Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Terpopuler

5 POPULER SEHARI: Ferolin Dibunuh Suami, Mayat Tanpa Kepala hingga Pembunuhan Dewi Gedoan di Manado

Ada pula terungkapnya kasus pembunuhan wanita di Bitung oleh suaminya yang awalnya dianggap bunuh diri.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO/FACEBOOK
5 POPULER SEHARI: Ferolin Dibunuh Suami di Bitung hingga Pria Beristri Bunuh Dewi Gedoan di Manado 

3. 4 April 1961, Permesta Turun Gunung di Desa Malenos, Amurang

Permesta saat berdamai dengan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI: Sekarang TNI).
Permesta saat berdamai dengan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI: Sekarang TNI). (Istimewa)

Permesta atau Perjuangan Rakyat Semesta atau Perjuangan Semesta adalah jalan pedang yang ditempuh para tokoh militer di Sulawesi, utamanya Sulawesi Utara.

Mereka memprotes beberapa kebijakan Pemerintah pusat Republik Indonesia yang dianggap merugikan daerah dengan cara mengangkat senjata. 

Permesta dideklarasikan oleh Letnan Kolonel Ventje Sumual selaku pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret 1957 di Makassar. 

 
Setahun kemudian, pada 1958, markas besar Permesta dipindahkan ke Manado.

Pada tanggal 17 Februari 1958 diumumkan di Lapangan Sario Manado, bahwa Permesta menyatakan putus hubungan dengan pemerintah pusat.

Berapa bulan kemudian, Maret 1958 Pemerintah Pusat melalui KSAD Mayor Jenderal Nasution menginstruksikan operasi militer terhadap kedudukan Permesta di Sulawesi.

Letkol Bardosono ditugaskan memimpin operasi yang disebut dengan nama Operasi Militer IV.

Sasaran utama operasi adalah Sulawesi Utara bagian Tengah. 

Setelah kurang lebih tiga tahun bergelut dengan Pemerintah Pusat, Permesta kian terdesak. Apalagi di pucuk pimpinan mereka juga terjadi perbedaan pendapat.

Bahkan tak jarang, terjadi konflik antar pasukan mereka di lapangan. Situasi tak sedap seperti ini, makin melemahkan kedudukan Permesta. 

BACA SELENGKAPNYA: http://manado.tribunnews.com/2019/04/05/4-april-1961-permesta-turun-gunung-di-desa-malenos-amurang?page=all

2. Inilah 4 Fakta yang Mengungkap Tewasnya Guru Honorer Tanpa Kepala Didalam Koper

Mayat lakilaki dalam koper adalah seorang guru honorer
Mayat lakilaki dalam koper adalah seorang guru honorer (kolase)

 
Sosok mayat dalam koper yang ditemukan di pinggir bawah Jembatan Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim) ternyata bernama Budi Hartanto.

Penemuan mayat dalam komper itu menggegerkan warga Desa Karanggodang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (3/4/2019).

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved