Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Inilah Penjelasan Makna Hari Suci Tjeng Beng

Hampir seluruh sembahyang umat Tridharma didasarkan pada perhitungan lunar atau imlek

Editor: Aldi Ponge
ISTIMEWA/sufandi siwi
Pekuburan cina di paal Dua Kota Manado 

Citizen Journalism Oleh Ketua Wali Umat Buddha Indonesia Kota Manado, Sufandi Siwi

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Hampir seluruh sembahyang umat Tridharma didasarkan pada perhitungan lunar atau imlek. Namun ada beberapa yang didasarkan pada perhitungan terhadap matahari atau Yanglek.

Satu di antaranya adalah hari suci sembahyang "Tjeng Beng", yaitu tanggal 4 atau 5 April menurut perhitungan Yanglek atau bulan tiga menurut perhitungan imlek.

"Tjeng" atau "Ching" artinya bersih dan "Beng" atau "Ming" artinya terang. Jadi, "Tjeng Beng" atau "Ching Ming" artinya hari yang bersih dan terang.

Bagi umat Tridharma Tjeng Beng hampir menyamai sembahyang menjelang tahun baru imlek, yaitu membersihkan lingkungan dari sampah dan debu atau kotoran untuk menyambut tahun yang baru.

Sedangkan untuk Tjeng Beng yang dibersihkan adalah lokasi pekuburan (kuburan leluhur).

Upacara membersihkan kubur leluhur ini mempunyai nama atau istilah khusus yaitu "Tek Coa" (dalam bahasa Hokkian) yang artinya meletakkan kertas sembahyang di atas badan kubur setelah kuburan itu selesai dibersihkan.

Mengenai hari suci ini, terdapat banyak cerita rakyat yang kesemuanya menunjukkan betapa ajaran suci ini (jauh sebelum Tri Nabi Agung) masih dipelihara hingga abad moderen ini.

Pada tanggal 5 april (tanggal 4 kalau ada "Lun"), selain umat Tridharma mereka yang memeluk aliran lain sekalipun pergi berziarah ke kuburan.

Meskipun dengan tata cara yang agak berbeda, misalnya meletakkan karangan bunga, dan sebagainya.

Biasanya yang mempunyai tempat persujudan leluhur di rumah melaksanakan sembahnyang sesudah atau sebelum dari kuburan.

Bahan-bahan persembahyangan yang dibawa untuk berziarah di samping bahan-bahan pokok untuk tata upacara suatu persembahyangan bagi leluhur, juga disertai dengan bahan-bahan makanan kesukaan almarhum atau almarhumah semasa hidupnya.

Sehingga sambil melaksanakan sembahyang bakti kepada leluhur mereka, juga merupakan ajang berkumpulnya keluarga sambil bersantap bersama dengan penuh sukacita.

Cara sembahyang pada saat Tjeng Beng bagi umat Tridharma sebelum melaksanakan sujud bakti kepada leluhur yaitu memulai dengan sujud ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa (arah membalik kuburan) dan Juga kepada Tho Thi Kong dengan membakar kertas sembahyang (Kim Coa).

Sujud ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa dimaksud adalah menyatakan adanya kebesaran dan cinta kasih Tuhan sehingga umat manusia boleh berkesempatan melakukan sujud bakti leluhur di pekuburannya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved