9 Fakta Puluhan Warga Diserang Penyakit Aneh di Sulsel: 4 Tewas, Diruqyah Massal hingga Gejalanya
Penyakit aneh menyerang warga Warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto,
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Penyakit aneh menyerang warga Warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan dalam beberapa hari terakhir ini.
Puluhan orang sakit dan 4 orang dikabarkan meninggal dunia.
Kasus ini berawak saat sebanyak 53 orang masyarakat Dusun Garonggong tiba-tiba sakit dan 27 orang dibawa ke Puskesmas Buludoang pada Jumat (19/4/2019) lalu.
26 orang di bawah ke Rumah Sakit Takalar dengan penyakit yang sama.
Berikut fakta-fakta terbaru terkait penyakit aneh yang menyerang warga tersebut:
1. Demam Diwaktu bersamaan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Dr dr Bahtiar Baso mengatakan penyakit misterius di kabupaten Jeneponto ini tidak bisa dianggap enteng, pasalnya informasi terakhir yang ia terima terdapat 60 orang yang deman secara bersama-sama.
Dari 60 orang ini, terdapat 6 orang yang dilarikan ke RS terdekat, yaitu Puskesmas yang ada di kabupaten Takalar.
" Jadi kenapa pasien ini pergi di Puskesmas yang ada di Takalar, karena jaraknya lebih dekat dari rumahnya. Memang dia warga Jeneponto tapi kalau ke kotanya Jeneponto itu butuh waktu berjam-jam yang bisa lebih banyak lagi jatuhkan korban jika lambat tertangani medis," kata Bahtiar.

2. Diruqyah Massal
Banyak yang diserang penyakit aneh, membuat warga berinisiatif untuk diruqyah dengan harapan penyakit yang aneh yang menyerangnya dapat hilang.
"Sampai sekarang kita tidak tahu penyakit apa yang menyerang warga di kampung ini karena saat itu kebanyakan masyarakat disini langsung sakit," kata warga Dusun Garonggong Rai
Sebanyak 350 orang warga diruqyah yang dipandu oleh Ustadz dan dibantu lima orang anggotanya.
Pada saat ruqyah seorang warga Garonggong bernama Erna (25) mengalami kesurupan.
3. Gejala-gejala
Plt Kadis Kesehatan Jeneponto Syafruddin Nurdin mengatakan masyarakat diserang gejala penyakit aneh mual, mengigau dan tidak sadarkan diri.
"Masyarakat diserang berupa gejala penyakit dengan mual, mengigau lalu kemudian ada yang tidak sadarkan diri," kata Syafruddin.
"Seminggu yang lalu itu kita sudah dapat laporannya. Setelah kita dapat laporan lebih dari tujuh jam setelah kita dengar kasus ini tim gerak cepat, turun mengambil alih semua," tuturnya.
Syafruddin mengungkapkan penyakit ini merupakan penyakit langka di Jeneponto.
"Kemungkinannya ini sebagai sebuah penyakit yang kita anggap langka di Jeneponto," tandasnya.
"Kita sudah kordinasikan dengan provinsi dan pusat tim provinsi sudah turun bersama kita dan melakukan pemeriksaan karena ini kita anggap sebagai demam berdarah diperiksa ternyata bukan demam berdarah. dianggap sebagai tipes diperiksa ternyata juga bukan bukan tipes, dianggap malaria kita periksa juga bukan malaria," tutupnya.
4. Belum Terdetaksi Medis
Plt Kadis Kesehatan Jeneponto dr Syafruddin Nurdin mengatakan penyakit yang menjangkit warga dusun Garonggong merupakan penyakit langkah di Jeneponto.
"Kemungkinannya ini sebagai sebuah penyakit yang kita anggap langkah di Jeneponto," kata Syafruddin.
"Kita sudah kordinasikan dengan provinsi dan pusat tim provinsi sudah turun bersama kita dan melakukan pemeriksaan karena ini kita anggap sebagai demam berdarah diperiksa ternyata bukan demam berdarah. dianggap sebagai tipes diperiksa ternyata juga bukan bukan tipes, dianggap malaria kita periksa juga bukan malaria,"jelasnya.
Sementara penyakit yang dicurigai yakni Chikunginya atau Zika juga negatif hal itu berdasarkan penelitian laboratorium di Surabaya
5. Empat Warga Meninggal Dunia
Sudah empat warga dilaporkan meninggal dunia sementara 50 lainnya terjangkit penyakit yang sama.
Hal itu diungkapkan Kepala Desa Tuju Kecamatan Bangkala Barat Andi Indrawati Naim (37) ke TribunJeneponto.com, Jumat (3/4/2019) siang.
"Sejauh ini sudah ada empat warga kami yang meninggal dunia, akibat penyakit aneh yang menyerang salah satu dusun di desa Tuju ini," katanya.
Ia menjelaskan penyakit yang menyerang warga Dusun Garonggong ini datangnya tiba-tiba dan langsung banyak warga yang terjangkit.
Tanpa memandang usia penyakit aneh yang menjangkit warga Dusun Garonggong menjangkit anak-anak hingga orang tua.
"Penyakit ini datang tiba-tiba, dan bukan satu dua warga yang terkena tapi langsung banyak," tuturnya.
"Mereka semua mengeluh sakit pusing, deman, hingga mengigau dan mual-mual bahkan ada yang tak sadarkan diri," tandasnya.
6. Warga Tinggalkan Kampung
Satu per satu warga Desa Tuju mulai meninggalkan kampung halamannya pada Jumat (3/5/2019)
Alasannya karena takut terjangkit dan meninggal seperti warga lainnya.
"Gara-gara takut terjangkit penyakit sudah banyak warga meninggalkan kampung dan pilih mengungsi diluar desa Tuju," kata Kepala Desa Tuju Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto Andi Indrawati Naim (37)
"Jumlahnya kami belum tahu, tapi alasan mereka meninggalkan kampung karena takut terjangkit penyakit aneh di Jeneponto," tuturnya.
Ia menuturkan hingga saat ini penyakit aneh yang menjangkit warga Desa Tuju belum diketahui.
Warga juga berinisiatif untuk di ruqyah massal karena masih banyak warga yang menganggap penyakit ini gangguan Jin
"Kemarin warga berinisiatif untuk di ruqyah massal karena mereka menganggap penyakit ini merupakan gangguan jin," tandasnya.
7. Dinkes Lakukan Uji Lab
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Dr dr Bahtiar Baso menjelaskan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan telah melakukan uji lab melalui sampel darah warga yang meninggal dunia ini, namun hasilnya negatif.
Awalnya pasien ini dicurigai menderita penyakit typoid karena mengalami demam yang sangat tinggi, sehingga tim dokter melakukan penanganan sesuai dengan ciri-ciri penyakitnya.
Namun alhasil, rupanya hasil labnya negatif. "Tim dokter merasa awalnya ini typoid, pasalnya sama dengan ciri-cirinya. Tapi setelah dicek malah negatif," katanya, Jumat (4/5/2019).
Tak sampai disitu, penasaran dengan penyebab meninggalnya tiga warga Jeneponto yang masih misterius ini, Tim Dokter kembali mengambil sampel darah untuk di uji malaria, dan chikungunya namun hasilnya tetap sama, negatif.
Karena tiga penyakit mematikan dengan tanda-tanda demam ini belum diketahui sebabnya, pihak Dinkes pun mengambil alih untuk melakukan uji lab di Jakarta.
Dinkes Sulsel mengajukan permohonan uji lab di Kementerian Kesehatan mengecek apa yang terjadi dengan warga Jeneponto yang belum diketahui penyebabnya.
Saat ini, satu yang menjadi perhatian Dinas Kesehatan Sulsel, yakni adanya virus Laptospirosis (kencing tikus).
Menurut Bahtiar, jika ini yang terjadi ini sangat berbahaya bagi masyarakat lainnya. Pasalnya kontaminasi lingkungan dapat memicu menyebarnya virus yang mematikan ini.
"Pekan depan kita sudah tahu hasilnya, saya memohon ke Jakarta agar ini cepat ada hasilnya,"katanya.
Penyakit ini efeknya menimbulkan demam pada tubuh, sakit kepala, pendarahan, nyeri otot, mata merah dan muntah.
Terkait dengan ini, dr Bahtiar berharap agar masyarakat dapat menjaga lingkungannya agar terjaa bersih, dan tidak kumuh.
Kumuhnya suatu kawasan itu, tentu karena masyarakat itu sendiri yang tidak peduli dengan lingkungannya.
8. Bukan Akibat Kencing Tikus
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sulsel, Dr dr Bachtiar Baso, berharap agar penyakit aneh itu bukan bersumber dari air kencing tikus.
Penyakit akibat air kencing tikus lazim disebut Leptospirosis. “Kami curiga korban diserang virus Leptospirosis, penyakit dari air kencing tikus. Jika ini yang terjadi, sangat berbahaya bagi warga lainnya,” kata Bachtiar.
Menurut senior KAHMI Sulsel itu, Leptospirosis sangat berbahaya. Kontaminasi lingkungan dapat memicu menyebarnya virus ini.
Leptospirosis berupa bakteri yang menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi. Penyakit ini sangat langka. Kurang dari seribu kasus per tahun di Indonesia.
Meski demikian, Leptospirosis tetap bisa ditangani oleh dokter Indonesia. Memang penyakit itu membutuhkan diagnosis medis dan selalu memerlukan uji atau pencitraan laboratorium.
Manusia bisa terkena leptospirosis melalui kontak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan. Kondisi ini paling umum terjadi di iklim hangat.
Beberapa gejala Leptospirosis yang disebutkan, antara lain, demam tinggi, sakit kepala, perdarahan, nyeri otot, menggigil, mata merah, dan muntah.
Jika tidak ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati, dan bahkan kematian. Antibiotik membersihkan infeksi.
9. Kronologi serangan
* 27 Maret 2019: 27 warga Desa Tuju Kecamatan Bangkala Barat Jeneponto mengalami demam disertay mual, muntah, dan sakirt kepala
- Hasil diagnosis: Demam, sakit perut, dan nyeri sendi
* 19 April 2019: 53 warga Dusun Garonggong Desa Tuju mengalami demam mendadak, 27 diantaranya dibawa ke Puskesmas Buludoang dan 26 orang dibawa ke Rumah Sakit Takalar
* 24 April 2019: Beredar rumah di WA telah terjadi KLB dengan kasus demam (ferbis) pada 25 orang di Desa Buludoang,
* 25 April 2019: Dinkes Sulsel turunkan tim investigasi
* 25 April 2019: 2 warga dilaporkan meninggal dunia
* 27 April 2019: 2 warga dilaporkan meninggal dunia
* 28 April 2019: 3 warga dilaporan meninggal dunia
* 29 April 2019: Tim Dinkes Sulsel mengambil sampel darah 19 warga dan dikirim ke BTKLPP Makassar
* 2 Mei 2019: 350 warga Desa Tuju ikut qugyah massal di Masjid Jihad 45
* 3 Mei 2019: Kepala Desa Tuju, Indrawati Naim, melaporkan sebagian warganya tinggalkan rumah ke desa tetangga
- Pj Kadinkes Sulsel Dr dr Bachtiar Baso mengatakan masih menunggu hasil lab dari Jakarta untuk memastikan nama penyakit yang menyerang warga Desa Tuju tersebut.
Berita ini kompilasi dari artikel tribuntrimur berikut:
Follow juga akun instagram tribunmanado
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV