Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita ILC

Rocky Gerung: Hoaks Ada Untuk Menguji Kekuasaan

Awal mula debat panas tersebut terjadi ketika Rhenald Kasali sudah selesai menyampaikan pendapatnya.

Editor: Rizali Posumah
Tribun Timur
Perdebatan hebat antara Rocky Gerung dan Rhenald Kasali 

TRIBUNMANADO.CO.ID- Rocky Gerung dan Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali terlibat debat panas dalam acara Indonesia Lawyer Club yang disiarkan TVone pada Selasa (26/3/2018).

Rocky Gerung, yang dikini dikenal sebagai filsuf, terlibat adu argumen dengan Rhenald Kasali tentang hoaks atau kabar bohong dalam diskusi bertajuk 'Tepatkah Hoax Dibasmi UU Antiterorisme'.

Rocky Gerung, yang mengaku seorang hanya sarjana namun menjadi pengajar doktor bahkan menyuruh agar Rhenald belajar.

 
Rocky Koreksi Rhenald Kasali

Awal mula debat panas tersebut terjadi ketika Rhenald Kasali sudah selesai menyampaikan pendapatnya.

Rocky Gerung kemudian berbicara kepada moderator Karni Ilyas ingin memberikan keterangan karena apa yang disampaikan Rhenald tentang hoaks bisa salah.

"Bisa salah arah apa yang disampaikan Saudara Rhenald Kasali itu," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung kemudian menyanggah pendapat Rhenald yang mengatakan hoaks dalam ilmu pengetahuan adalah jahat.

Menurut Rocky, jika dilihat dari asal-usulnya, hoaks sebenarnya justru dimulai di bidang ilmu pengetahuan yang dikenal dengan nama Skandal Alan Sokal.

Alan Sokal adalah profesor fisika yang menulis sebuah tulisan di majalah ternama, Social Text.

Sokal mengirim tulisan menggunakan nama samaran. Namun yang ditulisnya sebenarnya adalah bohong. Tujuannya hanya untuk menguji para redaktur di Social Text.

"Lalu dipuji-puji oleh redakturnya tanpa tahu itu adalah bohong," beber Rocky Gerung.

Ternyata, kata Rocky, para redaktur tersebut tidak memeriksa tulisan tersebut. Mereka hanya memuji tulisan tersebut bagus belaka.

"Jadi fungsi dari hoaks Alan Sokal itu untuk menguji apakah redaktur dari majalah yang bergengsi itu punya otak atau enggak. Ternyata hal yang sama," kata dia.

Di sinilah mulai perdebatan panas.

"Bukan, saya harus koreksi Anda," kata Rhenald Kasali.

Rocky Gerung kemudian melanjutkan bahwa hoaks masa kekinian diajukan guna menguji kekuasaan. Ternyata, lanjut Rocky, kekuasaan bereaksi negatif.

"Hal yang sama kita ajukan ujian pada kekuasaan dan kekuasaan bereaksi negatif. Artinya kekuasaan juga gak berpikir," kata dia.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI), yang juga praktisi bisnis ternama di Indonesia, Rhenald Kasali (thepresidentpostindonesia.com)
Rocky kemudian menyinggung pernyataan Renald Kasali yang mengatakan hoaks adalah pekerjaan iblis.

"Kalau Anda sebut misalnya hoaks adalah pekerjaan iblis, lalu yang janjikan Rp 50 juta untuk rakyat Lombok itu presiden atau iblis?" kerja Rocky Gerung.

"Saya kira referensi itu tidak cukup hanya membaca satu. Anda harus banyak membaca," sergah Rhenald Kasali.

Rocky Gerung tidak terima. Dia mengatakan asal usul hoaks memang terkait skandal Alan Sokal.

"Bukan tidak cukup, itu asal usul pertama," kata dia.

Saling menyahut kemudian terjadi. Rhenald Kasali menyarankan Rocky Gerung harus memperbanyak bacaan referensi agar tidak menjadi persepsi tunggal.

"Anda harus baca banyak buku, Anda harus baca referensi. Dengan referensi tunggal itu lah jadinya seperrt ini," kata Rhenald.

Rhenald Kasali melanjutkan bahwa asal kata Hoaks adalah hocus yang artinya mengelabui. Kata itu diciptakan dari aksi tukang sulap yang mengelabui mata penonton.

"Mengelabui orang dungu. Karena itu yang terjadi," potong Rocky Gerung.

"Hari in bukan orang dungu yang dikelabui, orang-orang pandai, orang-orang yang ibadahnya baik pun dikelabui," kata Rhenald Kasali.

Rocky kemudian mengulang lagi pertanyaannya di atas bahwa hoaks itu menguji kedunguan. Dia menyarankan agar Rhenald belajar.

"Sejarah hoaks ketika Alan Sokal menguji kedunguan redaktur majalah Social Text. Itu poinnya. Itu pentingnya Anda belajar," kata Rocky.

Rhenald Kasali juga tidak mau kalah. Dia berpendapat bahwa Rocky lah yang harus meningkatkan referensi.

"Saya kira referensi Anda yang harus ditingkatkan. Kalau Anda persepsi tunggal memang itu jadi bahaya," kata dia.

Siapa Alan Sokal?

Lantas siapa sebenarnya si Alan Sokal itu? Dikutip dari Wikipedia, Alan Sokal adalah guru besar fisika di New York University dan University College London.

Alan Sokal mengirim tulisan ke Social Text tahun 1996. Social Text adalah jurnal akademik tentang kajian budaya pascamodern.

Artikel tersebut dikirim guna menguji ketelitian intelektual dan menyelidiki apakah sebuah jurnal kajian budaya ternama di Amerika Utara, yang diisi redaktur terkemuka, menerbitkan artikel yang dipenuhi omong kosong.

Tentu saja Alan Sokal menulisnya menggunakan bahasa yang meyakinkan dan cocok dengan kecondongan ideologis para editornya.

Artikel itu berjudul 'Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity'.

Benar saja. Tulisan Sokal diterbitkan di Social Text edisi musim semi/panas 1996.

Artikel ini menyatakan bahwa gravitasi kuantum adalah konstruksi sosial dan linguistik.

Waktu itu, jurnal tersebut tidak menerapkan penelaahan sejawat dan tidak meminta bantuan fisikawan untuk meninjaunya.

Ketika diterbitkan, Sokal kemudian mengungkapkan di Lingua Franca bahwa artikelnya bohong.

Kebohongan ini memancing perdebatan tentang bobot akademik komentar orang-orang humaniora terhadap ilmu fisika, pengaruh filsafat pascamodern terhadap disiplin ilmu sosial secara umum.

Perdebatan juga mengarah apakah Sokal salah karena menipu penyunting dan pembaca Social Text, dan apakah Social Text sudah menerapkan penelaahan intelektual yang memadai.

TAUTAN AWAL: http://jakarta.tribunnews.com/2019/03/27/debat-panas-rocky-gerung-vs-rhenald-kasali-tentang-hoaks-singgung-iblis-hingga-kedunguan?page=all.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved