Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

4 April 1961, Permesta Turun Gunung di Desa Malenos, Amurang

Permesta dideklarasikan oleh Letnan Kolonel Ventje Sumual selaku pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret 1957 di Makassar.

Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
Istimewa
Permesta saat berdamai dengan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI: Sekarang TNI). 

Meski begitu kembalinya Permesta ke pangkuan RI tak langsung dilakukan serentak.

Langkah damai ini pertama kali dimulai oleh Permesta pimpinan Daniel Julius Somba, pada tanggal 4 April 1961.

Desa Malenos Baru, Lokasi Pertama Perdamaian Permesta-RI

Tempat digelarnya kesepakatan damai itu, sekarang telah berdiri satu perkampungan baru bernama Desa Malenos Baru, Kecamatan Amurang Timur.

Momen itu, ditandai dengan didirikannya monumen perdamaian yang saat ini dengan mudah bisa ditemukan di samping gedung Gereja Masehi Injil Minahasa (GMIM) Eben Hezer, Desa Malenos.

Dalam catatan sejarah yang dimiliki Desa Malenos Baru disebutkan, perdamaian diawali dengan kedatangan Wakil Gubernur (Wagub) Sulut dan Tenggara (Suluteng) bernama B Tumbelakan sebagai representasi Pemerintah Pusat RI ke desa Malenos, pada awal tahun 1961.

Seorang bernama B Tumbelaka ditugaskan Wagub Suluteng  untuk memersiapkan perdamaian.

B Tumbelaka lalu menugaskan Kepada Desa Malenos Victor A Tutu untuk mencari tempat aman guna dilakukannya perundingan. Victor  juga ditugaskan untuk jadi penghubung antara Pemerintah dan Permesta.

Singkat cerita, Perkebunan Ritey dekat hulu sungai Malenos dijadikan lokasi pertama pertemuan.

Di sana hadir Wagub Suluteng dari pihak Pusat dan Johan Tambayong dari pihak Permesta. Dari Ritey, lokasi pertemuan berikutnya dilanjutkan di Gedung Gereja Masehi Injil Minahasa (GMIM) Malenos.

Perundingan dihadiri oleh Wagub Sulteng dan Kolonel Supangat selaku Perwira Staf Komando Daerah (Kodam) XIII/Merdeka APRI (Sekarang TNI) Dari pihak pusat.

Dari pihak Permesta, hadir Johan Tambayong dan Letnan Kolonel Wim Tenges selaku Komandan Brigade WK.III (Distrik III) Permesta.

Perundingan yang dijaga ketat oleh Batalyon A/Kompi Buaya Permesta pimpinan Kapten Anthon Tenges tersebut berjalan lancar. Kedua pihak sama-sama sepakat untuk mengakhiri perang saudara.

Tanggal 4 April 1961 dipilih sebagai hari upacara pembacaan Naskah Perdamaian. Lokasi yang ditentukan bertempat disekitar halaman Gereja GMIM Malenos.

Untuk memersiapkan upacara, pada tanggal 3 April 1961, Pasukan Zeni Kodam XIII/Merdeka membuat lapangan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved