Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kakek Asal Jeneponto Ini Ditelantarkan 14 Anaknya, Jadi Pemulung dengan Pendapatan Rp 4.600 Sehari

Nompo sapaannya kecewa karena sejak kecil telah tulus merawat hingga besar anak-anaknya tapi diusia renta tak diperhatikan.

Editor: Indry Panigoro
Nurwahida
Kakek Asal Jeneponto Ini Ditelantarkan 14 Anaknya, Jadi Pemulung dengan Pendapatan Rp 4.600 Sehari 

Kakek Asal Jeneponto Ini Ditelantarkan 14 Anaknya, Kini Jadi Pemulung dengan Pendapatan Rp 4.600 Perhari

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sahiruddin Nompo, lelaki renta asal Jeneponto, cari nafkah dengan mengumpulkan kardus bekas di Selayar.

"Mencari kardus bekas di Selayar sudah lebih sepuluh tahun. Sebenarnya tidak mau tapi sudah menjadi pilihan, sebab anak-anak di Jeneponto menyuruh pergi ketika harta saya sudah habis,"kata Sahiruddin Nompo saat ditemui Tribunselayar.com, di Depan Rumah Jabatan Bupati Selayar.

Nompo mengaku jumlah anaknya 14 orang, dengan dua istri.

Kakek Asal Jeneponto Ini Ditelantarkan 14 Anaknya, Jadi Pemulung dengan Pendapatan Rp 4.600 Sehari
Kakek Asal Jeneponto Ini Ditelantarkan 14 Anaknya, Jadi Pemulung dengan Pendapatan Rp 4.600 Sehari (Nurwahida)

Baca: Global Youth Day, Pemuda Advent Berbagi Kasih di Panti Asuhan, Penjara dan Rumah Sakit

Baca: Sindir Mahfud MD Karena Hadiri Apel Kebangsaan Bareng Mbah Moen, Andi Arief: Saya Tertipu

Baca: Pendukung Prabowo Sulut Yakin Penampilan Sandiaga Uno Bawa Swing Voters ke Kubu 02

Baca: Intip Perbedaan Mobil Via Vallent dan Nella Kharisma, Salah Satunya Mewah Banget

"Demi kebahagian anak-anak, saya telah bekerja banting tulang. Pernah juga cari nafkah di Malaysia dua tahun. Rumah sudah saya serahkan kepada anak saya," ujarnya.

Nompo sapaannya kecewa karena sejak kecil telah tulus merawat hingga besar anak-anaknya tapi diusia renta tak diperhatikan. 

Nompo sama sekali tidak menaruh dendam terhadap anak-anaknya. 

"Untuk apa menaruh dendam, hanya bikin sakit kepala. Hati ini sudah sakit oleh ulah anak. Meski kadang rindu pada mereka tapi apa daya hanya bisa sabar,"katanya.

Walaupun sudah lanjut usia tapi masih juga bekerja keras mengumpulkan kardus bekas, dengan keliling kota Benteng.

Dari hasil penjualan tidak seberapa itu digunakan untuk bertahan hidup.

"Harga kardus dijual Rp 200 rupiah per kardus. Sehari biasanya hanya mengumpulkan sekitar 23 kardus. Jadi hanya dapat uang Rp 4.600 rupiah perhari,"ujarnya.

Meski tidak banyak, Jompo tetap mencari kardus, karena tidak ada pekerjaan lain.

Untung saja masih ada beberapa orang terbuka hatinya, memberikan makanan bahkan uang.

"Saya itu tidak mau sekali jadi pengemis , tapi alhamdulilah, Tuhan masih membiarkan saya hidup dengan bantuan orang lain. Biasanya ada yang bawa makanan dan memberikan uang biasanya Rp 5 sampai 10 ribu,"ujarnya.

Lelaki yang berkulit hitam ini tidur di Masjid.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved