The Fed Tidak Akan Naikkan Suku Bunga Acuan: Ekonomi Indonesia Tetap Aman
Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve memutuskan menghentikan kebijakan pengetatan moneternya. The Fed menyatakan
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve memutuskan menghentikan kebijakan pengetatan moneternya. The Fed menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga acuannya sepanjang tahun ini serta menghentikan pengurangan neraca pada September mendatang.
Menanggapi keputusan The Fed tersebut, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution tak terkejut. “Ya, iya lah, (The Fed, red) Tidak akan menaikkan karena ekonominya (Amerika Serikat) tidak bagus-bagus amat. Jangan takut,” kata Darmin, Kamis (21/3).
The Fed memang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,1% pada tahun ini, turun satu persen dari sekitar tiga persen pertumbuhan tahun lalu. Selain perlambatan pertumbuhan, tingkat pengangguran diperkirakan 3,7%, sedikit lebih tinggi ketimbang prediksi tiga bulan lalu. The Fed memperkirakan, tingkat inflasi tahun ini berada di level 1,8%, turun jika dibandingkan dengan prediksi Desember lalu pada level 1,9%
Darmin tetap optimistis situasi perekonomian Indonesia aman terkendali. Ia juga menyiratkan agar Bank Indonesia tidak perlu lagi menaikkan suku bunga acuan pascakeputusan dovish The Fed dini hari tadi.
“Kita bagus-bagus saja, tidak ada gejolak. Kita arahnya, tidak usah menaikkan juga,” tandasnya singkat.
Melihat keputusan The Fed, Menteri Keuangan Sri Mulyani melihat ini sebagai tanda pelemahan ekonomi global termasuk di AS. "Lingkungan globalnya mungkin menjadi lemah," jelas dia, Kamis (21/3)
Melihat kondisi global yang mengalami tanda pelemahan, Sri Mulyani akan fokus memperkuat ketahanan dalam negeri. Untuk melakukan hal tersebut perlu peningkatan konsumsi dan investasi serta meningkatkan belanja pemerintah.
"Dan tetap melakukan diversifikasi ekspor sehingga target pertumbuhan bisa diupayakan tercapai," jelas Sri Mulyani.
Konsisten Perkuat Stabilitas Eksternal
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Maret 2019 memutuskan untuk menahan suku bunga di level enam persen. Adapun suku bunga deposit facility dan lending facility juga tetap, masing-masing sebesar 5,25% dan 6,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini sesuai dengan tujuan BI untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) ke level 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB). Keputusan ini juga sejalan dengan upaya mempertahankan daya tarik pasar keuangan Indonesia.
"Keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal," jelas Perry pada konferensi pers di kompleks gedung BI, Kamis (21/3).
Ada beberapa pertimbangan kondisi internal dan global. Dari sisi internal, perekonomian Indonesia masih kondusif.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 diperkirakan tetap kuat ditopang oleh permintaan domestik. Konsumsi masih tinggi didukung daya beli dan keyakinan konsumen, serta stimulus fiskal melalui belanja sosial dan persiapan pemilu. Kendati demikian, pola musiman investasi sedikit melambat. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tetap pada kisaran lima sampai 5,4%.
Nilai tukar rupiah menguat sejalan kerja eksternal yang baik. Rupiah menguat 1,05% point to point atau 0,85% secara rata-rata didukung aliran modal asing masuk yang besar. BI memandang nilai tukar rupiah stabil dengan nilai fundamental.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/jerome-powell_20180228_223504.jpg)