kemungkinan wabah ini melanda provinsi Larkana di Sindh, mendorong ribuan orang menjalani tes darah lagi pada tahun 2016.

Dalam kesempatan tersebut, sebanyak 1.521 orang dinyatakan positif mengidap HIV, berdasarkan angka-angka yang dimiliki badan penanganan AIDS, Sindh Aids Control Programme (SACP).

Sebagian besar dari mereka yang terjangkit adalah laki-laki dan, pada saat itu, penyebabnya terkait dengan pekerja seks di daerah tersebut, yang sebagian besar adalah transgender dan 32 di antara mereka ditemukan membawa virus AIDS.

Meski Pakistan melarang praktik prostitusi, namun nyatanya masih ada PSK yang menjajakan jasanya dengan bebas.

Salah satunya di tempat penginapan para wisatawan di Larkana, praktik prostitusi marak di tempat itu. Otoritas setempat menggerebek tempat tersebut terkait dengan meluasnya penularan AIDS.

Apakah penularan HIV terbesar dari salahnya penanganan pasien, seperti penggunaan jarum suntik bekas dan pengobatan ke dukun? Dr Asad Memon, yang memimpin operasi SACP di Larkana, memercayainya.

"Saya pikir virus (AIDS) itu dibawa oleh kalangan yang berisiko tinggi (seperti para transgender dan PSK perempuan) lalu mereka berobat ke "dukun" yang lalai menerapkan standar kesehatan sehingga menularkan ke pasien lainnya ," katanya kepada BBC.

Smeentara itu, Fatima Mir, dokter spesialis di Rumah Sakit Universitas Aga Khan yang menangani AIDS di kalangan anak-anak, saat ini melakukan pekerjaan sukarela di Ratto Dero. Ia sepakat faktor kelalaian medis terkait dengan penularan AIDS di kalangan anak-anak di tahun 2016.

"Ada tiga cara seorang anak dapat terinfeksi," jelasnya. "Baik melalui ibu menyusui yang membawa virus, melalui transfusi darah, atau melalui instrumen bedah yang terinfeksi atau jarum suntik."

Dalam sebagian besar kasus yang ia tangani, para ibu negatif terkena HIV dan beberapa anak telah menjalani transfusi darah. Jadi satu-satunya penjelasan yang tersisa adalah praktik menggunakan satu jarum suntik untuk beberapa pasien di klinik setempat.

Sementara itu, otoritas di Sindh - salah satu wilayah dengan penularan HIV tertinggi di Pakistan - telah mengadakan penyelidikan untuk mengidentifikasi penyebab wabah tersebut.

Namun itu tidak membantu mereka yang sudah didiagnosis terkena virus yang akan berdampak pada seluruh hidup mereka.

Para dokter di unit khusus di rumah sakit di Ratto Dero kini telah melakukan tes darah terhadap lebih dari 18.418 orang sejak 25 April.

Setidaknya 607 dari mereka telah dinyatakan positif sejauh ini, tiga perempat dari mereka adalah anak-anak antara usia satu bulan dan 15 tahun. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved